Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benteng Trump di Polandia, Strategi Keseimbangan Kekuatan Yang Berbahaya

12 Oktober 2018   15:19 Diperbarui: 12 Oktober 2018   15:45 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The Millennium Report

Presiden Polandia Andrzej Duda mencoba menyebahkan suatu daya tarik atau atraksi kepada Presiden AS Donald Trump pada 18 September lalu, suatu usulan yang telah didengun-dengunkan selama beberapa bulan sebelumnya, untuk mencegah kemungkinan agresi Rusia pada negaranya. Pemerintah Polandia bahkan bersedia membayar 2 miliar USD.

Duda berkata: "Saya dengan tersenyum ketika berbicara dengan Bapak Presiden. Saya mengatakan bahwa saya sangat ingin untuk mendirikan pangkalan militer Amerika yang permanen di Polandia, yang kami akan dinamai "Fort Trump" (Benteng Trump). Dan saya sangat percaya bahwa ini mungkin. "

"Fort Trump" sangat kentara sekali,  ini untuk mengangkat-angkat "Trump" sebuah brand atau merk seperti 'Trump Tower' 'Hotel dan Lapang Golf Trump' ini suatu iming-iming dari presiden Duda.

Latar Belakang Polandia Menawarkan Pangkalan Militer

Sumber: www.nytimes.com + Politico Europe
Sumber: www.nytimes.com + Politico Europe
Kita sudah sering mendengar di Israel dikatakan "Hanya ketika militer AS benar-benar ada di wilayah Israel barulah Israel akan memiliki keamanan yang nyata." Akan sangat tepat untuk menerapkan kata-kata ini ke Polandia juga, yang telah sangat mengharapkan AS mendirikan pangkalan militer dalam wilayahnya.

Tahun ini, presiden Polandia telah berulang kali secara terbuka mengundang AS untuk secara permanen menempatkan pasukannya di Polandia dan bahkan mengusulkan penamaan pangkalan militer "Fort Trump" dan dia juga bersedia menginvestasikan 2 milyar USD untuk pangkalan tersebut.

Dihadapkan dengan dua faktor yang sangat menggiurkan ini, Presiden AS Trump mengatakan bahwa dia akan "mempertimbangkan dengan serius" proposal tersebut.

Jadi, sebagai negara yang berdaulat, mengapa Polandia begitu bersemangat untuk menyerahkan keamanan negaranya sendiri ke AS?


Sumber: Politico Europe + UPI.com
Sumber: Politico Europe + UPI.com
Pada 18 September Presiden Polandia Andrzej Duda dan istrinya Agata Kornhauser-Duda tiba di AS untuk berkunjung. Suasana manis dan harmonis menunjukkan hubungan yang tidak biasa.

Kemudian, kedua presiden memberikan pidato dan memberikan kata-kata kunci untuk pkunjungannya tersebut.

Presiden Polandia, Andrzej Duda mengatakan: "Saya berharap AS untuk mendirikan pangkalan militer permanen di Polandia, Kami akan menamai pangkalan militer ini 'Fort Trump.' Saya benar-benar percaya bahwa ini mungkin (direalisasikan)."

Presiden AS, Donal Trump mengatakan: "Tadi presiden menawari kami lebih dari dua miliar dolar untuk melakukan ini. Jadi kami akan mempertimbangkannya."

"Fort Trump!" Dua milyar USD! Dengan hak menamai pangkalan militer dan 2 miliar USD, dunia luar percaya ini adalah tawaran, Pentagon sedang mempelajari pangkalan militer yang ditawarkan Polandia.

Kongres AS juga meminta Pentagon untuk menyerahkan laporan ini sebelum 1 Maret 2019 tentang kelayakan penempatan militer AS secara permanen di Polandia.

Jadi mengapa Polandia begitu bersemangat untuk membuat langkah besar mengundang AS untuk mendirikan pangkalan militer permanen di negaranya yang berdaulat?

Marius Blaszczak, Menteri Pertahanan Nasional Polandia mengatakan:  "Kehadiran ini sangat penting bagi kami untuk mencegah serangan musuh. Pasukan AS adalah satu-satunya di dunia yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan posisi kami untuk melawan musuh."

Siapa yang ingin dicegah Polandia? Dan siapa yang ingin dipertahankan? Pada akhir Mei tahun ini, situs berita Polandia "Onet" membeberkan dokumen untuk tahun ini "Proposal untuk Kehadiran Tetap AS di Polandia." Dalam dokumen tersebut Polandia dengan jelas menunjukkan alasan utama meminta AS untuk menempatkan pasukannya di sana --- "untuk menghadirkan tantangan tegas dan menangkal Rusia yang semakin berani dan berbahaya untuk mengancam Eropa. "

Tawaran tahun ini sebenarnya bukanlah yang pertama kali bagi Polandia meminta AS untuk menempatkan pasukannya di sana. Setelah Perang Dingin berakhir, mereka telah mengharapkan atau mengajukan permintaan hal semacam ini berulang kali. Setelah krisis Ukraina pada tahun 2014, negara-negara di Eropa Timur, terutama yang berdekatan dengan Rusia, seperti Polandia dan tiga negara Baltik yang berbagi perbatasan dengan Rusia, untuk masalah keamanan mereka agar bisa lebih jelas terlindungi, sehingga mereka selalu ingin negara-negara NATO dapat mendirikan pangkalan militer permanen dan memberikan jaminan keamanan mereka, bahkan meskipun pangkalan itu tidak begitu besar setidaknya akan menjadi tujuan simbolis.

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Barat dan Rusia terus membaik. Sebagai anggota NATO yang berdekatan dengan Rusia, tekanan Polandia menjadi meningkat secara tiba-tiba.

Untuk menyeimbangkan tekanan ini, dalam beberapa tahun terakhir, Polandia telah membuka pintunya lebar-lebar untuk pasukan militer NATO, tidak hanya mengizinkan untuk menempatkan "Aegis" darat di wilayahnya, tetapi juga mengizinkan pasukan NATO untuk ditempatkan di sana. dan melakukan latihan militer dengan alasan untuk "mencegah kejadian tak terduga seperti krisis Krimea terjadi di Polandia."

Namun, penempatan pasukan yang bergilir, menempatan sistem anti-rudal dan latihan militer skala besar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keamanan Polandia.

Dalam pandangan Polandia, sebagai sebuah negara, mereka tidak merasa nyaman dengan pasukan NATO yang ditempatkan di negaranya. Menurut klausul yang relevan dari perjanjian NATO, seperti Pasal 5, jika Polandia benar-benar diserang oleh Rusia, semua anggota NATO yang lain harus bergabung dan melawan Rusia. Tapi dari perspektif saat ini, meskipun artikel itu memang ada, bukan berarti bahwa dalam segala situasi,  NATO akan benar-benar mau bergabung dan melawan Rusia.

Jika pangkalan militer AS secara permanen didirikan di Polandia, maka Polandia memiliki kemungkinan menerima perlindungan permanen dari AS. Seandainya "Fort Trump" sudah didirikan dengan sukses di Polandia, antara kekuatan militer AS dan Rusia mungkin akan terbentuk keseimbangan. Maka diharapkan "perdamaian dan keamanan" Polandia sendiri akan tercapai dengan keseimbangan kekuatan semacam ini.

Apabila Polandia ingin mencapai rencana ini, tidak hanya harus sering berinteraksi untuk mendekati AS dan menolak Rusia, tetapi juga mulai menghapus jejak Rusia di Polandia.

"Polandia Meluncurkan Gerakan Anti-Rusia / Penghapusan Pengaruh Rusia." Ini adalah judul artikel yang diterbitkan pada 10 September di "Morning Post" Rusia. Laporan itu mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Polandia telah memecat sekitar 200 diplomat lulusan dari Institut Negara Hubungan Internasional Moskow (Moscow State Institute of International Relations).

Saat ini, sebagian besar posisi ini telah diambil alih oleh orang-orang yang tidak memiliki pengalaman atau berpengetahuan yang relevan. Dekan Institut Perkembangan Nasional Modern Solonnicof Rusia, mengatakan bahwa tindakan Polandia ini sekali lagi menunjukkan bahwa sentimen anti-Rusia semakin kuat di Polandia, dan mereka benar-benar pindah ke jalan anti-Rusia.

Jadi Polandia ingin menghapuskan semua orang ini dari pekerjaan mereka dan menyingkirkan jabatan itu sekarang, pengamat percaya sebagian besar adalah keinginan mereka untuk menghapus bekas-bekas sejarah, yaitu, membersihkan bekas-bekas pengaruh Uni Soviet di masa lalu dan bekas-bekas Rusia telah sedikit demi sedikit disingkirkan dari yang dimiliki Polandia dan membangun budaya Polandia yang sama sekali baru, politik Polandia baru dan hukum Polandia baru dalam era sejarah baru.

Mantan Presiden AS Franklin D. Roosevelt pernah berkata: "Dalam politik, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Jika itu terjadi, kamu bisa bertaruh itu sudah direncanakan seperti itu. "

Dari kutipan ini kita mungkin bisa melihat sekilas rahasia di balik Polandia yang menawarkan AS cabang zaitun. Polandia telah mengalami terpecah-pecah berkali-kali dalam sejarah yang menyakitkan,  dan mengakibatkan banyak kematian atas rakyatnya. Sebagai bangsa hampir tidak dapat dipisahkan dari bayangan Rusia. Dan itu membuat Polandia saat ini sangat mengarahkan pandangannya kepada Barat dan AS, yang dianggap sebagai pemimpin dunia Barat, secara alami menjadi sumber penting dukungan yang ingin diandalkan Polandia.

Polandia berbatasan langsung dengan Ukraina dan Belarusia di timur, Lithuania di timur laut, ketiga negara ini berbatasan dengan wilayah Rusia di Kaliningrad Oblast. Dan berbatasan dengan Jerman di barat dan Laut Baltik di utara.

Sumber: Quora
Sumber: Quora
Ekspansi ke arah barat Rusia dan ekspansi ke arah timur Jerman dan kekuatan Eropa Barat lainnya berpotongan di Polandia. Lokasi geografis Polandia adalah titik fokus untuk kekuatan besar yang terlibat dalam persaingan. Letak geografi Polandia yang ditakdirkan ini menyebabkan mengalami sejarah yang sulit dan menyusahkan.

Maka lagu kebangsaan Polandia berjudul: "Poland Belumlah Hilang" dengan teks: "Polandia belum binasa, selama kita masih hidup." Dengan Ritme yang berat namun meriah dan bersemangat tampaknya mengingatkan para prajurit Polandia dan perjuangan mereka untuk melindungi tanah air mereka.

Lagu ini diciptakan pada tahun 1795, ketika Polandia berada di ambang kehilangan negaranya untuk pertama kalinya. Sebelum Polandia pertama kali hilang sebagai sebuah negara, Polandia pernah mengalami dipecah-pecah tiga kali sebelumnya, dan setiap kali Tsar Rusia selalu terlibat.

Pada 1772, Polandia dipecah-pecah oleh tiga negara Tsar Rusia, Prusia (Jerman) dan Austria. Polandia kehilangan 35% dari wilayahnya dan 33% dari populasinya. Pada 1793, Polandia dipecah-pecah untuk kedua kalinya oleh Rusia dan Prusia. Polandia menjadi negara kecil dengan wilayah hanya 200.000 kilometer persegi dengan populasi tinggal 4 juta.

Pada 1795, Rusia dan Austria menandatangani perjanjian untuk memecah  Polandia jadi tiga. Setelah mengalami tiga pemecahan ini, Polandia kehilangan status kenegaraannya dan lenyap dari peta Eropa selama lebih dari 123 tahun.

Setelah Perang Dunia Pertama (P.D. I), Polandia memperoleh kembali kemerdekaannya pada bulan November 1918 dan membangun kembali dirinya sebagai sebuah negara, tetapi ini tidak berlangsung lama.

Pada 1 September 1939, Jerman menggunakan taktik peperangan blitzkrieg (perang kilat) untuk menyerang Polandia dan pada 17 September tahun itu, dengan alasan bahwa mereka mendirikan garis pertahanan di bagian timur, Uni Soviet memerintahkan 600.000 pasukan Tentara Merah ke perbatasan Uni Soviet-Polandia dan ke Polandia Timur.

Sumber: www.schoolshistory.org.uk
Sumber: www.schoolshistory.org.uk
Militer Uni Soviet dan Jerman memecah Polandia di sepanjang Pissa, Narew, Vistula, dan San Rivers.

Bagi Polandia, Rusia selalu menjadi momok dan sumber rasa takut akan keamanannya atau dapat dikatakan itu selalu merupakan tekanan yang tak terlihat. Selain itu negara yang besar dan kuat dan ditambahkan dengan banyak faktor negatif yang telah dialami Polandia sepanjang sejarah, sehingga dalam hal budaya dan pola pikir, bagi orang Polandia rasa takut kepada Rusia dan sentimen anti-Rusia telah meresap ke dalam tulang-sumsumnya.

Perselisihan sejarah telah menyebabkan Polandia  merasa takut yang luar biasa besar terhadap Rusia. Setelah Perang Dingin berakhir, pada November 1992, Polandia secara resmi meloloskan dua dokumen "Tenets of Polish Security Policy" Republik Polandia. "Dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa Polandia memandang NATO sebagai faktor penting dalam stabilitas Eropa. Kehadiran kekuatan militer AS di Eropa adalah yang paling penting bagi stabilitas Eropa."

Tujuan strategis Polandia adalah mengintegrasikan diri ke dalam sistem Barat secara politik, ekonomi dan militer.

Pada Maret 1999, Polandia berhasil bergabung dengan NATO dan bergabung dengan UE pada 2004. Pada 24 Maret 2010, ketika rudal "Patriot" pertama dikirim ke Polandia, alutama ini ditempatkan di Morag Base, hanya 60 km dari Rusia. Menyusul misil-misil itu, AS menempatkan lebih dari 100 pasukan. Kemudian Presiden Polandia Lech Kacynski mengumumkan secara terbuka bahwa Polandia tidak akan pernah menyerah kepada siapa pun lagi.

Lech Kacynski, Mantan Presiden Polandia mengatakan: "Tidak ada yang bisa menyarankan Polandia apa yang harus mereka lakukan. Waktu untuk itu sudah lama berlalu. Semua tetangga kita harus menghadapi satu fakta bahwa Polandia tidak akan menyerah kepada siapa pun."

Kita bisa melihat setelah Perang Dingin berakhir, negara-negara yang paling bersemangat untuk bergabung dengan NATO dan meminta NATO untuk memperluas ke arah timur adalah negara-negara berikut ini. Jaitu ketiga negara: Polandia, Hongaria dan Republik Ceko adalah yang pertama mengangkat tangan mereka dan mereka menjadi negara pertama yang sebelumnya adalah anggota Pakta Warsawa  untuk bergabung dengan NATO. Karena hal yang mereka sukai adalah pada pertahanan kolektif NATO. Jika ada AS yang mendukung mereka secara militer, maka mereka dapat bersaing dengan Rusia.

Setelah bergabung dengan NATO, Polandia berusaha keras untuk mendorong ekspansi NATO ke timur. Ini terutama terjadi setelah krisis Krimea pecah, dan Polandia bahkan lebih berwaspada.

Pada Maret 2014, Polandia mengatakan bahwa AS telah mengirim 12 jet tempur F-16 ke pangkalan udara Lask Polandia.

Pada Juni 2015, Polandia menjadi ujung tombak, sebagai negara pertama di Eropa Timur yang dulunya termasuk dalam wilayah kekuasaan Uni Soviet untuk meminta AS menggelar persenjataan berat di wilayahnya.

Pada 2017, Presiden AS Trump memilih untuk mengunjungi Polandia pada perjalanan keduanya ke luar negeri. Dalam pidatonya di Warsawa, Trump memberi penghormatan kepada rakyat Polandia dan memuji Polandia karena menjadi anggota NATO yang membayar semua biaya pertahanannya.

Dalam pidatonya Trump mengatakan: "Itulah mengapa kami memberi hormat kepada rakyat Polandia untuk menjadi salah satu negara NATO yang sebenarnya telah mencapai benchmark untuk investasi dalam pertahanan bersama kami, terima kasih, terima kasih Polandia, saya harus memberi tahu Anda contoh yang Anda lakukan benar-benar luar biasa dan kami memuji Polandia."

Alasan lain mengapa Polandia terdorong untuk mendekati AS karena Polandia semakin berbeda dari sekutu Eropanya.

Untuk masalah krisis pengungsi, Polandia secara terbuka menolak seruan Kanselir Jerman Merkel untuk menerima pengungsi beberapa kali. Dalam hal ini tidak mengindahkan permintaan dari pengadilan tertinggi di Uni Eropa (UE), yang memutuskan untuk dapat memaksa negara-negara anggota untuk mengambil orang-orang yang membutuhkan tempat berlindung, dengan mengatakan bahwa Polandia tidak akan mematuhi putusan ini.

Sementara itu, reformasi peradilan Polandia bertemu dengan oposisi dari UE, dan itu dipercaya akan menghalangi keadilan.

Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, menyatakan kekhawatirannya sebagai seorang pria Polandia: "Polandia dan UE sekarang dalam keadaan beroposisi."

Donald Tusk mengatakan: 'Saya pikir pengumuman ini adalah pengumuman awal untuk Polandia, dan UE tidak membutuhkan Polandia."

Jadi kita bisa melihat NATO terpecah secara internal. Yang terbagi menjadi Eropa lama dan Eropa baru dari anggota lama dan anggota baru NATO. Jika kita melihat sekarang, 29 anggota merasa berbeda ketika untuk masalah ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia.

Analisis menunjukkan bahwa dengan latar belakang perpecahan yang melebar antara negara-negara anggota UE Timur dan Barat, Polandia telah merasakan bahaya tersembunyi yang lebih dalam untuk keamanannya sendiri. Sama seperti ketika Trump merobek kesepakatan nuklir Iran, Jerman, Perancis dan negara-negara lain menjadi lebih dekat ke Rusia.

Setelah menimbang pro dan kontra ini, Polandia pada akhirnya memilih AS untuk menjadi pendukung paling penting dan yang berusaha terbaik untuk melindungi untuk meningkatkan pengaruh regionalnya sendiri dan jaminan keamanan negaranya sendiri.

Harus dikatakan bahwa interaksi antara negara-negara Eropa Timur dan AS sebenarnya sudah selalu cukup sering. AS tanpa ragu adalah pilihan terbaik mereka. Sebagai hegemon dunia dan apa yang disebut pemimpin dunia Barat, tentu saja, untuk negara-negara ini, mereka mencari pendukung dalam hal politik, ekonomi atau keamanan, dan mereka menginginkan sebuah negara yang kuat di belakang mereka, mereka lebih suka memiliki yang terkuat dari semuanya.

Tentu saja, kita baru saja berbicara tentang perubahan di Eropa yang telah terjadi sejak 2014. Untuk negara-negara ini, untuk pendukung seperti ini, mencari AS secara alami menjadi pilihan optimal.

Selama Perang Dingin, Polandia adalah benteng Pakta Warsawa, yang berhadapan dengan NATO dimana AS sebagai pemimpinnya. Setelah berakhirnya Perang Dingin, Polandia secara bertahap menjadi anggota NATO yang dipimpin AS dan pelopor perlawanan terhadap Rusia.

Sebagai tanah yang selalu berada di mana kekuatan besar bertemu, mungkin itu selalu akan menjadi nasib Polandia.

Dan untuk AS, yang memiliki banyak sekutu tradisional di Eropa, terutama Jerman, yang menjadi markas besar NATO, jadi mengapa mereka memilih Polandia untuk menjadi penolongnya dalam melawan Rusia?

Dari 11 Juli hingga 12 Juli 2018, pertemuan puncak NATO diadakan di Brussels. Presiden AS Trump, dengan ancaman mundur dari NATO, sekali lagi memaksa sekutu-sekutu Eropanya untuk meningkatkan pembelanjaan militer mereka. Namun, tidak ada dari mereka yang melaksanakan permintaan paksa ini.

Adapun negara-negara Eropa yang mapan seperti Perancis dan Jerman, menyuruh mereka mengurangi dana tunjangan dalam negeri dan membelanjakan uang itu untuk militer akan membuat marah warga negara mereka.

Akibat dari kemarahan warga ini akan membuat pemerintah mundur atau jatuh,  jadi bagi para pemimpin pemerintah mereka, termasuk Merkel dan Macron, memang cukup sulit untuk meningkatkan anggaran belanja militer karena politik negara mereka tidak akan mengizinkannya.

Ketika berbicara tentang uang dan melukai perasaan, dalam wawancara CBS dengan Trump, dia bahkan menyebut Uni Eropa sebagai musuh.

Trump mengatakan: "Jangan lupa kedua orang tua saya lahir di sektor UE, Oke? Maksud saya, ibu saya adalah Skotlandia, ayah saya adalah Jerman. Dan Anda tahu saya mencintai negara-negara itu. Saya menghormati para pemimpin negara-negara tersebut. Namun dalam hal perdagangan, mereka benar-benar memanfaatkan kami. Dan banyak dari negara-negara yang berada di NATO, mereka tidak membayar kewajiban mereka. Saya pikir Uni Eropa adalah musuh, apa yang mereka lakukan pada kita dalam perdagangan. Sekarang kita tidak akan memikirkan Uni Eropa lagi mereka adalah musuh."

Menurut laporan dari Washington Post, NATO saat ini memiliki 29 negara anggota, tetapi tahun lalu, hanya empat negara: AS, Inggris, Estonia, dan Yunani yang menganggarkan setidaknya 2% dari PDB mereka untuk militer.

Tahun ini diharapkan jumlah negara untuk mencapai target ini akan meningkat menjadi delapan. Keempat negara tambahan itu adalah Polandia, Rumania, Latvia, dan Lituania. Dari negara-negara yang berkontribusi ini, pengeluaran militer AS mencapai 3,5% dari PDB dan menanggung dari biaya NATO 68,7% daripada 90% yang diklaim Trump.

Dalam keadaan seperti ini, tidak hanya pengeluaran militer Polandia mencapai standar 2% dari PDB, tetapi juga mempersiapkan untuk menghabiskan 2 miliar USD lagi untuk membantu mendirikan pangkalan militer. Itu benar-benar langka dan terpuji untuk Trump.

Dalam pandangan Presiden AS Trump, Polandia adalah role model nyata bagi orang-orang Eropa.

Karena itu, kolaborasi Polandia dan AS di bidang pertahanan nasional akan menjadi lebih kuat, ini termasuk kerjasama dalam hubungan militer, intelijen, pertahanan rudal, teknologi dan pelatihan. Dan AS memang mencari partner seperti itu. Suatu negara yang mampu memberikan uang dan mampu memberikan kekuatan.

Pada awal tahun ini, pemerintahan Trump mengumumkan perubahan arah strategi keamanan nasional AS.

Pemerintah Trump menerbitkan "Strategi Keamanan Nasional" dan "Strategi Pertahanan Nasional" yang dalam ringkasan dilaporkan, menggeser titik fokus pertahanan nasional AS dari terorisme dan menuju persaingan strategis antarnegara, menyebut Rusia sebagai "pesaing utama" dan menyatakannya sebagai "tantangan terbesar bagi keamanan nasional AS berulang kali melebihi terorisme."

(Baca: Apa Strategi Keamanan Dan Pertahanan AS Tahun 2018 Dalam Era Pemeritahan Trump? )

Semetara itu sekutu tradisional AS, Eropa dalam membantu dan mendukung sanksi AS kepada Rusia tidak pernah sehebat itu.

Pada 11 Juli tahun ini, sebelum pembukaan resmi KTT NATO, Trump membombardir Jerman dengan kritik, mengatakan bahwa Jerman "belum menjadi pemimpin yang baik" dan mengkritik Jerman karena mengimpor sejumlah besar gas alam Rusia, Jerman sudah "dikendalikan" oleh Rusia dan telah menjadi "tawanan" Rusia.

Menlu Ferderal Jerman Heiko Mass yang juga menghadiri KTT ini, membalas langsung pernyataan Trump dengan mengatakan: "Kami bukan tawanan Rusia, kami bukan tawanan AS."

Proyek pipa gas alam "Nord Stream 2"

Pekerjaan untuk proyek pipa gas alam "Nord Stream 2" yang membentang dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik telah berlangsung pada Mei 2018 dan diharapkan akan selesai pada akhir 2019. 

Nord Stream 2 dirancang untuk mampu mengangkut 55 miliar meter kubik gas alam per tahun. Setelah selesai, jumlah gas alam yang diimpor Jerman dari Rusia dapat berlipat ganda.

AS menuduh Jerman menyalurkan dana ke Rusia dan percaya bahwa Jerman dapat menggantikan ini dengan membeli gas alam dari AS, tetapi masalahnya harganya akan jauh lebih mahal.

Bukan hanya di bidang sanksi Rusia. Baru-baru ini, AS telah melampaui langkah dengan sekutu Eropanya di berbagai bidang seperti berbagi biaya pengeluaran militer, masalah perdagangan, masalah nuklir Iran, masalah Yerusalem dan banyak lainnya. Akhir-akhir ini ada perselisihan terus menerus antara "sekutu dekat" AS tadi.

Tampaknya Trump mungkin mau membuat beberapa kritik terhadap sekutu tradisional AS --- Eropa yang tidak terlalu patuh.

Trump juga pernah mengatakan di masa lalu bahwa jika sekutu Eropa ini terus tidak mau bekerja sama dengan AS, maka AS mungkin menarik diri dari NATO.

Harus dikatakan bahwa sikap Trump semacam ini bukanlah ide strategis yang sesungguhnya dari AS, tetapi ini menunjukkan lebih banyak lagi bahwa AS tidak puas terhadap sekutu-sekutu lama Eropa-nya sekarang.

Jadi dalam memutuskan untuk mempertimbangkan apakah akan mendirikan pangkalan militer permanen di Polandia atau tidak,  pada tingkat tertentu jika itu tidak berfungsi sebagai rencana pengganti AS secara permanen menempatkan pasukan di Eropa, maka setidaknya akan menciptakan tekanan bagi sekutu Eropa ini.

Bahaya Pangkalan Militer Permanen AS di Polandia

Polandia berharap bahwa pembentukan pangkalan militer permanen akan memiliki efek menenangkan. Keberadaan pangkalan militer tidak hanya akan mampu mendorong negara untuk mencapai stabilitas politik dan menjamin keamanan nasional, tetapi juga dapat memungkinkan Polandia untuk meningkatkan posisinya di NATO.

Namun, ada juga pihak-pihak yang percaya bahwa tindakan Polandia ini juga menyiratkan bahwa hubungan dengan Rusia akan terus memburuk dan hal itu sama dengan bermain dengan api.

Sekretaris Pers Dmitry Peskov di Kremlin mengatakan bahwa menerima pembentukan pangkalan militer AS permanen di Polandia akan menyebabkan seluruh Eropa jatuh ke dalam situasi berbahaya.

Gelombang kejut apa yang akan timbul dengan dibangunnya pangkalan militer permanen AS di Polandia?

Pada 26 September, Wakil Menlu Federasi Rusia Alexander Grushko memperingatkan bahwa jika AS membangun pangkalan militer permanen di Polandia akan menjadi tindakan yang ditujukan untuk Rusia dan itu akan merugikan keamanan nasional Rusia.

Karena begitu setelah AS mengfungsikan pangkalan militer di Polandia, situasi keamanan di kawasan Eropa akan menjadi lebih buruk dan memicu propaganda politik yang tidak bersahabat dan konfrontasi militer, menyebabkan Eropa jatuh ke dalam lingkaran setan perlombaan senjata.

Dari sini sangat jelas bahwa dari perspektif sikap Rusia, Polandia memungkinkan AS untuk membangun basis jangka panjang di sana bukanlah  mengundang "dewa pelindung," tetapi justru seperti memeluk "tong bahan peledak."

Dari perspektif lain, jika Polandia benar-benar berhasil melobi AS untuk mendirikan pangkalan militer permanen di sana, ini pasti akan mempercepat proses NATO ekspansi ke timur.

Situasi NATO Terhadap Rusia

Selama 27 tahun sejak Perang Dingin berakhir, jumlah anggota NATO telah tumbuh dari yang pertama 19 menjadi 29 saat ini. Kekuatan militer NATO sudah ditempatkan di depan pintu Rusia. Selama ini ada gesekan konstan antara kedua belah pihak.

Di sisi selatan Rusia, Rumania, Bulgaria, dan Turki membentuk pengepungan Pantai Laut Hitam Rusia. Di barat laut Rusia, tiga negara Baltik telah bergabung dengan NATO dan telah benar-benar mengekspos perbatasan Rusia barat laut ke NATO. Konsekuensi dari ekspansi NATO ke timur adalah perbatasannya telah bergerak 700 km ke arah perbatasan Rusia.

Keadaan ini pada dasarnya telah memblokir akses Rusia ke laut. St. Petersburg, Murmansk, Kursk, Voronezh dan kota-kota penting Rusia lainnya hidupnya di bawah bayang-bayang serangan udara dari NATO.

Bagi Rusia, yang telah menjadi khawatir tentang keamanannya karena ekspansi NATO ke arah timur, tidak akan pernah membiarkan tindakan seperti ini berlalu tanpa perhatiannya.

Jika suatu waktu terjadi konflik muncul antara AS dan Rusia, Polandia akan menjadi salah satu target serangan yang paling diprioritaskan bagi Rusia.

Presiden Rusia Valdimir Putin dalam menghadapi situasi ini mengatakan: "Kita belum memindahkan militer dari tempat yang jauh dari perbatasan Rusia ke suatu tempat yang berbatasan dengan NATO. Tetapi pengerahan militer NATO secara bertahap mendekati kita. Kita harus meningkatkan kewaspadaan kita terhadap situasi saat ini dan meningkatkan kekuatan militer kita."

Ada beberapa analisis yang meyakini bahwa tindakannya Polandia dan AS mungkin dapat menyebabkan perpecahan antara Eropa lama dan baru.

Sebuah artikel yang dimuat dalam "Focus" terbitan Jerman ---"AS membangun pangkalan militer baru di Eropa Timur akan memecah Uni Eropa" dengan menyatakan kekhawatiran bahwa jika AS memutuskan mendirikan pangkalan militer baru di Polandia, ini berarti militer AS pasti akan menarik mundur sebagian dari pangkalan militer terbesar di Eropa yang ada saat sekarang --- Pangkalan Udara Ramstein di Jerman.

Sekarang kita ketahui Polandia telah membuat proposal. Jerman mulai khawatir setelah AS mengatakan bersedia mempertimbangkannya. Hal ini mengkhawatirkan apakah hal ini akan melunakkan pertahanan militer AS dan Eropa. Mungkinkah AS akan mentransfer titik pusat pertahanan militernya ke negara Eropa Timur seperti Polandia? Jadi posisi apa yang akan dilakukan Jerman di masa depan? Bagaimana keamanan Jerman dapat terjamin? Ini menjadi tekanan baru bagi Eropa.

Sementara itu, ahli militer Rusia, Jamulin, telah memperkirakan konsekuensi yang lebih serius. Dia mengatakan bahwa ekspansi AS untuk melakukan kehadiran militernya di Polandia adalah dukungan terselubung kepada Polandia.

Tindakan ini akan menyebabkan AS memiliki sekutu di Eropa yang paling setia dan yang paling bisa terkendalikan. Ini akan menyebabkan ambisi politik Warsawa di Uni Eropa akan tumbuh dari hari ke hari dan ini dapat menyebabkan ketidak-puasan serius di antara negara-negara "Eropa lama."

Terlepas dari ini, AS mendirikan pangkalan militer di Polandia akan secara serius melanggar "Undang-Undang Pendirian tentang Hubungan Timbal Balik, Kerja Sama dan Keamanan Antara NATO dan Federasi Rusia." (The Founding Act on Mutual Relations, Cooperation and Security Between NATO and the Russian Federation.) Meskipun perjanjian ini telah dilanggar berkali-kali.

 

Jadi berapa besar kerusakan yang akan ditimbulkan untuk keamanan Eropa?

Pertama, hal itu akan sepenuhnya menghancurkan sistem kontrol militer dunia selama 20 tahun terakhir ini atau lebih. Meskipun itu hanya berupa gentlemen agreement dengan hanya secarik kertas dengan perjanjian yang tertulis di dalamnya, namun sedikitnya mereka telah mengambil sisa-sisa yang terakhir dari perjanjian tersebut kemudian merobeknya. Ini akan memperburuk keadaan antara Rusia dan NATO, dan antara Rusia dan negara-negara Barat, yang keadaanya sudah berselisih sekarang. AS ingin memaksa Rusia menekan dengan cara ini untuk  berdialog sebagai jalan terakhir.

Sebenarnya, itu berarti telah dicabik-cabik oleh AS sendiri. Masalah keamanan Eropa, yang pada awalnya dipikirkan AS dapat diselesaikan setelah berakhirnya Perang Dingin, kini berarti telah ditimbulkan kembali sekali lagi.

Namun, dihadapkan pada 2 miliar USD dan "Fort Trump" dengan godaan "ketenaran dan kekayaan," Trump sebenarnya telah menunjukkan kepekaan yang jarang terlihat.

Namun bagaimanapun, semakin dekat militer AS ke "garis depan," semakin sedikit ruang yang pemerintah AS akan harus bermanuver dalam hal strategi. Adapun apakah ini adalah perdagangan yang berharga untuk AS adalah mungkin sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan cermat oleh Trump secara sunguh-sungguh.

Dan bagi Polandia, perlu juga direnungkan sudah banyak sekali peristiwa dalam sejarah terbuktikan bahwa kemampuan untuk benar-benar menjamin martabat dan keamanan negaranya sendiri hanya dapat diperoleh dari kekuatannya sendiri dan bukan dari kekuatan eksternal.

Mudah-mudahan Polandia tidak terjebak dari keputusannya yang dapat membawa kekacauan di masa akan datang untuk Eropa atas keputusannya yang kurang berpikir jangka panjang secara keseluruhan.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.nytimes.com/2018/09/19/world/europe/poland-fort-trump.html

http://themillenniumreport.com/2015/06/nato-scheme-to-isolate-russia-fails-as-u-s-hegemony-diminished/

https://www.youtube.com/watch?v=-Dtvk6xwh6s

https://foreignpolicy.com/2018/10/08/fort-trump-is-a-farce-poland/

https://www.youtube.com/watch?v=N4C2P3e_gi4

https://learning.blogs.nytimes.com/2011/09/01/sept-1-1939-nazi-germany-invades-poland-startingworld-war-ii/

http://www.schoolshistory.org.uk/EuropeatWar/blitzkrieg_poland.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun