Perempuanku,
Sore ini begitu sunyi, hanya nyanyian nafasku yang melemah, tekanan jantungnya merendah, seperti lemahnya raga ini tanpamu. Tanpamu kurebahkan mimpi ini dibalik tidurnya mentari, hingga ia terjaga kembali bersama mimpi yang tak jua terbeli
Perempuanku,
Di sini sang surya masih menepi, dengan tangan menjuntai ke bawah berharap bisa menyentuh wajahmu dalam senyum, tak ada sedih, tak ada ratapan penuh sesal. Yang ada golaknya darah menyambut kisah, kisah tentang  perjumpaan bintang kejora yang berpisah jarak.
Perempuanku,
Kujumput percikan senja bersama kaki-kaki kecil nan lincah yang mengejarmu dalam mimpi nan jauh. Memanggilmu dalam dekapan pilu, memelukmu dalam kehampaan kalbu. Kulukiskan senyum dalam jiwanya hingga tawa pun merekah meski semakin lemah dan lelah.
Perempuanku,
Mata ini ingin selalu terjaga, kugantungkan wajah ke awan, berharap ada bayangan wajahmu dibaliknya, tengah tersenyum, menyapamu dengan lembut. berharap semuanya selalu ada, tak pernah lekang meskipun sang gerimis menutup tipis, tetap ku tepis.Â
Perempuanku,
Di kursi tua ini ku rebahkan punggungku, meja tetap saja dalam diamnya, buku-buku nan lusuh menjadi teman abadi, berpelukan dengan rasa sunyi, ku jahit sepatah demi patah kata, ku renda menjadi hiasan nan indah, kulukiskan malam dalam petang ini agar ku kembali bermimpi dalam dekapmu nanti.