Mohon tunggu...
Mala Anggi
Mala Anggi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai pengingat, menulis untuk berbagi semangat

Can't stop writing

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Program "SARUSAKE" Cara Bertahan di Tengah Ketidakpastian

19 April 2020   15:45 Diperbarui: 19 April 2020   15:43 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar : dok. pribadi

Langkah jangka menengah : Semaksimal mungkin gunakan waktu untuk mengasah keterampilan

Berkaca dari kota Wuhan sebagai kota pertama yang terdampak Covid-19, harapannya wabah ini akan reda dalam dua tiga bulan ke depan. Waktu yang sangat banyak untuk melatih skill dan keterampilan kita sebagai bekal bekerja ketika perusahaan mulai aktif kembali. Manfaatkan gadget dan media sosial untuk mendapatkan informasi mengenai program-program pelatihan yang diberikan secara gratis oleh pemerintah. 

Kemenparekraf misalnya, beberapa waktu lalu telah membuka pendaftaran pelatihan gratis bagi para pelaku Ekraf, yaitu kursus bahasa Inggris dan bisnis online. Kalau saya, memanfaatkan waktu untuk lebih banyak menulis sebagaimana hobi saya dan akan memanfaatkan program Kartu Prakerja dengan mengikuti pelatihan menulis.

Langkah jangka panjang : Satu rumah satu kebun (SARUSAKE) untuk bertahan di tengah ketidakpastian

Sebenarnya ini hanyalah kekhawatiran saya sendiri bilamana wabah belum juga mereda sementara situasi semakin sulit. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang seperti saya. Mau bikin konten tidaklah berbakat, mau jadi relawan Covid-19 juga belum siap, mau membuka usaha pun tidak cukup modal. 

Tetapi saya terinspirasi dari salah satu peserta lomba menulis di Kompasiana juga, yaitu Muhammad Saudi yang mengusulkan wajib tani sebagai langkah menjaga ketahanan ekonomi nasional (Kompasiana, 15/4/2020). Saya setuju, bertani adalah cara yang paling tepat untuk bertahan di tengah ketidakpastian. Para orangtua kita di jaman dahulu sudah membuktikannya, mereka bertahan hidup meski pada masanya belum ada teknologi digital seperti saat ini yang sedang digaungkan oleh pemerintah.

Baiklah, mari kita bertani! Eits, tunggu dulu! Tidak semua orang bisa bertani. Saya tidak punya lahan untuk bercocok tanam, pun sebagian besar buruh pabrik seperti saya juga sepertinya tidak. Lalu bagaimana? Setelah berpikir beberapa saat, sepertinya langkah yang bisa saya lakukan adalah berkebun di rumah saja. 

Kabar baiknya, banyak sekali orang yang mau berbagi cara berkebun di media soisial seperti YouTube. Kita bisa bercocok tanam di lahan sempit memanfaatkan halaman atau teras rumah. Apalagi sistem hidroponik sudah mulai familiar di masyarakat.  Saya terpikir untuk berkebun aneka sayuran yang biasa dikonsumsi sehari-hari seperti bawang, cabai, tomat, kangkung, bayam, buncis dan lain-lain. 

Dalam dua atau tiga bulan ke depan, kebun ini akan sangat bermanfaat menjaga stabilitas keuangan keluarga. Kita bisa mengikis pengeluaran untuk bahan-bahan makanan karena sudah terpenuhi dari kebun kita sendiri. Nantinya kita tinggal memikirkan bahan-bahan pokoknya seperti gas, minyak, beras, terigu dan lain-lain. Kesehatan keluarga pun lebih terjamin karena sering mengkonsumsi sayuran.

Bayangkan, jika setiap rumah atau setiap keluarga memiliki kebun ini. Tidak mustahil kedepannya satu kelurahan menjadi penghasil satu komoditi jika setiap warganya menanam satu jenis sayuran, dan kelurahan lain menanam jenis sayuran yang berbeda. Dengan begini Indonesia akan menjadi negara yang mandiri karena kebutuhan pangan sudah bisa terpenuhi tanpa impor impor lagi. 

Ini adalah mimpi kita bersama tetapi untuk mewujudkannya tidaklah cukup dengan rebahan dan guling-guling di kasur. Saya pun mulai membeli polybag, membeli benih, mencangkul, menanam, menyiram dan memagarinya. Berikut adalah hasil kegiatan berkebun selama masa pandemik ini. Semoga bermanfaat ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun