Mohon tunggu...
Muhamad Alfani Husen
Muhamad Alfani Husen Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNSIKA

Orang yang senang makan pecel lele, doyan rebahan, penggemar berat Squidward Tentacles

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Deforestasi Sebagai Salah Satu Sumber Masalah Perubahan Iklim di Indonesia

8 November 2020   22:31 Diperbarui: 8 November 2020   22:51 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret karikatur pemanasan suhu bumi yang dibuat oleh Heidi Gadis https://www.deviantart.com

Analisis Greenpeace Internasional kota mengungkapkan beberapa perusahaan ternama dunia berada di balik kebakaran hutan dan telah memicu perubahan iklim karena masih membeli komoditas minyak sawit dari pemasok yang berhubungan langsung dengan kebakaran hutan. Namun, pemerintah belum mengambil langkah tegas pada oknum-oknum yang bertanggung jawab pada kebakaran hutan yang terjadi.

Potret hutan Kinipan di Kalimantan (sumber foto: https://tipstren.pojoksatu.id/baca/hampir-gundul-nasib-hutan-kinipan-di-kalimantan-semakin-menyedihkan)
Potret hutan Kinipan di Kalimantan (sumber foto: https://tipstren.pojoksatu.id/baca/hampir-gundul-nasib-hutan-kinipan-di-kalimantan-semakin-menyedihkan)
Belum selesai masalah deforestasi, saat ini pemerintah mengesahkan UU yang  akan mengharmonisasi undang-undang terkait kehutanan dengan tata kelola melalui omnibus law agar pembangunan infrastruktur tidak terhambat dan investor merasa nyaman.

Ini menjadi alarm peringatan untuk lingkungan Indonesia. Jika hutan Indonesia semakin menipis, bencana alam tidak akan terhindarkan lagi. Ini akan menjadi tahun yang berat bagi hutan Indonesia.Dalam era globalisasi seperti sekarang dengan bertambah jumlah penduduk secara masif tentu berdampak pada kebutuhan akan lahan yang nantinya akan dijadikan pemukiman, lahan pertanian ataupun industri.

Pada 2017 organisasi lingkungan hidup  World Wildlife Fund (WWF), memprediksi Kalimantan akan kehilangan 75 persen luas wilayah hutannya pada 2020 menyusul tingginya laju deforestasi. Dari sekitar 74 juta hektar hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005.

Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55%. Jika laju penebangan hutan tidak berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektar hutan hingga 2020, artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa. Prediksi WWF bisa sepenuhnya benar melihat angka deforestasi hutan di Kalimantan masih tetap tinggi, kita pun mungkin tahu bahwa sekarang pemerintah sedang fokus melakukan pengalihan fungsian lahan gambut di Kalimantan Tengah untuk dijadikan areal Food Estate.

Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi, Wahyu Perdana menilai, alih fungsi lahan gambut untuk sawah di areal KHG akan menimbulkan bencana kebakaran hutan dan lahan. Sebab, gambut akan menjadi kering karena siklus hidrologinya rusak akibat alih fungsi lahan menjadi sawah.

 Dilain sisi Walhi Kalteng menolak program peralihan fungsi lahan ini. Walhi Kalteng berpendapat bawahan peralihan lahan gambut menjadi areal pesawahan olen pemerintah dapat menyebabkan bencana seperti kekeringan, kebakaran hutan, hingga banjir karena hilangnya resapan air.

Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia. Penebangan hutan yang secara masif tentu akan menjadi masalah yang besar kedepannya. Karena nantinya efek dari perubahan iklim akan berdampak pada sektor  keamanan pangan dan sektor perikanan. Kekeringan yang terjadi di Indonesia mengubah pola tanam yang mengakibatkan gagal panen. Selain itu, perubahan iklim juga mengubah arus laut dan menyebabkan pengasaman laut, sehingga menyebabkan menurunnya hasil tangkapan ikan.

Permasalahan Deforestasi sudah menjadi masalah lama yang tak kunjung selesai mulai dan hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki kelemahan tata kelola hutan dalam banyak kasus adalah penegakan hukum yang lemah, termasuk terjadinya tumpang tindih atau ketidakjelasan aturan yang ada, kemampuan teknis dan peta yang akurat, kepemilikan lahan yang tidak jelas, kurangnya transparansi dan partisipasi publik serta masalah kkn untuk mempermudah peralihan fungsian lahan.

Sebagai kesatuan sistem dengan alam, manusia tidak memiliki hak untuk menghancurkan alam melainkan memiliki kewajiban khusus sebagai
makhluk hidup yang memiliki akal untuk menjaga bumi. Generasi saat ini memegang kuasa atas planet bumi demi generasi yang akan datang dan di saat yang bersamaan dapat memanfaatkan apa yang ada di bumi. Generasi yang akan datang memiliki hak untuk menikmati sumber daya setidak-tidaknya sama seperti apa yang generasi saat ini punya (Weiss 1990)

Melihat  permasalahan pemanasan iklim yang terjadi sekarang sudah tentu kita diharuskan untuk menjaga hutan kita agar tetap lestari, tidak hanya itu dengan menjaga hutan ini sudah tentu kita harus mewariskan kehidupan yang lebih baik terhadap generasi yang akan datang.

Masalah ini tidak bisa kita selesaikan sendirian tentunya kita harus berkolaborasi antara masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim ini dan tentunya hal yang harus ditekankan disini adalah konsistensi pemerintah dalam melerai masalah perubahan iklim khususnya yang terjadi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun