Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Negatif Ketika Anak Terlena dengan Gadget, Sebuah Introspeksi Diri

3 Oktober 2020   07:44 Diperbarui: 3 Oktober 2020   20:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain gadget (Antara)

Karena metode pembelajaran kini berubah dan membuat gagap siapa saja, tak ayal hampir setiap orang mencari solusi bagaimana anak-anak bisa belajar dengan menyenangkan menggunakan gadget mereka. Meskipun, secara naluri, tidak ada yang mau belajar hanya bermodalkan ponsel semata. Semua anak ingin bertemu dengan teman-teman dan guru-gurunya di sekolah. Menurut mereka mungkin lebih menyenangkan.

Tapi apa daya, karena saat ini mereka terpaksa harus menjalani titah negara, maka otomatis semua pembelajaran harus melalui daring.

Yap, daring saat ini menjadi salah satu pemanfaatan teknologi yang menggerus saat-saat bercengkrama dengan guru dan teman-teman di sekolah.

Apa dampak negatifnya?

Dampak negatifnya karena anak begitu leluasa menggunakan ponsel mereka, maka ada celah sang anak untuk berbuat curang. Salah satunya mengakses informasi yang belum layak mereka dapatkan. Sama seperti anggota keluarga kami yang tanpa sepengetahuan orangtuanya ternyata mengonsumsi tontonan yang amat dilarang bagi mereka.

Mengapa kita tidak boleh terlalu percaya dan terlena dengan apa yang dilakukan anak-anak?

Setiap orang tua ingin memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam belajar. Termasuk menggunakan media elektronik (televisi, komputer, maupun ponsel) yang kebetulan anak-anak sudah dilengkapi dengan ponsel untuk sarana belajar mereka. Meskipun yang diberikan adalah ponsel yang cukup murahan untuk ukuran anak-anak milenial.

Pada awalnya kami merasa terbantu karena anak-anak mulai belajar menyelesaikan tugas daringnya yang kebanyakan disampaikan via whatsap dan youtube. 

Namun kesempatan yang besar tersebut malah disalahgunakan anak-anak untuk menjalin pertemanan via whatsap dengan teman-teman dunia mayanya. Dan sayangnya kami terlalu percaya bahwa anak-anak masih bau kencur dan tidak mungkin melakukan kegiatan yang aneh-aneh.

Awalnya tiba-tiba ada pesan dari orang tua siswa (teman anak saya) yang menghubungi kami bahwa sang anak telah mengirimkan konten yang tidak layak untuk ditonton.

Seketika itulah kami meradang, kaget, malu namun belum bisa memastikan apakah yang disampaikan sang penelepon itu benar. Untuk kemudian saya meminta maaf atas kelalaian kami dalam mengawasi anak-anak jika memang apa yang disampaikan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun