Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita Tentang Pengalaman Peserta Askes (BPJS) Kesehatan

10 Agustus 2020   21:02 Diperbarui: 10 Agustus 2020   21:31 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Salah satu pelayanan di BPJS Kesehatan (cnnindonesia.com)

Malam ini laptop sudah menyala, waktu di laptop menunjukkan pukul 20.04 WIB. Jadi saat ini sudah mulai larut malam. Tapi anak-anak masih asyik nonton tayangan di youtube dan televisi masih menyala dengan disaksikan oleh istri dan anak gadisku.

Beberapa menit aku pandangi layar laptop dan kubuka akun Kompasiana untuk membagikan tulisan apa saja. Sayangnya malam ini pikiranku seperti tersumbat. Entahlah sejak sore badan terasa kurang fit. Apa karena  faktor cuaca, atau faktor x yang aku tidak mengerti. Faktor x bisa karena ada problem yang belum terpecahkan, atau karena dua hari yang lalu salah satu keponakan menghembuskan nafas terakhir. Berdasarkan rongent si remaja ini mengalami sakit usus buntu. Awalnya merasa sakit pada perut, ia anggap biasa, hanya diperiksakan ke Puskesmas dengan diberikan obat sakit perut. Benar sekali karena salah diagnosis usus buntunya semakin parah. Baru dibawa ke rumah sakit Sukadana,  Lampung Timur, ia divonis dokter harus operasi.

Semua proses dijalani dengan lancar dan selesai sudah proses operasi, tapi sungguh yang menyedihkan si anak begitu cepat siuman dan mengalami gejala seperti kesurupan. Padahal pasien lain tidak mengalami gejala apa-apa. Entah mungkin karena gerakan yang tidak bisa dikontrol mungkin bagian yang dioperasi tadi pecah, hingga si keponakan harus berakhir dengan menyedihkan. Seorang anak yang masih berumur belasan tahun, persis dengan anak sulungku karena masa kelahiran tidak terlalu jauh jaraknya, dan saat ini masih menempuh pendidikan menengan pertama. Anak ini berprestasi dengan ranking kedua di kelasnya. Tapi mungkin qadarullah, semua sudah kehendak-Nya, orang tua harus merelakan kepergiannya.

Kejadian yang menimpa sang ponakan mirip dengan apa yang dialami adikku pertama. Kala itu adik menderita sakit demam tinggi dan berkali-kali di bawah ke bidan dan diberi obat. Ternyata meskipun sempat sembuh, ternyata sakitnya kembali kambuh. 

Galibnya orang tua dulu, jika anak sakit kebanyakan dikerokin agar panasnya turun. Kalau tidak turun juga baru dibawa ke klinik atau Balai Pengobatan (BP) untuk perawatan lebih intensif. Nah jika penyakitnya tidak kunjung sembuh, baru dirujuk ke rumah sakit daerah.

Pada umumnya di rumah sakit pun dokter hanya memeriksa denyut nadi, tekanan darah (tensi), kondisi mata, bagian tenggorokan (lidah)kemudian   diberikan pengobatan. Sayangnya kala itu keluarga tidak semuanya di rumah. Khususnya ayah yang merantau ke luar daerah untuk mencari sesuap nasi. Pada saat itu aku yang memang belum pernah keluar daerah, akhirnya nekat mencari di mana ayah bekerja. Alhamdulillah lokasi yang cukup jauh dengan bertanya sana-sini akhirnya tempat yang aku tuju akhirnya ditemukan.

Beberapa saat ngobrol dengan ayah terkait kondisi adik di rumah sakit, akhirnya ayah pun pamit pulang-meskipun saat itu beliau lagi ada proyek pekerjaan membuat waduk kecil. Dengan berat hati karena harus meninggalkan kewajibannya karena harus mengurus sang anak yang terbaring lemah di rumah sakit.

Sayang sekali, mungkin karena proses pengobatan kurang tepat dan salah melakukan diagnosis, sang adik akhirnya menghembuskan nafas terakhir, 

Dua kejadian yang aku alami di antara keluarga sendiri yang di usia yang relatif muda harus mengalami kondisi yang harus merenggut nyawanya. Kondisi keluarga yang dibilang pas-pasan, ternyata sang anak pun sedikit terlalaikan. Bisa jadi karena memang kondisi yang sulit, jadi untuk mendapatkan pengobatan yang segera dan tepat sulit didapatkan.

Pentingnya Memahami Kondisi Pasien 

Saya tidak ragu akan kemampuan dokter dalam mengobati pasien, tapi tidak sedikit pula dokter yang melakukan malapraktik yang berujung pada penanganan pasien yang salah. Ada banyak kasus kesalahan penanganan yang berujung kematian pasien. Meskipun sebagai umat Islam harus percaya dengan adanya takdir, tapi usaha yang tepat juga akan membantu proses penyembuhan. Dengan kata lain, jika seseorang memang sakit, namun benar dalam penanganan maka terlepas dari takdir atau tidak, keselamatan pasien akan lebih terjamin.

Sama seperti apa yang dialami sang adik, ternyata setelah diperiksa secara mendetil, penyakit sang dialami adik ternyata sudah parah. Mungkin karena keterlambatan penanganan dan boleh jadi diagnosis (karena tidak tes darah) si pasien tidak segera tertolong.

Sungguh kejadian yang memilukan yang harus terulang kembali di antara anggota keluarga. 

Peserta BPJS tidak Menjamin mendapatkan pelayanan terbaik

Sebagai masyarakat awam, banyak di antara pasien yang kadangkala kurang mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak dokter atau rumah sakit. Seperti pengalaman saya kala ibu menderita sakit, pihak rumah sakit tidak segera menangani pasien (almarhumah) hingga suatu saat saya katakan bahwa saya memiliki teman di rumah sakit itu, tiba-tiba yang awalnya tidak segera ditangani, akhirnya penyakitnya semakin parah hingga masuk ke ruang ICU. Karena kondisi yang kadung parah itu pun akhirnya merenggut nyawa sang ibu.

Bahan seorang guru yang ingin mendapatkan fasilitas premium harus membayar biaya tambahan demi mendapatkan ruangan yang layak. Padahal menurut peraturan setiap pasien BPJS seharusnya mendapatkan fasilitas terbaik karena sesuai dengan ongkos yang dibayarkan setiap bulan. Bahkan tidak hanya bagi PNS, karena bagi masyarakat pada umumnya pun semestinya tidak memandang mereka dari kalangan pejabat, pegawai atau masyarakat awam sekalipun, harus mendapatkan pelayanan yang maksimal.

Namun demikian, semua itu adalah beberapa hal yang harus dipenuhi bagi institusi penyedia layanan kesehatan. Karena di tangan merekalah keselamatan pasien bisa terjaga dengan melaksanakan layakan terbaik bagi semua pasien di negeri ini. Pemerintah sudah memberikan fasilitas asuransi kesehatan, dan semestinya lembaga yang dipercaya pun harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya. Jangan sampai ada kesan, banyak orang yang memanfaatkan keawanan pasien demi mendapatkan untung yang lebih besar.

Salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun