Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sejelek-jeleknya atau Sebagus-bagusnya Film, Itulah Kreativitas!

6 April 2018   17:30 Diperbarui: 6 April 2018   19:28 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda membayangkan sebuah film yang jika dilihat dari gambar posternya sungguh menarik perhatian. Namun tiba-tiba Anda merasa seperti ditipu karena filmnya tidak seelok imajinasi Anda? Dan pernahkah Anda mengalami ketika baru saja menonton tiba-tiba  nyletuk "loh, kog filmnya jelek sih!", atau "film apaan, depannya bagus tapi endingnya gak banget."

Saya kira hampir semua penyuka film akan pernah mengalami hal yang sama. Semula mengharapkan apa yang ditonton sesuai dengan ekspektasi penontonnya yang sudah ngantri membeli tiket hingga berjam-jam misalnya, eh ternyata hasilnya gak keren.

Boleh jadi hati yang semula bersemangat ingin menyelesaikan setiap adegan dengan penasaran, tiba-tiba lenyap begitu saja bersama popcorn atau bontot yang ditinggal di bangku penonton.

Tidak hanya ungkapan kekecewaan yang diluapkan seketika itu juga, karena banyak pula yang ngedumel dan meluapkan kekesalannya pada media sosial seperti fb, twitter dan ada juga yang ditulis di sebuah blog dengan beragam penilaian yang aduhai buruknya.

Yap, itulah fenomena yang terjadi dari sederetan hasil karya manusia. Dan film merupakan salah satu dari sebuah hasil karya yang kadang tidak sesuai dengan harapan penontonnya. Tidak hanya Anda yang mengalami, karena saya sendiri juga sering merasakan hal yang sama.

Kejengkelan bukan semata-mata karena film yang ditayangkan berasal dari anak negeri, karena film-film sekelas hollywood saja banyak yang tidak menarik dan terkesan datar. 

Sekali lagi, bagaimanapun hasil sebuah produksi film tentu ada yang merasa kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi awalnya. Namun tentu ada juga yang tidak sedikit merasa terhibur meskipun film itu terasa konyol. 

Tapi, apakah sebuah karya memang berhak untuk diadili oleh penonton dan diekskusi untuk tidak lagi dilihat di kemudian hari? Atau sampai-sampai sang aktor menjadi korban perundungan lantaran aksi dalam memainkan adegan tidak se-hot yang diperkirakan?

Tentu saja itu sah-sah saja, lantaran rumah produksi adalah produsen yang bertanggung jawab memuaskan hasrat penonton selaku konsumen. Produser dan seabrek kru film harus berusaha sekuat tenaga membuat penonton bangga karena telah rela membayar hasil karya itu dengan harga yang tidak murah. Sebut saja film yang baru dirilis biasanya dipatok dengan harga tiket yang mahal. Dan itu tidak semua bioskop bisa menayangkan lantaran hanyalah bioskop-bioskop yang sudah memiliki nama.

Namun, yang perlu dipahami adalah sejelek-jelek film adalah karya terbaik dari sejumlah orang yang terlibat. Sehingga mau tidak mau, menghargai sebuah hasil karya juga sebuah sikap yang tidak keliru. Toh, penontonnya sudah disuguhi tontonan sesuai dengan judul film sudah disuguhi trailernya.

Yang pasti, ada beberapa alasan mengapa Anda mesti menghargai sebuah film, bagaimanapun tayangannya. Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun