Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bagaimana Masa Depan Hubungan AS-Tiongkok pada Era Presiden Biden?

21 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 22 Januari 2021   08:57 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Joe Biden berpidato pada upacara pelantikannya di Gedung Capitol, Washington DC, Rabu (20/1/2021).(AP via VOA INDONESIA)

Dari keberhasilan model anti-epidemi Tiongkok dan kekalahan model anti-epidemi AS, Tiongkok merasa beruntung karena mereka hidup di negara sosialis besar yang paling menghormati kehidupan. Ini adalah kemenangan besar yang telah memenangkan hati rakyat Tiongkok dan sistem Tiongkok sendiri.

Rakyat Tiongkok memandang sistem AS telah gagal dalam hatinya, terutama bagi kebanyakan kaum muda Tiongkok, bagi mereka mitos AS telah berakhir. Dan kini tampaknya telah menjadi keyakinan mereka.

Pada bulan Juli tahun lalu, BBC mewawancarai Zhang Weiwei seorang pakar Tiongkok yang ditanya bagaimana strategi baru AS untuk Tiongkok akankah mempengaruhi hubungan Tiongkok-AS? 

Dia katakan bahwa Barat harus tahu bahwa Tiongkok adalah ekonomi terbesar di dunia. Menurut paritas daya beli, Tiongkok adalah negara perdagangan terbesar di dunia, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar di lebih dari 130 negara, dan Tiongkok memiliki kelas menengah terbesar di dunia dengan 400an juta. Ini adalah Kelas menengah yang sebenarnya.

Dan mereka jika ditempatkan pada kelas menengah di AS juga sama sebagai kelas menengah, jadi Tiongkok sebenarnya adalah pasar konsumen terbesar dunia. Jika Barat dan AS ingin mengucilkan negara seperti Tiongkok, maka AS dan Barat hanya akan mengisolasi diri dan AS akan terkucil sendiri. Selain itu, Tiongkok memiliki kemampuan yang kuat untuk menghentikan perang, dengan tidak mau mencari masalah, tetapi tidak pernah takut menghadapi masalah. Kata Zhang.

Biden pernah menyebutkan empat tantangan utama yang dihadapi AS dalam pidato kampanyenya. Pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya, resesi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan konflik rasial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Harus dikatakan bahwa penilaiannya cukup dapat diandalkan.

Biden menyerukan persatuan dan AS untuk bersatu menghadapi tantangan ini. Tapi sekarang tampaknya persatuan AS saja tidak cukup. Hal ini sulit dilakukan dan tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Perlu solidaritas internasional, terutama bantuan Tiongkok. 

AS sedang menghadapi empat tantangan, empat macam krisis. Tapi menurut analis luar khusus untuk krisis konflik etnis bagi Tiongkok  jelas tidak bisa berbuat banyak. Tiga tantangan lainnya seperti pandemi, ekonomi, dan iklim. Pakar luar dan Tiongkok berpandangan kerja sama dan bantuan Tiongkok diperlukan.

Jadi menurut beberpa pakar di Tiongkok menggunakan platform seperti itu untuk memberi saran langsung kepada pemerintah, dan dalam proses permainan Tiongkok-AS, tidak menutup kemungkinan bahwa Biden akan membuat beberapa konsesi strategis.

Namun menurut mereka tetap menyarankan harus terus menjaga determinasi strategis, dan terlepas dari setiap penyesuaian kebijakan di AS, sesuai dengan tujuan dan ritme yang telah mereka (Tiongkok sendiri) tetapkan, mereka telah membentuk konsensus yang luas tentang beberapa tujuan domestik mereka (Tiongkok), seperti kemandirian teknologi dan memperkuat diri, serta mempercepat proses reunifikasi nasional. dan masih banyak lagi. Mereka harus menerapkannya dengan tegas.

Tetapi mengingat politik yang sangat antagonis dan aktif di AS, tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa pemerintahan Biden kemungkinan besar akan melakukan tahap transisi, dan AS dapat kembali ke "era Trump" empat tahun kemudian yang diisebut "Era Trump Tanpa Trump". Demikian menurut pendapat pengamat luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun