Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bagaimana Industri Penerbangan Tiongkok Dapat Mengejar Ketertinggalan dari Barat dan AS?

12 Januari 2019   20:56 Diperbarui: 23 Januari 2019   09:49 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The National Interest + www.youtube.com

Sejak tahun 2016 AS, Rusia, Prancis berlomba untuk membuat pesawat jet tempur generasi ke-6 (Gen-6), dan bagaimana industri penerbangan Tiongkok mengejar tantangan ini?

Setelah senjata laser dapat diinstalasikan di pesawat tempur, maka aturan dan strategi pertempuran akan terjadi perubahan dalam skala besar. Ratusan ribu bagian dan suku cadang pesawat harus melibatkan ribuan pabrikan.

Tiongkok yang baru mulai dengan membangun mesin pesawat dari nol, kiranya menghadapi kesulitan apa saja? Pada beberapa tahun lalu mengapa perkembangan pembuatan jet tempur Tiongkok begitu jauh tertinggal dengan pengembangan jet tempur India LCA, bagaimana tim pengembangan Tiongkok mengejar ketinggalan ini?

Tiongkok bisa berkembang dan berhasil hingga seperti hari ini, sebetulnya adalah maju satu langkah demi satu langkah, dengan ketekunan, dan kemauan yang keras dari tim R&D dan teknologi yang berdedikasi tinggi serta dukungan dari pemerintahnya..

Teknik pengisian bahan bakar di udara dan pesawat tanker untuk pengisian bahan bakar, merupakan pemilikan alautsista yang menjadi simbol kemampuan strategis penting bagi suatu negara saat ini.

Saat itu Wakil PM Rusia mengumumkan meskipun pesawat jet tempur T-50 belum dites selesai (kini sudah dan telah selesai dan beberapa pesawat Su-57 ditempatkan di Suriah), namun sudah melakukan pengembangan untuk jet tempur Gen-6.

Dan seperti Rusia, AS juga merencanakan untuk beberapa dekade yang akan datangnya. Akhir-akhir ini Grumman Corporation AS mengungkapkan skema pesawat jet tempur Gen-6 dalam sebuah video iklan. Yang menunjukkan militer AS jet tempur super-sonic yang menggabungkan senjata laser dan bersifat siluman (stealth).

Jauh beberapa tahun sebelumnya, AU-AS mengeluarkan speksifiikasi kebutuhan mereka sendiri untuk jet pesawat tempur Gen-6, meskipun Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS memiliki persyaratan berbeda untuk pesawat tempur Gen-6. Tetapi mereka memiliki tujuan operasional yang sama, yaitu, untuk membantu militer AS bersaing untuk keunggulan udara dari medan perang masa depan.

Saat ini kita semua mengetahui pesawat jet tempur Gen-5 di seluruh dunia, masih belum benar-benar rapi dan sempurna, tapi mengapa AS dan Rusia begitu bersemangat untuk mengejar jet tempur Gen-6?

Kebutuhan Jet Tempur Gen-6 AS

Hal ini diketahui untuk keunggulan strategi AS untuk "menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik" (kini strategi AS adalah "Indo-Pasifik" ) sehingga permintaan untuk jet tempur Gen-6 makin mendesak.

Dalam media dilaporkan: Menurut sebuah laporan penelitian yang dirilis oleh US RAND Corporation tahun 2015, lembaga think tank AS ini meyakini agar mempertahankan keunggulan militer AS untuk menjadi superioritas udara di atas Tiongkok dan mempertahankan status supremasi udara AS, mereka harus memiliki pesawat jet tempur keunggulan antar-generasi --- Jet Tempur Gen-6. 

Seperti yang sudah diketahui, militer AS mengharuskan pesawat jet tempur Gen-6 harus berkemampuan terbang lebih dari 3 kali kecepatan suara (hypersonic), dan jangkauan maksimum lebih dari 6.000 kilometer. Dalam hal senjata udara, jet tempur Gen-6 militer AS menginginkan harus dilengkapi dengan rudal serangan omnidirectional yang lebih canggih. Pertahanan Laser jarak dekat atau senjata gelombang mikro untuk membunuh lawan dalam jarak dekat, agar bisa memiliki keunggulan dan pertempuran udara secara penuh. 

Kebutuhan Jet Tempur Gen-6 Rusia

Dibandingkan dengan obsesi AS dalam supremasi udara, Rusia lebih cenderung memindahkan medan perang generasi ke-6 ke luar angkasa.

Pasawat Gen-6 yang dibutuhkan Rusia diperlukan untuk terbang di tepi atmosfer udara yang tipis, bahkan ada kemungkinan memasuki ruang angkasa dan terbang ke orbit.

Jepang

Selain AS dan Rusia, Jepang juga tidak mau ketinggalan dalm pengembangan pesawat jet tempur Gen-6.

Media melaporkan, Jepang bermaksud mengembangkan pesawat jet tempur Gen-6 --- F-3 yang didasarkan pada pesawat tempur "Shinshin", dan berencana untuk dioperasikan pada tahun 2035.

Negara-negara Eropa Barat

Sedang negara-negara Barat-Eropa selama ini belum membuat jet tempur generasi ke-5, namun Prancis dan Inggris telah mengumumkan kerjasama untuk "sistem pesawat tempur udara tanpa awak" ini menunjukkan pesawat tempur Eropa generasi ke-6, yang menandakan akan meninggalkan pesawat tempur berawak, melangkah terlebih dahulu ke arah zaman pertempuran udara tanpa awak.

Perlombaan Membuat Jet Tempur Gen-6

Beberapa tahun ini, kita bisa melihat dari AS yang merupakan pemimpin kekuatan udara, semuanya berupaya untuk mengembangkan pesawat jet tempur Gen-6 untuk merebut posisi tertinggi di medan perang udara di masa depan.

Maka semua pihak mengatakan, bahwa perlombaan antar negara-negara kuat sudah mulai berkompetisi untuk pesawat jet tempur Gen-6. 

Dalam perdebatan ini semua pihak tampaknya sepaham dengan apa standar yang dimaksud dengan pesawat tempur Gen-6.

Perkembangan Terakhir Ini

Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang semuanya dalam tahap perencanaan awal untuk apa yang disebut sebagai "jet tempur Gen-6". Jet tidak akan terbang sampai tahun 2030-an, tetapi pemerintah di seluruh dunia sudah mengeksplorasi desain.

Jet tempur Gen-5 berbeda dari pendahulu Gen-4 mereka memasukkan stealth langsung ke dalam desain pesawat, menghasilkan pesawat yang lebih ramping yang membawa senjata secara internal dan mengurangi radar signature.* Kelemahannya adalah sementara jet generasi Gen-5 mampu membawa bahan bakar dan senjata secara eksternal, hal itu menghancurkan karakteristik stealth yang dirancang dengan cermat. 

Fitur lain dari pesawat tempur Gen-5 termasuk radar array pemindaian elektronik aktif dan mesin yang cukup kuat untuk melaju di atas kecepatan suara tanpa afterburner. (*Radar signature: dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau membedakan antara objek, mialnya: target, seperti pesawat terbang, decoy/umpan, rudal dengan hulu ledak, dan chaff. Dan berdasarkan analisis emisi dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau membedakan antara jenis radar tertentu.*)

Fitur yang ditetapkan untuk pesawat tempur Gen-6 belum ditetapkan, tetapi jarak tempuh dan muatan yang lebih muncul sebagai dua persyaratan utama. Kecerdasan buatan kemungkinan akan memainkan peran, menyortir data, dan menganalisis ancaman untuk mengurangi beban kerja pilot. Peningkatan opsional adalah fitur lain yang mungkin dibutuhkan, dengan kemampuan untuk menerbangkan pesawat tempur dari jarak jauh.

Selain itu spektrum penanganan, jet tempur dua awak mungkin akan berkembang menjadi sesuatu yang baru. Sementara "kursi belakang" digunakan untuk mengontrol radar jet, rekan lainnya kemungkinan akan mengendalikan dan mengatur kawanan pesawat udara tak berawak.

Sumber: Defesa Area & Naval
Sumber: Defesa Area & Naval
AU-AS mencari tambahan 147 juta USD untuk mendanai pengembangan awal Penetrating Counter Air Fighter (PCA). PCA adalah program Angkatan Udara yang dirancang untuk menurunkan pilot untuk menggantikan F-22 Raptor. Angkatan Udara telah mengatakan sedikit tentang apa yang diinginkannya dalam pesawat tempur baru, tetapi jangkauan dan muatan diharapkan menjadi dua persyaratan utama.

Jangkauan terbang berguna untuk digunakan sendiri dalam krisis dan untuk menemani bomber B-21 Raider baru pada serangan penetrasi lebih ke dalam, satu misi yang mungkin untuk jet tempur baru. Boeing telah merilis seni konsep awal kandidat PCA-nya. PCA diharapkan bisa terbang pada awal 2028.

Sumber: Popular Mechanics
Sumber: Popular Mechanics
Seni konsep jet tempur DMU25 Jepang. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknis Kementerian Pertahanan Jepang.

Jepang dan Inggris telah menandatangani perjanjian kejutan untuk mengeksplorasi ide bersama mengembangkan pesawat tempur baru untuk misi di tahun 2030-an. Menurut Aviation Week & Space Technology, kedua negara akan "bertukar informasi tentang ambisi mereka" dan "saling menasihati tentang kemampuan mereka."

Jepang sedang berupaya untuk mengembangkan pesawat dua awak besar, bermesin ganda, untuk menggantikan pesawat tempur Mitsubishi F-2. Konsep pesawat tempur generasi keenam negara itu, dijuluki Future Fighter, adalah pesawat tempur besar yang dirancang untuk misi jarak jauh melawan Tiongkok di Laut Tiongkok Timur dan mungkin Korea Utara. Saat ini pesawat tempur F-15 dan F-2 Jepang yang menerbangkan misi di Laut Tiongkok Timur hanya dapat beroperasi dari beberapa lapangan udara lokal --- pesawat tempur dengan jarak jelajah yang lebih jauh dapat beroperasi dari lebih banyak lapangan udara yang lebih jauh.

Membutuhkan Mesin Pesawat Khusus

Sumber: Aviation Week
Sumber: Aviation Week
Memang masih terjadi perdebatan semua pihak, masih belum sepaham dengan standar apa yang akan dikategorikan sebagai jet tempur Gen-6, tapi pada umumnya bisa diringkas karakteristik jet tempur Gen-6 bercitra "6 Super/Hiper."

- Utra-flat shape/Bentuk sangat datar tipis

- Supersonic cruise/Terbang Supersonik

- Supernormal maneuver/ Manuver supernormal

- Ultra long-range strike/ Serangan jarak jauh ultra

- Hyper dimension/ Dimensi hiper

- Super electronic control/Kontrol super elektronik

Apa yang dimaksud dengan "6 Super/Hyper" berbentuk jelajah supersonik ultra-datar motif super-normal,  pertarungan jarak jauh super-dimensi objek, dan kontrol super elektronik. Semua ini jika dibicarakan cukup komplek. Jika dilihat jet tempur Gen-6 tampaknya seperti melampaui masa depan.

Apa benar pesawat jet tempur Gen-6 memang bisa seperti yang diinginkan serba super? Apa benar setelah jet tempur Gen-6 lalu semua jet tempur masa kini akan menjadi target? Ini pertanyaan yang mengelitik para pengamat militer.

Mesin Pesawat Terbang Harus Mendukung

Namun untuk bisa dikatakan jet tempur genrasi baru harus memenuhi kriteria yang memiliki keterampilan praktis yang cukup untuk mendukungnya.

Kita bisa milihat kini, untuk merealisasi idealisme ini setidaknya kita harus memiliki teknologi praktis yang cukup untuk mendukung mesin sirkulasi variabel (variable-cycle engine), thrust-terhadap-bobot rationya harus bisa (1 banding 12, 15), pada saat yang sama kita harus bisa memilih cara kerjanya yang sesuai dengan kondisi penerbangan yang berbeda, dengan mesin vortex spray atau turbofan?

Lebih lanjut, misalnya teknologi energi langsung (direct energy), atau yang lebih langsung untuk teknologi laser, yang diusulkan oleh jet tempur Gen-6 Jepang sudah termasuk teknologi laser didalamnya.

Bahkan AS sedang  mendiskusikan apakah bisa senjata laser dipasang di pesawat Gen-6 yang sedang dalam R&D mereka untuk dipasang di B-21 bomber baru AS. Ini semua termasuk suatu yang trendi.

Misalnya jika kita menginginkan senjata laser, dan jika memang ingin dipasang di pesawat, akan banyak sekali aturan pertempuran udara benar-benar akan terjadi perubahan besar-besaran. Maka jet tempur Gen-6 kemungiknan akan mengubah aturan/misi pertempuran udara di masa depan, maka yang ketinggalan zaman akan terpukul.

Bagaimana Tiongkok mengejar ketertinggalannya?

Saat mengembangkan pesawat Gen-5 yaitu J-20 dan masih dalam R&D, AS sudah lebih dulu mengembangkan F-22 pada tahun 2001, dan sudah mulai masuk produksi. Jadi Tiongkok tertinggal kurang lebih 15 tahunan.

Sehingga jika dilihat situasinya, perbedaan antara AS-Tiongkok sudah begitu jauh, jika ingin membicarakan tentang pengembangan jet tempur Gen-6 apakah masih valid?

Namun tampaknya Tiongkok selama ini selalu mengadakan terobosan-terobosan pengembangan teknologi, dan juga sedang melakukan R&D untuk jet tempur Gen-6.

Biasanya di AS, sebelum jet tempur generasi baru keluar, maka mesin pesawat harus juga sudah keluar, karena mesin baru ini bisa membuat jet tempur Gen-6 AS akan bisa terbang lebih cepat, jarak tempuh labih jauh, dayanya lebih tinggi.

Menurut laporan, untuk menghadapi rudal Tiongkok Dongfeng-21D, rudal anti kapal induk, AL-AS telah mengajukan permintaan jet tempur Gen-6 harus mampu melaksanakan tugas misi anti-rudal di tas dek kapal induk. Yang berarti kapal induk AS harus berkemampuan untuk dengan cepat mencapai area yang jauhnya ratusan mil laut.

Sedang mesin generasi baru AS harus memiliki kemampuan untuk dengan cepat mencapai area yang jauhnya ratusan mil laut ini adalah Mesin variabel-siklus yang dapat mencapai persyaratan militer AS untuk kecepatan supersonik ini.

Kelihatannya AS saat dalam mengejar kepemilikan jet tempur Gen-6, sudah memiliki kemampuan untuk menunjang kebutuhan mesin yang kuat untuk mendukung program ini.  

Bagaimana kaitan pentingnya R&D mesin untuk pengembangan jet tempur Gen-6? Adakah Tiongkok berkemampuan untuk malakukan R&D untuk mesin semacam ini?

Ternyata Tiongkok memang sudah punya  kemampuan untuk melakukan R&D untuk mengembangkan mesin pesawat jet untuk generasi ke-6 yang demikian. Mereka percaya jika mempunyai keteguhan hati yang  menjadi keraguan mereka dahulu, itu mereka jadikan platform untuk bagaimana memilih pengembangan R&D-nya.

Sebab jika unit daya (mesin) tidak berfungsi, akan sulit untuk mengembangkan model yang lebih maju, jadi pada pokoknya yang terpenting adalah pada unit daya. 

Dibandingkan pengembangan unit daya/mesin dan platfrom pengembangan pesawat, siklusnya akan lebih panjang dan lebih sulit. Ini akan melibatkan serangkaian tautan dalam percobaan desain material. Maka titik fokus perjaannya tidak mungkin masuk ke R&D untuk mesin jet tempur Gen-6.    Maka harus lebih mengfokuskan tenaga dan dana pada R&D untuk unit daya/mesin pesawat.

Mengapa Unit Daya atau Mesin harus dikembangkan dahulu? 

Untuk hal ini AU dan AL AS pada abad lalu, pernah mengalami masalah untuk mesin F-15 dan F-14A sehingga menyerap cukup banyak pelajaran, sedang Tiongkok dalam pengembangan mesin pesawat juga pernah mengalami kesulitan yang sama.

Pada tahun 50-60an abad ke-20 lalu, negara RRT muda yang baru lepas dari asap perang, mulai melangkah dalam pengembangan industri penerbangan yang masih lemah. Mei 1964, AU-Tiongkok mengeluarkan persyaratan desain untuk merancang pesawat tempur yang lebih canggih daripada J-7 yang baru saja beroperasi pada saat itu, Tiongkok baru mengembangan mesin turofan WP-5 & WP-6 baru.

Pada tahun 1964 ketika mulai mendesain WS-6, ini merupakan pertama kali Tiongkok mendesain sendiri seluruhnya untuk "Double rotor afterburning large thrust turbofan engine (mesin double rotor afterburning)," dimana peningkatan penuhnya 12,5 ton. Indikator ini setara dengan pengenalan mesin AL-31F Rusia dalam 28 tahun, tetapi indeks kinerja yang berlebihan di luar kenyataan.

Tahun 1968 Mesin eksperimental pertama WS-6 mulai berjalan selama lima tahun, baru pada tahun 1974 diperboleh untuk mulai dites dengan kecepatan 100%, dan kemudian diuji dengan berbagai faktor gangguan eksternal.

Namun mesin trubofan WS-6 yang awalnya dimuali dengan lemahnya teknologi Tiongkok, telah mengalami beberapa kali berhenti selama proses pengembangannya dan masalahnya juga terus berlanjut.

Hingga tahun 1982, durasi R&D WS-6 telah berjalan 16 tahun, baru lulus setelah dilakukan tes darat 24 jam. Tapi ketika WS-6 akan dilakukan tes untuk pernerbangan di udara. Tapi proyek pesawat yang awalnya cocok dengan WS-6, ketika siap diinstal/dipasang tiba-tiba kehilangan obek yang cocok. Akibatnya  susah untuk bisa melihat kesuksesan dari WS-6. Sehingga tidak bisa menyelesaikan proses akhir R&D. Dan jadi kekecewaan berkepanjangan.

Kita bisa melihat dengan kegagalan pengembangan WS-6 telah menjadi kekecewan besar, tapi kegagalan ini membuat tim Tiongkok lebih memahami, apabila tidak terlebih dahulu memiliki mesin yang baik, maka tidak mungkin bisa mendesain satu pesawat yang baik.

Tapi belakangan ini pesawat Tiongkok kita ketahui, semuanya terdapat "sakit jantung" (sebelum tahun 2016) banyak yang mempertanyakan, mengapa kita yang melihat Tiongkok bisa membuat roket Shenzhou dan jet tempur J-10, tapi tidak bisa membuat mesin jet pesawat yang canggih?

Perlu diketahui untuk mengembangkan mesin trubofan terkini R&D nya sangat sulit. Pertama harus berani berinvestasi sangat tinggi, menurut pengalaman di AS 50 tahun lalu, AS sudah menginvestasikan R&D untuk mesin pesawat melebihi 100 milyar USD.

Misalnya pada abad lalu tahun 1960an, saat AS baru mulai melakukan R&D mesin untuk F-100, dari awal mulai verifikasi pengembangan mesin hingga tahun 1987 F-100 benar-benar matang Pratt & Whitney total memerlukan  20 tahun dengan anggaran 33,6 milyar RMB, sedang Tiongkok WS-6 selama 20 tahun menghabiskan anggaran 1,5 milyar RMB. (100 RMB = USD 14,79).

Ada yang berpandangan, dalam pengembangan mesin pesawat, Tiongkok telah tertinggal pada tahun itu. Dengan mengatakan, Tiongkok kurang cukup dalam menginvestasikan uangnya, kerena itu tidak mungkin bisa membuat mesin yang bagus jika uangnya tidak cukup.  Namun ada juga yang berpandangan lain, ada yang berpendapat, jika Anda tidak dapat melakukannya, apakah memang ini adalah masalah uang? Apa memang benar mustahil memiliki lebih sedikit uang terus tidak dapat membuatnya?

Atas dua pandangan di atas ini, tidak tahu yang mana yang yang paling benar?

Seperti yang banyak kita ketahui, untuk menguasai tekologi tanpa "buang duit" sepertinya tidak mungkin. Tongkok selama ini ketinggalan dari AS dan negara Barat dalam perlombaan ini dalam perlombaan ini. Selain itu level teknologinya juga masih sangat rendah. Dapat ibarakan seperti seorang murid SD yang belum lulus harus ikut ujian masuk ke perguruan tinggi, jelas kwalifikasinya tidak memadai. Maka dapat dikatakan perlombaan dalam bidang teknologi penerbangan, Tiongkok merupakan pendatang baru, namun mereka berusaha untuk mengejar ketinggalan ini.

Negara-negara yang angkatan udaranya kuat di dunia, kesenjangan di bidang aviasi militer cukup jauh, jadi Tiongkok pikir untuk mengivestasikan uang banyak untuk pengembangan mesin pesawat  tidak akan rugi.

Mengapa Tiongkok menganggap menginvestasikan uang banyak untuk mesin pesawat itu pantas?

Karena nereka ingin mengimbangi kekuatan pertahanan udaranya dengan Barat dan AS. Kita bisa lihat AS sebagai kekuatan AU besar dunia terletak pada kemampuan dalam membuat mesin pesawat, dengan memiliki mesin pesawat yang kuat maka dapat mengembangkan kemampuan pesawat, dengan dapat menambah pemuatan berbagai macam perlengkapan persenjataan, dan memungkinkan pesawat untuk lebih bermanuver lebih komplek. Sebaliknya jika kekuatan mesin pesawatnya lemah, untuk berlombaan pada garis yang sama, satu-satunya hanya bisa mengurangi sesuatu. Dengan mengurangi sesuatu pada pesawat, akan berakibat kekuatan dan kemampuan pesawat perbedaannya akan sangat besar.

Dari sudut pandang ini, ahli mengatakan, performa dari mesin pesawat menentukan 70% dari performa pesawat. Jika Mesin pesawat setelah ditentukan maka tingkat kinerja pesawat pada dasarnya telah ditetapkan. Jadi pandangan ini teletak pada garis dasar periode pengembangan adalah sangat masuk akal. Tapi jika bicara soal teknologi penerbangan, mucul lompatan pengembangan maka ketika itu juga akan muncul hal yang lain.

Misalnya, muculnya pesawat nir awak. kemudian ada beberapa indikator teknis yang dulunya merupakan indikator sulit di masa lalu, yang mungkin memerlukan indikator lebih rendah.  Kemudian beberapa indikator teknis yang dulunya merupakan indikator tinggi di masa lalu mungkin perlu diturunkan, sehingga yang mungkin lebih penting saat ini bukan lagi mesin. Ini adalah teknologi kontrol kecerdasan buatan (IA), siapa pun yang dapat mengontrol teknologi lebih maju mereka yang akan berada di posisi terdepan. Jadi sebenarnya, pengembangan mesin Tiongkok juga memiliki kesempatan untuk menyalip. 

Namun ada yang mengatakan bahwa mesin pesawat bukan satu-satunya faktor yang menentukan kinerja suatu jet tempur. Jadi ada yang mengatakan dari sudut pandang lain yang mengatakan bahwa karena sangat sulit untuk mengembangkan mesin dan teknologi itu, sedang  yang lain sudah tersedia, apakah tidak beli saja ke luar negeri saja?

Namun masalah mesin pesawat, apakah bisa mengandalkan pihak lain untuk membantunya? Dan menyelesaikan  masalah ini dengan mengimpor dari luar? 

Kita ketahui banyak negara tidak meliliki mesin pesawat buatan sendiri, lalu bagaimana bagi Tiongkok dengan tidak memiliki mesin pesawat sendiri apakah itu baik?

Tapi jika dilihat secara obyektif keadaan dunia selama ini, masalahnya jika Tiongkok mengimpor mesin dari luar negeri, andaikata tidak dikeani embargo, bisa saja Tiongkok langsung mengimpor dari luar dan mereka bisa langsung naik tingkat, ini merupakan prasyarat. Itu  jika Tiongkok tidak mendapat pembatasan.

Namun premis ini tidak akan ada untuk negara besar seperti Tiongkok, baik karena kekuatan ekonomi dan militernya yang besar. Dan ini pasti dipahami semua pihak.  

Kini semua pihak mengatakan Tiongkok bisa saja memakai mesin buatan buatan Rusia AL-31F, andaikata Tiongkok bisa mengimpor dalam jumlah besar sekalipun, tapi apakah memang betul bisa impor dalam jumlah besar dari Rusia? Karena mesin selevel ini, Tiongkok pada dasarnya sudah bisa membuat sendiri, hanya saja mungkin kehandalannya, kepratisannya, mungkin masih belum matang saja, namun mesin selevel ini Tiongkok sudah bisa dan mampu membuatnya sendiri. Jika dalam kondisi demikian maka pihak lain baru bersedia menjual mesin jenis ini kepada Tiongkok, jika tanpa dasar ini janganlah coba-coba membelinya. Dan Tiongkok juga pernah mengalami hal demikian, pertama, mereka tidak bersedia menjual kepada Tiongkok.

Kedua, seandainya bersedia menjual kepada Tiongkok, biasanya penjual akan memainkan harganya, atau prosesnya bertele-tele, jika mereka tidak mau menjual ya pasti tidak akan menjualnya, tidak mungkin ada tawar-menawar lagi.

Jika kita tidak memiliki premis menguasai akumulasi teknologinya, jelas pihak luar negeri akan bisa tidak bersedia menjual kepada kita. Maka dari itu masalah mesin pesawat terbang, Tiongkok berketetapan hati untuk mandiri.

Pada sessi kedua Sidang Pleno Nasional Tiongkok terakhir, mesin pesawat udara telah dimasukan dalam daftar "Rencana Lima Tahun ke-13" Tiongkok, dan menempati peringkat pertama diantara 100 proyek preoritas proyek besar.

Kecuali Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) baru, Tiongkok sedang melakukan program pengembangan mesin pesawat juga keluar kabar baik yang tersebar. Akhir-akhir ini "China Aviation News/" menerbitkan sebuah artikel dengan judul "Liu Yongquan: The Designer of the Power Industry Research Institute of China Aviation Industry Engine Research Institute"/"dalam artikel ini dilaporkan, salah satu jenis mesin pesawat tertentu yang eksprimennya berhasil.

Ada ahli militer yang menunjukkan, dari rentang waktu dari kesuksesan percobaan, mesin ini seharusnya mesin turbofan WS-10 yang telah ditingkatkan, yang juga disebut "Taihang/."

Sumber: Getty Images/Airshow China 2018 - Day Two : News Photo
Sumber: Getty Images/Airshow China 2018 - Day Two : News Photo
Mesin turbofan"Taihang/"kiranya sebuah mesin yang bagaimana? Seberapa tenaganya (thrust)?

Terakhir ini, Korp Penerbangan Armada Laut Selatan Tiongkok menyelenggarakan latihan penerbangan dengan intensitas besar-besaran. Yang menjadi perhatian adalah dalam latihan jet tempur J-11 telah digunakan mesin "Taihang" buatan Tiongkok sendiri. Selama ini perkembangan pembangunan mesin pesawat selalu mendapat perhatian khalayak ramai, mesin 'Taihang' merupakan perkembangan dari WS-6, industri aviasi Tiongkok dalam lingkup mesin turbofan terus mengadakan 'long march' sekali lagi.

Sejak tahun 1980an R&D Tiongkok telah menghabiskan lebih 20 tahunan, menurut "China Aviation News" melaporkan selama percobaan penerbangan "Taihang" telah mengalami lebih 200 masalah teknis dan halangan, bahkan pernah terjadi mesin mendadak berhenti di udara dan menimbulkan bahaya fatal, dalam percobaan penerbangan telah timbul beberapa kali halangan besar, pernah sekali pekerjaan pengembangan mengalami situasi keputus asaan.

Apa yang terjadi bahwa setelah sepuluh tahunan penerbangan uji coba yang sulit, mesin "Taihang" juga terus mengembangkan dirinya hingga ke tarap "sempurna".

Kini, mesin "Taihang" telah digunakan di jet tempur J-11B, J-16 series lain. Pada tahun 2014, pernah menjalankan misi untuk menghadang kapal surveilance AS P-8A , pesawat patroli J-11B dengan menggunakan mesin trubofan "Taihang"

Sumber: GRTN
Sumber: GRTN
Produk jet tempur Tiongkok akhirnya ter-realisasi lepas dari ketergantungan dari mesin pesawat impor. Namun dibalakang ini tim Tiongkok telah mengalami deru-deru berguling-guling dalam maju ke depan, namun berkat dedikasi, dukungan pemerintah dan ketekunan para tim ini akhirnya bisa berhasil

Menurut media, mesin "Taihang" series kini terus mengalami peningkatan dan lebih matang, sehingga bisa menunjang pesawat jet tempur Gen-3 Tiongkok --- J-10s dan J-11s termasuk semua deviasinya dan peningkatan dari J-11s, termasuk J-15s yang digunakan di kapal induk. Jadi mendukung banyak untuk peningkatan jet tempur buatan dalam negeri Tiongkok sendiri yang dapat diandalkan.

Maka tidak heran di masa depan Tiongkok yang tadinya mengandalkan dengan mesin AL-31F akan menggantikan dengan mesin buatannya sendiri.

Jadi keberhasilan membangun mesin pesawat yang handal mencermin suatu negara benar-benar mandiri dan kuat dalam pertahanan udaranya. Namun keberhasilan negara membangun industri mesin pesawat tidak hanya mencerminkan kekuatan negara tersebut atas industri dirgantaranya, juga mencermin negara tersebut atas kekuatan industrinya yang komprehensif.

