Mohon tunggu...
Muhamad Alfani Husen
Muhamad Alfani Husen Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNSIKA

Orang yang senang makan pecel lele, doyan rebahan, penggemar berat Squidward Tentacles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya, Sebuah Kritik dalam Beragama

12 Januari 2021   14:54 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:23 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Soal istri Bunali, saya sebagai Pak RT mengaku salah, Cak. Saya abai, saya minta maaf..."

" Sampean tidak salah, Pak RT. Kita semua yang abai. Kita semua yang salah. Kita semua lebih sibuk datang ke masjid ketimbang sibuk mengunjungi orang-orang miskin seperti istri Bunali. Kita rajin berdoa di masjid, lalu merasa bertemu dengan Allah. Padahal ketika Allah kelaparan, kita tidak pernah memberi makan. Allah sakit, kita tidak menjenguk..."

" Hati-hati bicara, Cak !!! " Dullah mencoba menegur Cak Dlahom. Tapi yang ditegur semakin ngoceh

" Kenapa, Dul? Apa kamu sudah lupa kitab-kitab yang diajarkan di pesantren? Apa kamu kita aku akan mengatakan Allah yang sakit? Allah yang lapar? kamu sebetulnya sudah tahu yang aku maksud bukan itu, tapi Allah yang selalu ada berada di sisi orang-orang kelaparan, berada di sebelah orang-orang sakit, berada di dekat orang-orang miskin, selalu menemani orang yang kalah dan dikalahkan. Tapi  kita? Kita terus membangun masjid. Terus berdoa di masjid. Terus mengurus diri sendiri, dan tidak segera menjumpai Allah pada orang-orang itu. Kenapa, Dul?"

Melihat cerita tersebut, mengingatkan kita kembali bahwa dalam agama Islam kita harus memahami konsep Hablumminallah dan Hamblumminannas. Dalam beragama, kita tidak boleh hanya berfokus untuk beribadah yang bertujuan untuk mengejar Allah. Tapi kita juga harus ingat, dalam beragama kita harus menjaga hubungan baik sesama manusia dan saling membantu satu dan lainnya. Kita terlalu difokuskan mengejar surga, yang akhirnya kita lupa bahwa Allah sedang berada didekat saudara-saudara kita yang miskin dan kelaparan.

***

Salah satu kisah lain yang menarik menurut saya juga terdapat pada kisah yang berjudul: Menjawab Fitnah, Memberi Maaf

Dalam kisah ini diceritakan terjadi sebuah isu nasional yaitu setelah Lebaran Romlah akan dinikahkan oleh Mat Piti. Romlah yang merupakan seorang kembang desa akhir-akhir ini sering diterpa isu miring karena kedekatannya dengan Cak Dlahom, bukan hanya itu, karena Cak Dlahom sering tidur dirumah Mat Piti pun menjadi sebuah keyakinan warga tentang adanya hubungan antar Romlah dan Cak Dlahom. Isu ini menjadi sebuah isu nasional di kampung sehingga menarik perhatian banyak orang mulai dari Pak Lurah, Pak RT, Dullah dan sebagian warga lain untuk menanyakan langsung kepada Mat Piti tentang kecurigaan warga terkait hubungan Cak Dlahom dan Romlah. 

Sampai pada akhirnya sebuah hal tak terduga terungkap bahwa ternyata Cak Dlahom ternyata adalah ayah kandung Romlah.

" Ya Allah, Cak. Maafkan kami telah memfitnah sampean, Mat piti, dan juga Romlah " ucap Dullah

" Apa yang harus kami lakukan, Cak, untuk menebus kesalahan dan juga fitah yang kami sebarkan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun