Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dahsyatnya Pujian dan Penghargaan, Fenomena Pendidikan Anak

26 April 2018   15:49 Diperbarui: 28 April 2018   04:58 2622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: drlivas.com

Ingat nggak, ketika di usia dini, orang tua selalu saja memuji apapun perkembangan  yang dimiliki sang buah hati? Seperti ketika sang buah hati sudah mulai tersenyum, nampaklah raut bahagia ayah bundanya. Muncullah rasa syukur atas peningkatan kemampuan ini. Dan sang orang tua selalu bilang "alhamdulillah, anakku sudah bisa tersenyum. Anakku pintar sekali. Ayoo senyum lagi!"

Masih terbatas bisa senyum ternyata membuat orang tua begitu bahagia dan menyambutnya dengan puji-pujian, senyum dan tawa orang tua dan orang-orang di sekitarnya pun turut menghiasi kehidupan sang anak. 

Tak hanya senyuman, ketika sang anak bisa menggerakkan jemarinya dan memegang jempol sang ibu saja sudah membuat bangga, apalagi ketika sang anak mengalami perkembangan fisik, psikis, sosial dan komunikasi (bahasa) tentu semua orang tua amat mensyukurinya.

Atau ketika usianya menginjak remaja, selalu muncul kata-kata kebaikan yang membuat sang anak bertumbuh dengan kebahagiaan. Pujian dan dukungan selalu saja muncul, hingga tak sadar sang buah hati menjadi sosok yang dewasa.

Peningkatan kecil atau sedikit demi sedikit dari kemampuan sang anak selalu diapresiasi dengan positif, dan ungkapan rasa syukur selalu saja memenuhi ruang kehidupan keluarga. Dampaknya anak-anak pun seperti mengalami akselerasi pertumbuhan yang tidak pernah disadari sebelumnya. Tiba-tiba tanpa sadar sang anak bisa meraih prestasi pada hal yang disukainya.

Tak terbatas pada prestasi sekolah, karena prestasi kehidupan sosial atau pengalaman bergaul yang baik adalah sesuatu effort yang tidak bisa dianggap sebelah mata.

Senyum yang selalu menghiasi wajah orang-orang di sekitarnya, secara langsung maupun tidak langsung ternyata sangat mempengaruhi sang buah hati. 

Secara mental sosial mereka memiliki kepercayaan untuk bertumbuh dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Rasa kasih sayang dan merasa dihargai menjadi faktor penentu tumbuh kembang anak.

Namun sayang sekali, di antara orang tua justru terlihat melakukan sesuatu yang sebenarnya justru menghambat perkembangan anak, seperti selalu memarahi jika salah, atau mengumpatnya ketika pekerjaannya kurang sempurna. 

Belum lagi hukuman yang terkesan menganggap sang anak adalah pesakitan. Dikurung di dalam kamar dan anak tidak diperkenankan bermain. Akibatnya sang anak menjadi minder dan tidak mudah bergaul dengan anak lainnya.

Berbanding terbalik ketika anak masih balita yang selalu mendapatkan pujian, meskipun melakukan kesalahan.  Seandainya ditegur pun dengan bahasa yang halus dan wajah penuh senyum.

Benarkah pujian dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak?

Sebagaimana Conny R. Semiawan  (2009:46) menjelaskan bahwa "upaya memperoleh status dan kedudukan dalam bidang tertentu tidak dapat dicapai bila dari lingkungan tidak ada dorongan  dan bimbingang yang didasarkan pada kasih sayang dan penghargaan." 

Maka dari itu, perkembangan anak pada taraf dan tahap tertentu amat dipengaruhi oleh lingkungan, salah satunya adalah pujian. Pujian yang disertai dorongan menjadi elemen penting dalam tumbuh kembang anak.

Sebagai contoh, suatu ketika sang anak pulang dengan membawa hasil tugas sekolah dengan nilai yang rendah, mulanya wajah saya menunjukkan wajah kecewa dan marah. Tiba-tiba sang anak terlihat merasa bersalah dan berputus asa. Esoknya lagi ketika akan berangkat sekolah sang anak justru ngambek dan mogok untuk tidak sekolah.

Beberapa kali didorong dan dirayu untuk bersekolah sikapnya masih sama, tetap bergeming. Akhirnya di hari itu sang anak memutuskan untuk absen.

Kondisi tersebut bisa berubah setelah saya dekati diberikan pujian bahwa pekerjaannya sudah bagus namun boleh jadi karena kurang teliti. Sejak saat itu sang anak tidak takut lagi menunjukkan hasil belajarnya meskipun niliainya jauh dari harapan.Dan di hari esoknya ia sudah mau bersekolah lagi.

Ada juga kejadian pada anakku yang pertama, seperti biasa ia selalu ingin terlibat dalam kegiatan orang tua di dapur, salah satunya mencuci piring. Seperti  biasa seorang anak yang masih belajar mencuci piring, terkadang hasil cuciannya kurang bersih. Nah, karena kurang bersih maka saya katakan bahwa hasil cuciannya kurang bagus. Karena tegurannya lumayan keras dan terkesan menyalahkan, akhirnya untuk beberapa saat sang anak tidak lagi mau mendekati pekerjaan orang tuanya. Akhirnya setelah diberikan saran dan pujian bahwa sudah bagus ia melakukan pekerjaan itu, maka sang anak mau terlibat lagi dengan pekerjaan orang tuanya.

Boleh jadi kejadian ini banyak terjadi pada anak yang lain, karena teguran yang agak keras dan mungkin disertai dengan bentakan, akhirnya sang anak menjadi patah semangat dan enggan lagi mengerjakan pekerjaannya.

Membangun kepercayaan diri di samping memperbaiki kesalahan

Sebagaimana paparan di atas bahwa dalam proses bertumbuh tersebut sang buah hati membutuhkan dorongan, pujian, dan senyuman agar proses pertumbuhannya, khususnya aspek psikologis yang memuat kepribadian tentu perlu juga diimbangi dengan kritikan, bahkan hukuman, kritikan tentu untuk membangun kesadaran diri untuk bisa bangkit secara sadar tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain. 

Semua dilakukan seiring dengan proses pertumbuhannya kemampuan-kemampuan dan karakteristik yang unik dari sang anak. 

Ada azas reward dan punishmen yang diharapkan sang anak bisa mempelajari setiap peristiwa dalam diri dan kehidupannya. 

Dengan reward sang anak akan terangkat motivasinya menjadi lebih semangat, dan punishment untuk membangun kesadaran bahwa tidak ada makhluk yang ada di dunia ini yang tidak pernah salah. Kesalahan itu wajar terjadi pada setiap manusia, tapi memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik tentu lebih utama.

Membangun kehidupan dengan pujian dan senyuman, bahkan reward maka mereka akan menghargai orang lain karena prestasi dan kerja kerasnya.  Senyum, sapa, salam dan sopan santun saja begitu penting dalam pendidikan di sekolah, apalagi dalam lingkup rumah tangga tentu lebih utama sebagai cikal bakal generasi yang berkarakter.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun