Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perang Dagang AS-Tiongkok (Kapitalisme Vs Sosialisme) Siapa Akan Menang?

19 Desember 2019   17:54 Diperbarui: 23 Desember 2019   00:19 3947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perang dagang AS-China.(SHUTTERSTOCK) via Kompas.com

Tahun-tahun terakhir ini, kita disuguhi adegan perang dagang antara AS dan Tiongkok, perhatian dunia hampir semua tertuju pada perkembangan dari perang dagang dua raksasa ekonomi dunia ini.

Perang ini diawali ketika AS memprovokasi perang dagang kepada Tiongkok, AS sering menggunakan konsep, mengatakan bahwa Tingkok terlibat dalam sistem negara kapitalisme.

Tapi sebagian pakar Tiongkok menegaskan bahwa Tiongkok adalah negara sosialis model Tiongkok, bukan negara kapitalis model Barat.

Kebangkitan kapitalis Barat untuk bangkit memerlukan 200 tahunan, sedang kebangkitan sosialis Tiongkok ditempuh hanya dalam tiga dan empat dekade.

(baca tulisan yang lalu: Mencoba Mengetahui Apa Itu Konsep Pembangunan "Model Tiongkok" dan Mengapa Kebangkitan dan Kemajuan Tiongkok Bisa Dalam Perdamaian)

Bagi Tiongkok, "perang dagang" relatif baru, dan bagi AS hal itu sudah lazim. Pada abad yang lalu, AS telah meluncurkan perang dagang melawan banyak negara, dan target yang paling sering adalah Jepang. Pada 1980-an, perselisihan dagang antara Jepang dan AS ini mencapai klimaks.

Saat itu situasi Tiongkok secara mengejutkan mirip dengan Jepang sekarang dimana perdagangan telah "mengalami kemuduran dua dekade" setelah perang perdagangan, pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami stagnasi dan momentum kenaikannya telah benar-benar hancur. Hal ini jelas akan membuat Tiongkok hari ini perlu mewaspadai dan tidak mengulangi kesalahan Jepang.

Namun situasi Tiongkok dan Jepang berbeda dengan zaman yang berbeda, pada 1980an kapasitas industri Jepang berangsur-angsur melampaui AS, yang membuat takut orang Amerika. Demikian pula, daya saing manufaktur Tiongkok yang kuat sekarang dipandang sebagai penyebab utama hilangnya pekerjaan di AS.

Pengembangan Ekonomi Sekolah Bisnis Sains dan Teknologi Universitas Hong Kong Profesor Li Linxiang, direktur pusat penelitian, percaya bahwa AS tidak dapat menerima defisit perdagangan yang besar ketika sedang dilampaui.

Pada awal 1980-an, defisit perdagangan antara AS dan Jepang mencapai 37 miliar USD, yang merupakan bagian utama dari defisit perdagangan luar negeri AS. Ini telah menyebabkan tingkat pengangguran di pusat-pusat industri tradisional seperti Midwest dan Timur Laut AS meningkat, atau bahkan dua kali lipat, sehingga akhirnya membentuk "zona karat"

Defisit saat ini antara AS dan Tiongkok berjumlah US $ 375 miliar. Bahkan dengan memperhitungkan inflasi, rasionya lebih tinggi daripada AS dan Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun