Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Omnibus Law, Belajarlah Positif Sebelum Agresif

25 Agustus 2020   08:13 Diperbarui: 25 Agustus 2020   08:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Efeknya adalah pada orang-orang yang berpikir positif maka mereka akan selalu optimis memandang semua masalah secara bijak dan selalu menilai sesuatu hal sebagai manfaat. 

Nah, bagi orang-orang yang berpikir positif tentu kehidupannya akan menjadi positif, jika positif adalah baik maka apa yang didapatkan juga akan baik, sesuai dengan keyakinan dan integritas dalam menjalani segenap tugas yang diberikan.

Sederhananya, jika seseoang berpikir positif, maka energi yang lahir dari dalam diri adalah sesuatu yang baik dan akan menjadi sumber kekuatan dalam mencapai goal atas rencana-rencana dan tugas yang menjadi tujuannya.

Orang yang berpikir positif akan mengerahkan segenap kemampuan, energi dan pikirannya serta jiwa dalam sebuah pekerjaan secara total, sehingga mereka menganggap semua yang menjadi tanggung jawabnya adalah sesuatu yang harus dicapai dengan optimal. Mental (karakter) yang terbentuk pada akhirnya juga akan baik, melakukannya segalanya dengan dedikasi, integritas dan bertanggung jawab.   

Ironisnya, di dunia ini, tanpa disadari kita mendapati berita-berita yang kadang disampaikan dengan tidak melihat both side atau dua sisi (seimbang). Di mana kadangkala melihat sisi A tanpa menimbang-nimbang lagi pada sisi B. Kadang informasi tersebut memiliki sarat kepentingan individual tanpa melihat efek ke depannya bagi nilai-nilai kemanusiaan.

Seperti halnya ketika mendapati informasi tentang RUU Cipta Kerja, semestinya menanggapinya dengan kepala dingin dan semangat korektif. Sehingga tanpa grasa-grusu atau terburu-buru langsung memvonis bahwa produk legislasi ini tidak layak ada.

Semua produk yang dihasilkan di era covid-19 harus dihapuskan, titik. Padahal ada banyak sisi yang semestinya dipertimbangkan sebagai manivestasi rasa tanggung jawab sebagai sesama bangsa.

Bahkan, ketika memiliki pendapat yang berbeda terkait RUU Cipta Kerja ini, semestinya melalui sarana-sarana atau media yang lebih elegan dibandingkan mempengaruhi massa dan mengajak mereka menentang dengan frontal tanpa menimbang sisi-sisi lain yang sama pentingnya. Adu gagasan yang bersifat solutif justru lebih tepat dihadirkan dalam suasana yang masih mencekam. 

Bahkan, yang ironis lagi, ketika memiliki hak mengutarakan pendapat di muka umum, seolah-olah mengabaikan keselamatan bersama. Mengumpulkan banyak orang dikala krisis kesehatan, berkerumun di saat virus masih menjadi momok yang menakutkan. 

Padahal, para punggawa kesehatan sendiri sudah bekerja mati-matian tanpa mengenal lelah menyelamatkan para pasien. Ketika para tenaga medis bersusah payah mengobati pasien suspec covid-19, nyatanya di pihak lain justru mengkordinir dan memprovokasi massa agar masuk dalam pusara virus yang suatu saat bisa menyerang. 

Selain kekhawatiran adanya kluster baru covid-19, dikawatirkan adanya kumpulan massa yang tidak sedikit akan berakhir anarkis dan agresif. Bisa saja apa yang terjadi di AS terkait perlakuan rasis pada warganya bisa saja berimbas di Indonesia, adanya penjarahan dan perusakan unit-unit usaha di sepanjang spot demonstrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun