Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masalah Laut Tiongkok Selatan & “Kebebasan Navigasi” Bagi AS (3)

21 Februari 2016   21:46 Diperbarui: 21 Februari 2016   22:18 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obama mengatakan bahwa AS akan terus bersama-sama dengan Filipian menjaga keamanan maritim dan kebebasan navigasi di kawasan tersebut.

Selain itu, AS juga akan mengalokasikan dana 259 juta USD tahun 2015 dan 2016 untuk membantu Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam “meningkatkan keamanan maritim.”

Jepang yang bukan negara yang bukan merupakan pihak yang terlibat dalam masalah Laut Tiongkok Selatan, juga terlihat sering bersikap untuk ikut berpihak.

Pada 19 Nopember 2015, PM Jepang, Shinzo Abe dan Presiden Filipina Benigno Aquino III mengadakan pertemuan dimana telah tercapai kesepakatan dasar dengan menandatangani untuk mentransfer teknologi dan peralatan pertahanan. Pasukan Bela Diri Jepang akan menyediakan pesawat bekas dan peralatan lainnya untuk militer Filipina.

Karena AS telah sering melakukan sensasional kebebasan navigasi di Laut Tiongkok Selatan, juga telah berusaha mendesak negara-negara ASEAN untuk membentuk armada gabungan untuk melakukan patroli di Laut Tiongkok Selatan, tapi “teman-teman sekeliling” AS di Asia-Pasifik tampakanya menolak secara halus.

Pada 13 Oktober 2015, Australia didekati AS sebagai pilar keamanan untuk Asia-Pasifik dengan menandatangani perjanjian pertahanan dengan AS untuk memperkuat kerjasama militer kedua negara. Tapi perjanjian ini tidak secara khusus menyebutkan rencana patroli militer AS untuk Laut Tiongkok Selatan.

“Financial Review” Australia jelas menyatakan dalam sebuah laporan 14 Oktober 2015 bahwa Australia tidak akan bergabung untuk rencana patroli AL-AS di Laut Tiongkok Selatan. Dalam laporan ini dituliskan bahwa Australia tidak berencana untuk terlibat dengan potensi konflik antara AL-AS dan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.

Jika kita melihat negara Australia dari P.D. I, dalam 100 tahun terakhir dari sejarah, mereka telah ikut mengambil bagian dalam hampir semua perang yang dipimpin AS. Tapi sekarang , kita dapat melihat saat ini, hubungan Australia dan Tiongkok terutama di sektor ekonomi dan perdagangan, adalah salah satu yang terbaik dan tidak bisa begitu saja loncat ke kereta AS untuk terlibat dalam perang Amerika.

Itu mungkin ide AS yang mengharapkan untuk mendapatkannya., tetapi ternyata tidak dapat. Jadi jika kita melihat situasi saat ini, baik Australia dan Jepang, mereka mungkin berpartisipasi dalam beberapa kegiatan militer AS di kawasan, termasuk untuk menekan Tiongkok, tapi analis melihat mereka tidak membentuk aliansi militer dengan pemimpin yang jelas dan pengikut yang jeals seperti selama Perang Dingin, ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi internasionaal saat ini.

Pada 22 Nopember 2015, saat konferensi pers di Kuala Lumpur, PM Shinzo Abe jelas menyatakan bahwa JSDF tidak akan mengambil bagian dalam operasi “kebebasan navigasi” kapal-kapal AS di dekat perairan Laut Tiongkok Selatan.

Demikian juga dengan negara-negara afiliasinya akan tetap netral dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun