Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pandangan Dunia Luar Atas Afghanistan Berkaitan dengan Modernisasi Islam

20 Oktober 2021   18:56 Diperbarui: 21 Oktober 2021   09:16 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modernisasi dunia Islam adalah masalah besar bagi Barat, tetapi menurut beberapa ahli mereka hingga kini masih belum terpecahkan. Perkembangan situasi yang paling menakutkan di Afghanistan sekali lagi membawa masalah ini ke dunia.

Secara historis, sikap dunia Islam terhadap Barat kira-kira terdapat dua ekstrem menurut pandangan Barat.  Satu disebut fundamentalisme. Sebagai contoh rezim Taliban mengambil alih kekuasaan Afghanistan lebih dari 20 tahun yang lalu, dengan mendirikan negara Islam, mereka menyebutnya dengan "Islam Murni".

Pada tahun 1996, setelah Taliban merebut Kabul, mereka mulai memerintah negara di Afghanistan sesuai dengan tata kelola dan gaya hidup Kerajaan Arab pada abad ketujuh Masehi.

Padahal kita semua sudah hidup di abad ke-20 pertengahan tahun 1990-an, tetapi Taliban ingin mengembalikan cara hidup Islam tradisional lebih dari seribu tahun yang lalu. Laki-laki harus menumbuhkan janggut, perempuan harus memakai jubah hitam yang disebut burqa, dan mereka harus didampingi langsung oleh kerabat laki-laki dewasa jika mereka keluar rumah, anak perempuan tidak boleh bersekolah, dan sebagainya.

Maka mereka ini disebut aliran tradisional atau faksi konservatif Islam. Tapi ada juga aliran kaum Islam Westernisasi total.

Salah satu contoh juga di Afganistan sendiri. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika raja Afganistan yang disebut Raja Mohammad Zahir Shah (memerintah dari 8 November 1933-17 Juli 1973), dia relatif kebarat-baratan ketika memerintah. Dia memberlakukan konstitusi yang memungkinkan perempuan untuk mengenyam pendidikan.

Pada saat itu, gadis-gadis Afghanistan yang modis dapat dilihat di jalan-jalan Kabul, tetapi pendekatannya mendapat tentangan dari banyak suku Afghanistan setempat. Pada saat itu, berbagai perjuangan militer di Afghanistan dimulai.

Sumber: theatlantic.com
Sumber: theatlantic.com
Pada 17 Juli 1973, sepupu Raja, mantan PM Mohammed Daoud Khan (dia menjabat sebagai PM 1953-1963), memanfaatkan kunjungan raja ke Italia untuk melancarkan kudeta untuk melengserkannya dan membentuk apa yang disebut Republik of Afghanistan.

Tetapi bagi jutaan orang Afghanistan, kudeta Daoud Khan menandai akhir dari periode terakhir hidup mereka yang relatif damai dan sejahtera. Selama sisa abad ke-20, Afghanistan menderita melalui pemerintahan yang tidak stabil, kudeta berdarah, dan, setelah invasi Soviet pada akhir 1979, lebih dari dua dekade perang.

Kemudian, raja tinggal di Italia, dia tidak lagi terlibat dalam politik sampai April 2002, ketika rezim Taliban digulingkan oleh invasi AS, dia kembali ke Afghanistan dengan dukungan AS.

Dia dianugerahi gelar "Bapak Bangsa", tetapi dia sudah renta dan meninggal pada tahun 2007.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun