Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masalah Laut Tiongkok Selatan & “Kebebasan Navigasi” Bagi AS (2)

21 Februari 2016   11:41 Diperbarui: 4 April 2017   17:27 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, rute maritim Laut Tiongkok Selatan telah menjadi salah satu rute perdagangan maritim yang paling penting di dunia, 37 rute maritim internasional tradisional melewati sini., dengan lebih dari setengah dari produk perdagangan dunia, sepertiga (1/3) dari minyak mentah dunia, dan lebih dari setengah gas alam dunia yang diangkut melalui kawasan ini.

Meskipun sengketa mengenai batas-batas pulau dan terumbu karang dan perairan di Laut Tiongkok Selatan telah ada selama beberapa dekade, tampaknya Tiongkok tetap mempertahankan perdamaian umum dan stabilitas kawasan dibawah inisiatif meskipun “Kedaulatan adalah milik Tiongkok, semua perselisihan harus dibicara di meja perundingan, untuk saling mencapai pembangunan bersama.”

“Financial Observer” Australia pernah menerbitkan sebuah artikel dengan menunjukkan “Jika masih ada negara yang paling peduli tentang kebebasan navigasi di Laut Tiongkok Selatan dan di seluruh dunia, itu adalah Tiongkok. Tidak hanya Tiongkok perlu mengangkut barang ke seluruh dunia, juga perlu untuk mengimpor sumber daya dari seluruh dunia. Ini tidak akan menjadi logis bagi Tiongkok untuk menjadi marah untuk transpotasi damai tanpa alasan.”

Namun, sudah untuk waktu lama, AS telah menggunakan kebabasan navigasi sebagai alasan untuk sering melakukan pengintaian di perairan sekitar Tiongkok, memantau, dan mengganggu kegiatan militer yang normal Tiongkok. Ini menurut pandangan beberapa analis dan pengamat netral.

Dalam insiden USNS Impeccable pada bulan Maret 2009, kapal pengintai Impeccable AS dituduh mencoba untuk mendeteksi dengan informasi sonar fingerprint dari kapal selam Tiongkok, atau servei oceanografi dari Laut Tiongkok Selatan.

 

Laporan CNN mengatakan bahwa pada bulan Juni tahun yang sama, dalam insiden USS John McCain, Kapal perusak AL-AS USS John McCain mengikuti kapal selam Tiongkok di perairan internasional di selatan Subic Bay ketika kapal selam Tiongkok tidak sengaja berbenturan dengan array atau signal sonar yang di tarik USS John McCain. (Sonar yang ditarik kapal itu untuk mendeteksi keberadaan dan pergerakan kapal selam, dengan memancarkan gelombang sonar, yang kemudian ditangkap peralatan sensor dan komputer untuk diolah untuk mendapatkan data dari kapal selam yang terdeteksi)

Pada bulan Desember 2013, ketika kapal induk Tiongkok, Liaoning melakukan latihan formasi di Laut Tiongkok Selatan, USS Cowpens berkelana jauh ke dalam wilayah latihan militer Tiongkok, dan masuk zona pertahanan internasional dari formasi kapal induk. Setelah formasi terbentuk Tiongkok mengeluarkan peringatan dengan tidak ada respon, maka kapal perang Tiongkok belayar menuju USS Cowpens, memaksanya untuk menyingkir.   

 

Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada beberapa friksi antara AS dan Tiongkok di ZEE Tiongkok. Ada juga beberapa kali gesekan di perairan terdekat, yang cukup sering terjadi dengan pengintaian militer berskala besar terhadap Tiongkok, yang melibatkan kapal pengintai laut dan pesawat terbang di udara, termasuk apakah AS akan survei atau mengintai Tiongkok. Pada kenyataannya, itu semua untuk pengumpulan informasi.

Instrumen yang dipakai di kapal survei sangat canggih, dan dapat mendeteksi medan di dasar laut di perairan terdekat, termasuk sinyal di laut dalam, jika ada kapal selam bergerak, AS dapat membandingkan dengan data base dan tahu bahwa kapal selam Tiongkok ada disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun