Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalur Sutra Maritim Zaman Kuno 2

12 November 2016   11:43 Diperbarui: 12 November 2016   14:57 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalur Sutra adalah sebuah jalan komersial yang dinamai dengan Sutra, karena sutra indah, lembut dan terasa damai nyaman. Ribuan tahun yang lalu pelayaran laut merupakan satu petualangan yang nyata. Banyak dari orang-orang zaman dulu demi sutra telah mengorbankan nyawanya.

Selain itu, tidak hanya sutra, tapi juga porselen dan teh yang pernah mempersona dunia dan bahkan membuat dunia menjadi gila untuk komoditi ini. Keterpesonaan dan kegandrungan atas barang-barang ini bahkan diluar imaginasi kita sekarang.

Kini, sutra, porselen dan teh telah lama menjadi sumber daya dan kekayaan bersama manusia.Barang-barang ini semula ditemukan dan diproduksi di Tiongkok dan dibawa ke dunia selama ribuan tahun, dan menjadi kontribusi antusias bagi semua kelompok etnis yang membuat dunia kita menjadi pernuh beragam warna.

Asal Mula Istilah Jalur Sutra

Pada September 1868, seorang geografis dan geologis muda Jerman—Riththofen datang ke Tiongkok untuk melakukan inspeksi dan peenyelidikan . Dia membawa tas dan perlengkapan untuk menggambar yang digantungkan di dadanya berkelana di Tiongkok, dia menghabiskan empat tahun untuk menlakukan perjalan ke 13 provinsi dari 18 provinsi yang ada di Tiongkok pada zaman Kekaisaran Qing.

Selama petualangan ini Ferdinand von Ricthofen memakai nama李希霍芬 Li Xi Huo Fen. Tapi ketika dia menulis namanya dalam bahasa mandarin dituliskan “Li栗” dari “Ban Li板栗 (Chinese chestnut)” setelah dia tiba di Beijing dan dia mengubah passportnya, salah satu temanya menyarankan dia untuk mengubah menjadi “Li李 (plum)” daripada “Li栗” yang dari “Ban Li 板栗.”

Banyak yang bertanya-tanya mengapa dia mengubah nama demikian, diperkirakan untuk menyamakan satu marga dengan menteri yang penting dan tersohor pada Dynasti Qing saat itu—Li Hongzhang (李鸿章). Tampak dari sini Ricththofen sangat berperhatian dalam misi inspeksi tersebut.

Setelah kembali ke Jerman Ricththofen berturut-turut menjabat sebagai Ketua Berlin Geographical Society, di President of Freidrich Wihelm Unversity of Berlin dan lainnya. Namun selama itu dia tetap berpegang pada studi tentang Tiongkok.

Pada tahun 1877, Ricthofen berhasil menyelesaikan karya tulis besarnya “China” sebanyak 5 volume/Jilid. Dalam volume pertama dalam bukunya, Ricthtofen mengedepankan konsep Jalur Sutra yang ditandai dengan peta rute. Kemudian, konsep Jalan Sutra ini dikalangan pendidikan digunakan hingga kini.

Jadi konsep Jalur Sutra mengacu ke Tiongkok yang dikemukakan oleh Richthofen seorang ahli geografi Jerman, yang melakukan penelitian lapangan di Tiongkok pada tahun 1868-1877. Yangmana dia berpendapat Jalur Sutra merupakan kesempatan terbaik bagi Tiongkok untuk mencapai ke puncak kebudayaan dan perdagangan.

Pada abad pertama sebelum masehi yaitu 2.000 tahun lebih yang lalu, sebenarnya sudah ada Jalur Sutra, hanya saja tidak menyebutkan jalur sutra darat atau maritim dari perspektif geografi. Jenis barang pertama bagi komunitas internasional bagi Tiongkok melalui jalur komersial ini adalah sutra pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun