Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Buku "Captialism on a Ventilator" Dihapus dari Daftar Amazon Book?

28 April 2021   14:41 Diperbarui: 28 April 2021   21:13 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Strategi kediktatoran Tiongkok efektif, tetapi mencekik. Saat ini, pendekatan AS adalah menyia-nyiakan kehidupan kapitalisme daripada kehidupan sosialisme yang berharga.

Belum lama ini, Presiden AS Biden mengatakan sesuatu, dia mengatakan bahwa kita (AS) berada di tengah-tengah perdebatan mendasar tentang arah dunia kita di masa depan.

Ada satu pandangan yang beranggapan, mengingat semua tantangan yang dihadapi AS dan Barat, dari Revolusi Industri 4.0 hingga pandemi global, otokrasi adalah jalan keluar terbaik. Yang lain percaya bahwa demokrasi adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini.

Kita sebenarnya bisa melihat dari pidato ini bahwa AS sudah menjadi negara yang kurang percaya diri. Biden mengatakan bahwa kita ingin membuktikan bahwa model kita bukanlah peninggalan sejarah yang ketinggalan zaman. Faktanya, AS berada pada saat paling tidak percaya diri.

Keberhasilan besar mengatasi pandemi Tiongkok dan ledakan ekonomi telah menembus rasa kehadiran yang tak tertandingi di dunia, membuat negara-negara Barat tidak dapat mengabaikan keberhasilan model Tiongkok.

Meskipun media Barat terus berkomentar negatif dan menyebarkan desas-desus dan memfitnah terhadap Tiongkok setiap hari, ternyata tmereka sangat salah. Masa kini di era Internet seluler, kertas tidak dapat menahan api, dan banyak orang biasa di Barat melihatnya dengan semakin jelas kenyataan keberhasilan Tiongkok.

Perbedaan antara model anti pandemi antara Tiongkok dan AS sebenarnya adalah perbedaan antara kedua sistem politik tersebut. Satu sistem mengutamakan kehidupan manusia, sistem lain mengutamakan kepentingan komersial/ekonomi, hasilnya sama sekali berbeda.

Keberhasilan model anti-pandemi Tiongkok telah membawa tekanan psikologis yang luar biasa kepada pemerintah Barat seperti AS, dan mereka seringkali berubah menjadi kemarahan karena rasa malu dikarenakan kegagalannya.

Beberapa pemimpin Barat dan politisi sayap kanan telah menuduh Tiongkok dan WHO dengan segala macam fitnah, mencoba mengalihkan perhatian publik dari kegagalan pemerintah dalam perang melawan pandemi. Sejauh ini, pandemi di AS telah menyebabkan ratusan kali lebih banyak kematian daripada Tiongkok, dan jumlah absolut orang yang terinfeksi adalah 300 kali lebih banyak daripada Tiongkok.

Sejauh ini, tidak ada pejabat yang dimintai pertanggungjawaban, dan tidak ada perusahaan yang dimintai pertanggungjawaban dan dibawa ke pengadilan.

Apakah sistem yang kurang akunbilitas dan sistem yang kurang koreksi kesalahan ini menyalahkan karena kekurangan medapatkan ventilator? Tidaklah heran jika sistem demikian akan membawa kemerosotan negara. Demikian pendapat sebagian pemerhati dan analis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun