Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Fakta Sejarah Perang Perbatasan India-Tiongkok Tahun 1962 (3)

28 Juni 2020   08:48 Diperbarui: 28 Juni 2020   08:57 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkiraan yang menyatakan orang Tiongkok tidak bisa berperang. Pikiran seperti ini juga pernah muncul di medan Perang Korea pada tahun 1950. Yang akhirnya pasukan AS dan sekutu AS mengalami kejutan besar atas Tentara Sukarelawan Tiongkok.

Pada saat itu, Angkatan Darat India tidak tahu bahwa mereka akan menghadapi pertempuran yang tercatat dalam catatan sejarah seperti pertempuran sengit yang pernah terjadi di Korea Utara. Di masa depan, sejarawan Neville Maxwell menggunakan metafora yang sesuai dalam buku "India's China War".

Ini adalah semacam permainan Roullet Rusia (permainan revolver Rusia), otoritas tertinggi di India tampaknya berpikir revoler yang ditembakkan ke kepalanya tidak berpeluru disarang pelurunya. Tapi ternyata untuk diri mereka sendiri dan seluruh negara ternyata tidaklah demikian, sarang peluruhnya ternyata berpeluru.

Sumber: Amazon.com
Sumber: Amazon.com
Pada malam hari 19 Oktober 1962, di bawah naungan warna yang sama dan kegelapan malam, pasukan bagian tengah tentara Tiongkok mulai bertengger ke bagian belakang musuh di Sungai Sheikh Rang hingga tengah malam. Kemudian semua suara kembali tenang, dan pasukan lebih dari 10.000 orang tampaknya menghilang ke dalam hutan pegunungan yang lebat.

Fan Yurong pasukan yang ikut dalam operasi ini menuturkan: Ketika kita tiba di tepi sungai malam itu, semua pasukan mengintai di sepanjang garis depan sungai. Tidak boleh ada yang batuk, tidak merokok, tidak berbicara, semuanya senyap yang terdengar hanya suara sungai dan jangkrik, pasukan semuanya sangat senyap tidak boleh bersuara. Kita bisa mendengar suara musuh di gunung, suara di dalam bunker musuh, dan melihat sinar lampunya. Musuh tidak tahu bahwa kita ada di depan hidung mereka. Tuturnya.

Pada pukul 7:30 tanggal 20 Oktober 1962, waktu Beijing, dua suar sinyal diluncurkan, dan tembakan artileri yang memekakkan telinga langsung berdentuman melalui kaki pegunungan Himalaya, dan serangan balasan di perbatasan Tiongkok-India dimulai.

Bombardir padat mendarat di posisi Kajielang dan Zhangduo di bagian India, semua personil dan pasukan India ter-ekspos, mereka segera berlarian masuk bunker. Tampaknya pasukan India mencoba untuk mempersiapkan menghadapi tembakan anti-artileri.

Pada saat tentara India mencoba menentukan jarak dan target, peluru tentara kita telah menyalak menembak kepala tentara India, dan sepenuhnya dapat mengusir tentara India dari posisi itu.  Menurut penuturan Fan Yurong.

15 menit setelah bombardir, pluit maju dari tentara Tiongkok terdengar, bertepatan dengan itu tembakan-tembakan dan teriak maju pasukan Tiongkok bersautan, seperti apa yang telah terjadi pada Perang Korea di Danau Changjin yang membuat Marinir AS ketakutan. Kata Fan Yurong.

Komandan Brigade ke-7 India, John Dalvi kemudian mengingat dan menceritakan bahwa kekuatan militer kedua belah pihak begitu dekat sekali, tampak seperti tentara India sendiri yang sedang berontak.

Fan Yurong menceritakan: "Kita mulai menerjang maju, ketika itu pun sudah di depan posisi bunker-bunker musuh, bunker India. Bunker Tentra India tidak terbuat dari beton bertulang seperti dalam perang yang kita punya pada perang pembebeasan dulu (perang lawan Jepang dan perang saudara dengan Kuo Ming Tang/Taiwan sekarang) , tidak seperti itu. Bunker terbuat dari balok kayu yang ditutupkan di atas bunker, kemudian dilumuri tanah, kira-kira seperti itulah. Sehingga tersamar, sangat tersembunyi, bagi orang umum tidak mudah terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun