Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bagaimana Masa Depan Hubungan AS-Tiongkok pada Era Presiden Biden?

21 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 22 Januari 2021   08:57 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Joe Biden berpidato pada upacara pelantikannya di Gedung Capitol, Washington DC, Rabu (20/1/2021).(AP via VOA INDONESIA)

Menurut pandangan pengamat semua ini kiranya akan menghambat pemerintahan Biden dan membuatnya sulit dalam urusan dalam dan luar negeri. Maka mungkin tidak mudah bagi AS untuk membentuk konsensus lintas partai dan bekerja sama untuk mempromosikan reformasi dan pembangunan AS.

Jika ada terobosan besar dalam politik luar negeri, itu juga akan menghadapi banyak tantangan. Jika kita membaca artikel di "The Economist" dan penulisnya juga sangat pesimis, dia mengatakan bahwa masalah yang dapat disepakati kedua belah pihak di AS mungkin tidak akan melebihi belanja infrastruktur. (03/10/2020).

Bahkan stimulus finansial untuk pandemi masih menjadi perselisihan antara kedua pihak dan belum mencapai kesimpulan.

Oleh karena itu, ciri khas AS adalah terbagi ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda, pihak-pihak yang berbeda berperang, dan orang-orang dengan identitas berbeda saling berperang.

Persatuan sosial telah lenyap. Di belakangnya adalah demokrasi Amerika. Atau bahkan bisa disebutkan demokrasi konfrontatif a la AS. Konsekuensinya tak terelakkan dari politik demokratis semacam ini adalah bahwa setiap politisi harus menghasut massa untuk melawan massa, dan setiap orang semakin bertindak ekstrem. (Bagaimana dengan demokrasi kita pada pilkada dan pemilu yang lalu?)

Demokrasi AS terus semakin memburuk, dan tidak melihat solusi, tetapi pengamat berpikir bahwa Trump benar-benar ingin melakukan reformasi. Dia telah melihat banyak masalah di AS, tetapi dia memberikan resep yang salah. Dia bahkan tidak memiliki bakat yang dibutuhkan untuk reformasi. Dia lebih seperti anak beruang (kekanak-kanakan). Setelah empat tahun berkuasa, dia meninggalkan dengan banyak masalah dan AS yang lebih terbelah atau terpecah.

Ketika Trump berkuasa, dia juga mengatakan akan melakukan banyak pembangunan infrastruktur dan memulihkan manufaktur. Beberapa perusahaan domestik juga sangat bersemangat saat itu dan mengatakan mereka akan kembali ke AS untuk melakukan pekerjaan. 

Sekarang semua orang tahu bahwa Partai Republik dan Partai Demokrat AS tidak memiliki kemampuan mengintegrasikan sosial AS, tidak ada kemampuan me-reformasi sistem, dan tidak ada pemimpin visioner. Berbagai manfaat langsung terjalin dan berbagai sistem menjadi beku dan kaku.

Baca: Mengapa AS Susah Melakukan Reformasi Konstitusi?

Oleh karena itu, setiap rencana dan slogan yang dikemukakan oleh para pemimpin AS saat ini mungkin hanya merupakan rencana dan slogan (wacana), dan tidak diketahui berapa banyak yang akan terpenuhi atau bisa terlaksana pada akhirnya.

Jadi berbagai slogan dan rencana Biden, sebaiknya kita biarkan seperti peluru terbang untuk sementara waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun