Mohon tunggu...
Muhamad Alfani Husen
Muhamad Alfani Husen Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNSIKA

Orang yang senang makan pecel lele, doyan rebahan, penggemar berat Squidward Tentacles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya, Sebuah Kritik dalam Beragama

12 Januari 2021   14:54 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:23 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini Gus Mut melihat Cak Dlahom menangis sambil meraung-raung didekat makam istri Bunal, " Ya Allah ampuni diriku... Ampuni orang-orang kampung ini..." 

Keesokan harinya Cak Dlahom mundar-mandir menggotong sekarung tanah lalu menumpahkannya di halaman masjid, pergi dan datang lagi melakukan hal yang sama dan seterusnya. 

Awalnya warga biasa saja melihat tingkah Cak Dlahom, sampai akhirnya mereka geram karena tahu tanah yang ditumpahkan depan halaman masjid adalah tanah kuburan istri Bunali. Pak RT yang hanya diam melihat tingkah Cak Dlahom akhirnya menegur.

"Cak, itu tanah kuburan untuk apa dibawa kemari ? " ucap Pak RT

"Tidakkah masjid ini butuh sumbangan untuk diperluas Pak RT ? " ucap Cak Dlahom

" Iya, tapi tidak butuh tanah Cak..."

" Jadi butuhnya apa? sumbangan uang? Sumbangan semen? sumbangan besi? Kayu?... Tanah ini dari kuburan janda Bunali. Dia menitipkan pesan agar tanah kuburnya disumbangkan ke masjid agar masjid ini bisa megah. Lalu apakah kita akan menolaknya?..."

" Bukan begitu Cak, kami tidak butuh tanah. Apalagi tanah makam, untuk apa? "

" Agar masjid kita diperluas, Pak RT. Agar kita bangga punya masjid besar dan megah. "

" Masjid kita sudah jelek, Cak. Perlu direnovasi...."

" Betul, Pak RT. Merenovasi masjid kini lebih penting ketimbang memperbaiki dan memperbagus kelakuan. Umat sekarang diajak tergantung pada masjid ketimbang masjid tergantung pada umat. Diajak membangun masjid, tapi membiarkan 0rang-orang seperti istri Bunali terus tak berdaya lalu mati. Diajak rela menyodorkan sumbangan kemana-mana untuk membangun masjid, tapi membiarkan Sarkum anak Bunali tidak sekolah dan kelaparan. Kita bahkan tidak menjenguknya. Tidak Pernah tahu keadaan mereka. Lalu apa artinya sesungguhnya arti masjid ini bagi kita? Apa ari kita bagi masjid ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun