Bagi pecinta sejarah, tentu tidak akan asing dengan sosok tokoh yang bernama 'Mpu Gandring'. Terlebih jika membaca atau mengikuti sejarah dari Kerajaan  yakni kerajaan Singasari.
Tahukah  bahwa ahli pembuat keris yang cukup terkenal pada masanya itu memiliki jejak menarik di kota Malang?. Terlebih dengan keris pusaka ciptaanya yang mana menjadi sumber petaka atau kutukan bagi raja serta tuju turunanya dikerajaan Singasari.
Sang mpu gandring selain banyak menyimpan kisah unik, juga tidak sedikit meninggalkan jejak petilasannya berikut benda-benda peninggalan.
Salah satunya adalah Batu Asahan, yang merupakan batu yang diperkirakan untuk mengasah keris pusaka hasil karyanya pada Jaman dahulu.
Batu Asahan ini dari jenis batuan hitam (item dalam sebutan jawa). Yaitu  merupakan jenis batuan keras dan tahan gores.
Batu Asahan yang diduga peninggalan mpu Gandring tersebut ditemukan oleh Komunitas Bladasan Misteri yang menamakan dirinya ' Tim Woke-Woke ', Pecinta Warisan Seni, Sejarah dan Budaya Tradisional - Malang.
Penuturan dari Kordinator Komunitas yang hobi blusukan untuk mengabadikan fenomena-fenomena keunikan ini, mengatakan bahwa Batu tersebut diketemukan saat bladasan di sekitar Sumber Biru.
"Batu unik ini kami temukan di  Sumber Biru, dimana kita tahu bahwa tempat indah dan sakral tersebut pasti memiliki aura magis atau peninggalan dari masa lampau. Karena Sumber Biru ceritanya merupakan sebuah situs bersejarah yang selain memiliki nilai historis tinggi, dengan nuansa alaminya. Juga di sumber air inilah Mpu Gandring dikisahkan mensucikan keris hasil tempaannya dan mengasahnya. Pada batu temuan kami, banyak sekali bekas goresan, bisa jadi bekas goresan pusaka karya mpu Gandring. Sebab, kalau bukan dari senjata buatan para pendahulu yang terkenal sakti, mustahil Batu sekeras batu item ini bisa tergores sebegitu jelas." Ungkap Ade, yang akrab disapa dengan panggilan Ki Ageng Sruput (1/12)
Batu hitam dengan bekas goresan-goresan tersebut sebagian juga sudah terbalut sendimen bintik kerlap-kerlip seperti serbuk logam atau batu intan, yang diperkirakan terjadi karena percampuran dengan pengerasan unsur air dan tanah yang menempel bertahun - tahun.
