Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa di Balik “Berbaikan” Turki- Russia

13 Agustus 2016   20:45 Diperbarui: 14 Agustus 2016   07:05 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 24 Nopember 2015, jet tempur Rusia Su-24 yang berada di wilayah Syria ditembak jatuh Turki, yang menyebabkan hubungan Rusia-Turki memburuk. Pada saat itu Erdogan menolak untuk mengalah yang menimbulkan kesan mendalam pada dunia luar.

Kata-kata Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan tidak kalah kerasnya dengan melontarkan ancaman: “Turki akan menyesal untuk ini.” Putin mengatakan: “Jika beberapa orang merasa bahwa mereka telah melakukan kejahatan yang mengerikan, dan menjadi algojo bagi warga negara Rusia, mereka hanya akan menerima pembatasan atau sanksi di sektor pertanian atau arsitektur, maka mereka itu sangat salah. Kami akan terus mengingatkan mereka bahwa itu tidak terlalu terlambat untuk bertobat atas tindakan mereka. Kami benar-benar tahu apa yang perlu kami lakukan.”

Erdogan dan Putin yang belum lama ini telah menunjukan sikap garis kerasnya, tapi kini hubungan antara negara-negara mereka telah berubah 180 derajat.

Pada 20 Juli 2016, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengverifikasi bahwa Putin dan Erdogan akan bertemu pada awal Agustus di Rusia. Kedua pempimpin awalnya berencana untuk bertemu selama Konferensi G20 di Hangzhou pada bulan September, tetapi hari ini, mereka sudah tidak sabar lagi untuk bisa bertemu lebih cepat. Juga dalam penjelasan mereka dua kepala negara ini akan melakukan pertemuan pribadi—dari sini bisa dilihat bagaimana baiknya hubungan mereka ini.

Turki dan Rusia telah langsung tumbuh berbaikan dalam waktu singkat, tetapi perbedaan pendapat antara Truki dan sekutu Baratnya telah dibawa diatas panggung.

Setelah kudeta, otoritas Turki menuduh Fethullah Gulen, seorang pengkhotbah yang berada di AS sebagai penyebab dibalik kudeta yang sebenarnya.

Tapi AS menolak untuk mengekstradisi Gulen, meskipun Turki adalah sekutu AS. Hal ini mengarah keretakan hubungan Turki-AS. Pada saat yang sama, atas pengorbanan Turki yang sangat besar untuk mengungsi belum diharagai dengan diberi pengakuan dari Uni Eropa, kenyataannya jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa juga masih dipersulit.

Setelah kudeta di Turki, yang berwenang kesempatan membersihkan oposisi, yang menyebabkan timbul banyak konflik dengan Eropa. Analis percaya bahwa dibalik dimulainya lagi hubungan Turki-Rusia dikarenakan terjadinya kerenggangan hubungan Turki dengan Barat.

Pada 16 Juli, setelah kudeta di Turki dapat dipadamkan, pembersihan besar-besaran dilakukan terhadap militer, polisi, badan legal dan institusi pendidikan.

PM Turki, Binali Yildirim memberi pernyataan: “7543 orang diduga terlibat dengan kudeta yang gagal. Mereka yang telah ditahan atau ditangkap 100 petugas polisi, 6.038 personel militer, 755 hakim atau jaksa, dan 650 warga sipil.”

Kini, setelah situasi sudah dapat dikontrol dan dikendalikan, Erdogan membersihkan militer, sementara juga menuntut AS untuk mengekstradisi cendikiawan Gulen, dengan tuduhan sebagai penyebab sebenarnya dibalik kudeta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun