Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengamati Perang Pangan AS dan Barat terhadap Dunia Ketiga dan Tiongkok

18 Oktober 2021   16:29 Diperbarui: 19 Oktober 2021   07:23 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang pangan AS dengan China. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Tetapi pada April 2004, kurang dari sebulan setelah perusahaan minyak kedelai Tiongkok mengumpulkan modal kolektif untuk membeli kedelai, Departemen Pertanian AS tiba-tiba meningkatkan produksi dan meningkatkan stok kedelai. Sebelum perusahaan-perusahaan minyak Tiongkok bereaksi, para spekulan internasional dengan harga tinggi sebelumnya telah berspekulasi dengan sengit, dan segera mulai menjual habis kedelainya.

Seperti diketahui pada bulan Maret 2004, perusahaan minyak Tiongkok membeli lebih dari 8 juta ton kedelai dengan harga tertinggi RMB 4.300 yuan. Dalam dua bulan, kedelai turun menjadi RMB 2.200 yuan per ton. Modal perusahaan minyak Tiongkok berubah dari keuntungan kecil menjadi kerugian besar. Untuk perbedaan harga ini, perusahaan minyak Tiongkok harus memilih untuk default dan membatalkan kiriman kedelai mahal ini. Muatan kedelai di kapal kargo kelas Panama adalah 50.000 hingga 80.000 ton perkapal.

Menurut perjanjian, jika terjadi pembatalan kontrak membutuhkan kompensasi RMB 2.000 yuan, satu kapal akan menelan biaya lebih dari RMB 100 juta yuan, dan perusahaan minyak Tiongkok telah terburu-buru untuk membeli 8 juta ton, yang berarti bahwa kompensasi untuk 100 muatan penuh Kapal Panama mendekati RMB 10 miliar yuan.

Selain itu, empat pedagang biji-bijian utama yang dipimpin oleh ABCD juga mengambil kesempatan untuk menuntut perusahaan minyak kedelai Tiongkok atas pelanggaran kontrak dan mengajukan klaim tambahan hingga US$ 6 miliar setara dengan lebih dari RMB 40 miliar yuan.

Menggunakan alasan ini  maka gabungan pedagang biji-bijian internasional lainnya mengunci (menutup) perusahaan Tiongkok dan melarang ekspor kedelai ke perusahaan Tiongkok.

Insiden kedelai ini menyebabkan industri pengolahan kedelai dalam negeri Tiongkok merugi, dan lebih dari 1.000 perusahaan penghasil (pabrik) minyak kedelai di Tiongkok bangkrut, kecuali beberapa perusahaan minyak kedelai yang berlatar belakang BUMN.

Selain itu, 90% dari perusahaan yang tertekan dibeli oleh empat pedagang biji-bijian utama ABCD dan investor asing lainnya dengan harga murah. Selain kerusakan industri pengolahan, lonjakan harga kedelai menyebabkan petani kedelai di daerah Timur Laut Tiongkok memperluas tanaman kedelai mereka di tahun kedua, tetapi dengan jatuhnya harga menyebabkan banyak petani kedelai merugi.

Industri penanaman kedelai Tiongkok ini juga dilebur (diambil alih) oleh empat pedagang besar biji-bijian  ABCD dengan harga murah, peristiwa ini sangat  merugikan Tiongkok.

Sebelum tahun 2004, hanya bahan baku kedelai yang perlu diimpor dari AS dan rantai industri hulu dan hilir lainnya dikuasai oleh aset milik negara. Namun, setelah tahun 2004, seluruh industri kedelai Tiongkok hancur dan hampir seluruhnya diambil alih asing.

Berdasarkan informasi publik setelah krisis kedelai 2004 bahwa empat pedagang biji-bijian utama ABCD berhasil mengendalikan 85% dari industri kedelai Tiongkok, namun jika diperhitungkan dengan industri terkait yang dikontrol ABCD tidak langsung maka pangsa industri kedeleai Tiongkok yang dikuasai mereka tidak kurang dari 90%.

Dari pasar bahan baku minyak pengolahan kedelai dari hulu dan pertengahan hingga hilir penggunaan produksi minyak kedelai telah tertekan oleh empat pedagang biji-bijian utama ABCD, mereka sudah dapat mengendalikan secara mutlak atas seluruh rantai industri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun