"Nomor antrean 321 sampai dengan 340....."
"Nomor antrean 321 sampai dengan 340....."
"Wah, kita sudah telat nih.....!!!", "Pak, nomor berapa??"
"Saya? Nomor 12.... Kalau Bapak??"
"Saya nomor 15...."
"Saya nomor 18...."
"Saya nomor 19...."
"Ya sudah kita langsung masuk saja....!", "Tapi, parkirnya susah nih... Sudah penuh semua..."
"Kelihatannya bagian ujung sana masih ada tempat parkir. Kita ke sana saja...."
"Ayo....."
"Bagaimana ini? Antrean nomor 10. Pas sampai sudah antrean 300-an. Masih diterima tidak ya? Atau jangan-jangan menunggu sampai antrean habis baru dilayani...", banyak pertanyaan yang bergulat dalam pikiran saya. Kekhawatiran menyelimuti dalam suasana pengap dan panas karena terlalu banyak yang mengantre membuat keringat semakin membanjiri tubuh yang juga dililit jaket tebal. Yah.... Maklum, tadi ketika berangkat cuaca sangat dingin. Tapi, sesampainya di sini udara dingin seakan berbalik 180 derajat. Ratusan orang berkumpul demi mendapatkan bantuan dari Sang Penguasa. Jadi, wajarlah pengap pun menghambat pernapasan kami di negara yang katanya memiliki hutan hujan tropis yang terluas kedua setelah hutan Amazon. Kalau terlalu banyak orang begini jangankan hutan hujan tropis, puluhan AC pun tidak akan bisa memperluas gerak napas manusia.