Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib Toshibaku, Setelah Sepuluh Tahun

14 Januari 2020   12:45 Diperbarui: 14 Januari 2020   12:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak di dunia pendidikan hingga mengakhiri masa kuliah tahun 2009, saya tidak memiliki laptop. Jangankan memiliki, pegangpun saya tidak pernah! Zaman kami saat itu, masih menggunakan komputer di rental. Dan itupun, sesekali. 

Untuk pertama kalinya, di tahun 2010, saya akhirnya memiliki laptop dan mampu mengoperasikannya. Berkat tabungan penyisihan gaji beberapa bulan, saya bisa membeli laptop pada Bulan Juli Tahun 2010 di Kota Kupang, ditemani Juned KenNedy adik semester kebangaan, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan MIPA, Unwira Kupang. Harganya, saya masih ingat persis yakni Rp. 6.700.000 (Enam Juta, Tujuh Ratus Ribu Rupiah).

 Saya mulai belajar mengarsipkan dokumen, mendowload materi seputar pelajaran IPA, dan menyimpan regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pendidikan. 

Pekerjaan di sekolah menjadi muda berkat adanya laptop. Bahkan, kepercayaan diri semakin meningkat bilamana, kita menenteng laptop saat hadir di Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pekerjaan penyusunan soal biasanya diketik menggunakan laptop yang dibawah oleh guru saat hadir di kegiatan. Hal ini selain meningkatkan kepercayaan diri, juga menjadi kebanggan tersendiri. 

Laptop Toshiba bagi saya adalah salah satu merek laptop yang kuat. Selain kuat, pengalaman menggunakan laptop ini sangat nyaman. Toshiba memiliki tombol yang lembut, juga sangat lancar saat dikoneksi dengan jaringan internet. Proses mendowload bahan di internet begitu cepat. Toshiba sungguh menjadi laptop andalan.

Sejak tahun 2011, saat mengenal Media Sosial, laptop ini saya gunakan untuk mengakses facebook. Saya tidak saja memosting aktivitas harian, tetapi terlibat aktif dalam diskusi -diskusi serius di grup facebook. Kisaran 2011-2013, saya termasuk salah satu Admin Grup Suara Flotim, yang hampir setiap hari menyuplai isu -isu aktual, dan membangun diskusi hingga kritik-kritik tajam kepada pemerintah didaratkan melalui grup itu.

Saya masih ingat salah satu media dengan nama LACAK dengan Pimpinan Redaksi Patman Werang, menjadi salah satu sumber yang diangkat sebagai bahan informasi di grup dan selalu ramai komentar dan perdebatan. Setelah itu ada perampingan admin, hingga saat ini menjadi tiga orang.

Saya bahkan menyimpan lengkap dokumen di laptop hasil diskusi di Grup Suara Flotim. Beberapa diskusi seru saat itu diantaranya, pungutan uang 1 juta per kepala desa se -Kabupaten Flores Timur, yang diprotes keras oleh Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GERTAK), Pimpinan Bung Kanis Soge, Ola Mangu Kanisius, dan kawan-kawan, perang antara, Lewonara dan Lewobunga, hak diskresi Bupati Flotim mengangkat Direktur Rumah Sakit, Tunjangan Profesi Guru dan lain-lain. 

Setelah tahun 2013, saya mulai mengenal dunia menulis selain di media sosial yakni di media online Weeklyline.net. Orang yang mengenalkan saya dengan media online adalah teman Sandro Balawangak. Sejak itu Toshiba sering digunakan untuk mengetik naskah berita.

Lebih banyak seputar jalan yang rusak di Tanjung Bunga, ketiadaan listrik dan kesulitan air di Tanjung Bunga. Selain itu naskah lain mengangkat kesulitan jalan dan listrik di Solor Barat, dan berita -berita seputar kondisi sulit di pelosok Flores Timur, termasuk di Pantai Utara Kecamatan Titehena dan beberapa wilayah di Adonara. 

Masuk tahun 2014, tulisan jurnalisme warga mendapat ruang publikasi di Flores Pos dan Pos Kupang. Toshiba lagi-lagi diisi dengan ulasan jurnalisme warga di Pos Kupang dan Flores Pos. Tidak hanya itu, beberapa opini seputar dunia pendidikan menjadi dokumen yang mengisi file laptop. Pertengahan 2015, kumpulan naskah juranalisme akhirnya dibukukan hingga menghasilkan buku saya yang perdana dengan judul "Ujung Pena Guru Kampung", terbitan Teras Budaya Jakarta yang digawangi oleh Bung Remmy Novaris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun