Pada Mei 2017, Pertemuan Pejabat Senior Kemenlu Tiongkok dan Sepuluh Negara ASEAN meninjau dan menyetujui kerangka kerja "Kode Etik di LTS", yang memberikan dasar hukum untuk penyelesaian mendasar sengketa LTS. Dapat dikatakan bahwa ketenangan jelas bermanfaat bagi negara-negara di kawasan ini. Tapi bukan untuk negara-negara di luar kawasan, tapi tampaknya mereka datang untuk memperkeruh situasi di kawasan ini. Baca:
Mengenal DOC dan COC untuk Laut Tiongkok Selatan
Sejak referendum Brexit yang dimulai pada 2016, kebijakan dan tindakan Inggris di LTS menjadi semakin provokatif. Pada 2018, bahkan ada insiden provokatif dengan pendaratan "Son of Poseidon" Inggris di perairan teritorial Kepulauan Paracel yang dikontrol Tiongkok, dan AL PLA memperingatkan mereka untuk pergi.
Mengapa Inggris begitu antusias dengan LTS, dan bahkan ketika angkatan lautnya dilengkapi dengan "bulu ayam", mereka sering memainkan "kartu militer" untuk membantu Washington melakukan "pekerjaan kotor" di LTS? Demikian timbul pertanyaan dari beberapa pengamat luar.
Menurut pengamat-pengamat ini mungkin dikarenakan Inggris memiliki lebih sedikit sedikit pilihan diplomatik setelah Brexit, dan pentingnya hubungan khusus antara Inggris dan AS tanpa Uni Eropa telah menjadi sorotan lebih lanjut.
Inggris secara aktif mendekati "saudara tua" AS dalam kebijakan LTS untuk memperkuat hubungan khusus antara kedua negara dan posisinya di NATO.
Selain itu, setelah Brexit, Inggris tampaknya menderita kecemasan tentang statusnya sebagai kekuatan utama, dan sangat membutuhkan panggung untuk menunjukkan statusnya sebagai kekuatan utama.
Menurut "Riset Strategi Diplomatik Inggris" menilai bahwa kawasan "Indo-Pasifik" menjadi pusat geopolitik dunia. Merupakan "perilaku luar biasa" bagi negara-negara selain AS untuk mengerahkan kelompok tempur kapal induk di sini, khususnya di LTS yang tampaknya telah mejadi sorotan dunia dan ini dianggap sebagai "panggung terbaik".
Menurut laporan media Inggris, selain berpatroli di LTS, kapal induk Inggris akan melakukan latihan dengan militer AS dan Pasukan Bela Diri Jepang serta akan melakukan pemeliharaan pesawat berbasis kapal induknya di pabrik Jepang.