Ketika anak melakukan tindakan di luar batas, biasanya mereka selalu mengatakan "silakan lapor polisi saya tidak takut!" Senada dengan apa yang dilontarkan oleh Mario Dandy ketika menganiaya David beberapa waktu yang lalu.
Dengan amat pongahnya putra pejabat ini menjadikan orang tuanya sebagai "backing" atas kejahatan yang dilakukannya. Ia amat yakin bahwa apapun yang dilakukannya akan aman di mata hukum dan masyarakat, karena ada sosok "ayah" yang dianggap mampu menyelesaikan semua masalahnya.Â
Hal tersebut boleh jadi karena pengalamannya selama ini penegakan hukum seperti terbeli oleh kekayaan dari para pemilik uang. Dengan kasus apapun jika sosok tersebut memiliki kekayaan seolah-olah hukum bisa dibeli, dan tak sedikit kasus jual beli dalam peradilan terekspos di ranah media. Dan semua seperti menjadi alasan bagi Mario untuk melakukan kekerasan pada sosok David.
Padahal, tidak semua hukum bisa dipermainkan dengan kekuasaan dan uang. Meskipun publik mengerti ada hal yang boleh jadi menguap begitu saja jika melihat uang. Itu semua adalah fakta dalam dunia peradilan. Publik sering bertanya-tanya kenapa para koruptor begitu mudahnya kabur ke luar negeri meskipun kasus yang menjeratnya sangat mengguncang keuangan negara dengan nilai trilyunan rupiah. Sampai-sampai banyak publik berpendapat bahwa hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Inilah ekses jika hukum seperti produk yang bisa diperjualbelikan.
Kembali pada kata bijak bahwa anak polah wong tua kepradah, memberi makna bahwa apapun yang diperbuat sang anak akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada diri orang tua.
Mengapa bisa terjadi? Bukankah anak yang dewasa harus menanggung dosanya sendiri? Kira-kira pendapat beberapa pihak atas kasus anak yang melibatkan orang tua ini.
Tidak salah bahwa anak yang telah dewasa menanggung dosanya sendiri. Dari segi hukum ini memang tidak bisa disalahkan, namun hakekatnya karena didikan orang tua pula anak menjadi sosok yang keluar jalur kepatutan.Â
Bagaimana anak-anak pejabat ala Mario ini benar-benar memanfaatkan kekayaan dan jabatan orang tuanya untuk meyakinkan diri bahwa "aku tidak akan diadili karena bapakku adalah pejabat negara yang kaya".Â
Boleh jadi apa yang dilontarkan oleh Mario karena acapkali atau bahkan selalu mendapat informasi dari keluarga dan lingkungannya bahwa jabatan dan uang bisa membeli segala-galanya. Dan kemungkinan keluarga turut menyumbang sikap hedonisme dari putra mereka. Seperti bagaimana Mario memamerkan kekayaan orang tuanya meskipun sebagian kekayaan itu tidak membayar pajak alias kendaraan "bodong".
Dan seperti apa dilontarkan oleh Mario pasca melakukan kekerasan, seolah-olah dia pasti dilindungi oleh orang tuanya. Meskipun pihak kepolisian tidak akan serta merta bisa dibeli dengan uang setelah melihat bagaimana aparat penegak hukum ini melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap kasus ini.
Berbeda lagi jika anak mendapatkan prestasi dalam pendidikan dan menjadi teladan bagi orang lain, sebut saja anak petani atau anak tukang becak yang mampu menyelesaikan pendidikannya sampai S3 di luar negeri, tentu orang tua pula yang akan menerima manisnya kebaikan dan prestasi gemilang dari anak-anaknya.