Untuk membangun mesin pesawat yang baik, tidak hanya dibutuhkan dana yang masif, juga harus ditunjang dengan basis industri yang kuat.

Sumber: Ilustrasi Penulis
Sumber: Ilustrasi Penulis
Dengan demikian keberhasilah Mesin "Taihang" ini menunjukkan dasar kekuatan industri Tiongkok.

Untuk menciptakan mesin pesawat terbang militer, masalahnya sering kali bukan karena tidak bisa mendesain, yang peting apakah desain bisa direalisasikan atau meskipun telah berhasil membuat proto tipe, tapi apakah bisa membuatnya matang dan dapat diproduksi secara massal? Kadang dapat membuat sampel tapi tidak bisa diproduksi sebagai produk yang matang.

Jadi disini yang penting ini harus tunduk pada apa? Ini menunjukkan tingkat dari industri dasarnya. Mesin pesawat militer dapat disebut sebagai industri top suatu negara, menjadi mahkota dari industri dari suatu negara.

Sering kali dikatakan, jika mahkota industri ini berhasil dibuat, maka dasar industri negara tersebut sudah  kokoh dan tidak goyah, maka seluruh dasar industri negara ini sangat mendasar dan sangat kuat.

Maka kini meskipun sekarang Tiongkok dibandingkan dengan industri top negara maju, masih ada gap yang besar. Tapi kini sudah lebih baik. Mengapa?  Karena industi Tiongkok terus meningkat dan komprehensif, dan terus melakukan investasi berkelanjutan. Ini adalah kondisi yang tidak dapat diubah.

Kalau memang dasarnya terus menaik dan tidak boleh diubah, lalu seberapa jauhkah Tiongkok untuk mencapai top piramida di atas?  Tampaknya para timnya sangat percaya diri. Namun semua masalah harus dilihat secara tuntas, dan harus benar-benar ada persiapan mendasar.

Industri kedirgantaraan memerlu industri penunjang seperti yang ditunjukkan dalam piramida di atas. Hal itu tampaknya mudah, namun tidak sederhana dan mudah untuk mencapainya.

Pengalaman India dalam membangun jet tempur Gen-3 LCA

Pada awal tahun 2016, LCA jet tempur pertama India telah membuat debut di Bahrain Air Show, dan ini merupakan LCA untuk pertama kali melakukan pertujukan internasional.

Pada awal tatun 1980an, India telah mengusulkan untuk mengembangkan LCA jet tempur ringan. Dengan ini telah mendorong perkembangan industri penerbangan India. Terutama untuk mendapatkan kapasitas pengembangan jet tempur Gen-3. 

17 Nopember 1995, LCA pertama kali mendapat verifikasi teknis,  akhirnya bisa keluar. Namun karena ada kegagalan dalam fly by wire, rencana yang ditetapkan pada penerbangan perdana tahun 1996 diundurkan hingga akhir abad ke-20.

Pada tahun 1998, India berhasil melakukan uji coba bom nuklir, hal ini menyebabkan India dijatuhi sanksi embargo oleh Barat dan AS, dengan demikian program pengembangan LCA mendadak tidak mendapat dukungan dari teknologi Barat dan AS.

Dikarenakan dasar industri kedirgantaraan India masih lemah, baik untuk mesin ber-kinerja tinggi, sistem kontrol penerbangan, dokumentasi perekaman radar dan kurangnya kemampuan pengembangan independen untuk sistem radar dan sistim avionik masih kekurangan dan kemampuan R&D yang independen. Dan kemandirian teknologi persiapannya belum cukup, hingga 4 Januari 2001, mesin verifikasi teknis LCA (Tejas) yang pertama, TD-1 baru berhasil menyelesaikan uji coba terbang perdana. 

Padahal LCA India pada Pameran Kedirgantaraan Bahrain sangat mendapat perhatian, saat itu LCA akan menjadi saingan atau kompetisi  sengit yang kuat dari jet tempur joint produksi Tiongkok-Pakistan JF-1 "Xiaolong" (JF-17).

Sumber: Ilustrasi dari defpost.com + www.livefistdefense.com
Sumber: Ilustrasi dari defpost.com + www.livefistdefense.com
Tadinya India juga berrencana bersaingan dalam pasaran jet di  dunia dengan JF-1 (JF-17), sebenarnya LCA seharusnya di pasaran jet tempur internasional akan mendapatkan posisi penting, karena speksifikasinya lebih unggul.

Pada awalnya India mulai mengembangkan jet tempur ini, jika dilihat dari prospek perkembangannya sangat menjanjikan. Namun sayang mereka mulai terlalu awal dan menyelesaikannya terlalu terlambat. Mereka mulai dengan kwalifikasi cukup tinggi, namun kemudian makin lama makin merosot, karena industri dasar penunjangnya tidak cukup mendukung program tersebut.

Sehingga rancangan semula yang cukup tinggi, ketika direalisasikan keteteran. Saat itu mereka memasukkan teknologi jet tempur Prancis "Phantom" dan juga keunggulan lainnya.


Sedang Tiongkok justru mulai dari pesawat jadul J-7 dan J-8 jet tempur Gen-1 & Gen-2, namun akhirnya selama 30 tahunan  terjadi perubahan besar. 

Sumber: battle-machines.org
Sumber: battle-machines.org

Masalahnya ketika India menghadapi kesulitan dalam sistem telex mereka minta bantuan luar negeri. Kini jantung atau mesin pesawat dari LCA menggunakan mesin F-404 buatan General Motor Corporation. Sedang Radarnya menggunakan buatan Israel, maka dari itu LCA sekali minta bantuan luar akan selalu tergantung mereka, jadi tergantungan luar negeri membuat tidak bisa lancar (rawan menjadi faktor tawar menawar baik ekonomis maupun politis). 

Dari segi teknologi, jet tempur LCA merupakan upaya India untuk membuktikan memiliki kekuatan militer buatan sendiri, India untuk menyoroti perlunya LCA untuk memenuhi pertempuran udara abad ke-21, telah menggunakan banyak sekali teknologi Barat baru dan proses baru serta dari banyak negara Barat. Sehingga menjadikan LCA "sangat sempurna" sekali, namun  penuh dengan perlengkapan negara asing. (bandingkan pengalaman pesawat produksi IPTN: N250 & D.I.:CN235; CN295).

Karena itu, masalahnya timbul, meskipun LCA telah dua tahun lebih awal telah menjadikan berkemampuan tempur menjadi unggul saat itu. Walaupun mereka berusaha untuk membuatnya sendiri selama dua tahun tapi akhirnya tidak mampu, dan minta bantuan asing. Namun karena AU-India melihat rekam jejak kegagalan dalam teknis dan penyerahan barang dari perusahaan ini, AU-India tidak ingin memesannya, tapi untuk harga diri AU-India terpaksa memberi pesanan 20 unit.

Dan atas dukungan pemerintah India, Perusahaan Dirgantara India Hindustan mengeluarkan solusi tempur LCA berbasis operator baru dan mempertimbangkan untuk menggunakan mesin buatan General Motor AS F-404 yang sudah tidak memuaskan, untuk memenuhi kebutuhan yang diminta AU-India, Industri Dirgantara Hindustan India terpaksa mengganti mesin pesawat dengan F-414 yang lebih bertenaga.

Selain mengganti mesin pesawat, LCA juga harus menghadapi mengubah pengingkatkan kekuatan pneumatik dan badan pesawat, dan meningkatkan modul peperangan elektronik, upgrade komputer kontrol penerbangan dan alat rekam elektronik dll. Dan semua perubahan ini memerlukan bantuan negara asing untuk dapat menyelesaikannya. 

Kenyataan yang mengandalkan luar negeri ini, andaikata ada salah satu kekurangan kecil sekalipun akan mempengaruhi keseluruhan proyek, kelihatannya kecil namun akibat dan pengaruhnya besar.

Ini semua diakibatkan karena pada dasarnya industri Inidian secara keseluruhan masih lemah, tidak dapat mendukung serangkai perkembangan ini. Misalnya jika mempertimbangan bobot pesawat, mereka bisa menyesuaikan dengan menggunakan bahan yang lebih ringan misalnya serat karbon, perbandingannya bisa ditingkatkan 40-45% .

Tadinya awalnya pesawat ini sudah didesain dengan sangat baik, namun saat akan direalisasi rancangan awal tidak bisa tercapai. Misalnya bahan baku dari serat karbon India, dan proses pembuatannya tidak ada industrinya yang bisa mendukung. Akhirnya mereka harus mengandalkan Jepang dan Barat, dan karena mereka tidak mau mendukung progem proyek ini,  akhirnya harus digunakan bahan logam, yang dengan sendirinya menambah bobot pesawat.

India jelas sebelumnya pasti sudah mempertimbangan dan jelas mengetahuan akan persoalan ini. Tapi karena untuk masa depan mereka tetap mempertahankan program ini, dan juga mencoba untuk mengubah situasi berdasarkan itu.

Hal itu dalam proses perkembangan industri kedigantaraan, apakah bisa dikatakan mengadung lompatan besar? 

Dari pengalaman India ini bisa terlihat, dalam segala hal jangan berharap dengan sedikit upaya akan dapat hasil yang besar, semua hal harus dilakukan setahap demi setahap. Jika tidak memiliki dasar yang kuat, meskipun memiliki ide yang bagus, tidak mungkin akan tercapai targetnya.

Dan Tiongkok pernah juga mengalami hal yang sama, Tiongkok dapat mencapai tingkat sekarang, juga hasil dari perkembangan setahap demi setahap dengan susah payah maju ke depan.

Namun tampaknya Tiongkok dengan sungguh-sungguh, selangkah demi selangkah melengkapi hal ini, baru mendapat hasil seperti hari ini seperti J-20.


Sumber: Media TV & Tulisan Luar Negeri

https://www.youtube.com/watch?v=20J6RQpnJCk

China's sixth generation jet fighter confirmed, more advanced than J-20 aircraft

battle-machines.org

LCA Tejas vs JF-17 Thunder

popularmechanics.com

'Sixth Generation' Fighters Jets Are Already Taking Shape

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun