Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Turki Menembak Jet Tempur Rusia—Bagaimana Sikap Sekutunya & Arogansi Erdogan (2)

25 Desember 2015   20:49 Diperbarui: 25 Desember 2015   20:49 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motif Turki Mengirim Pasukan Ke Irak

Dunia luar juga masih bertanya-tanya tentang langkah-langkah kuat Erdogan dengan membuat kejutan lain, dengan mengirim pasukan ke Irak.

Pada 4 Desember, sepasukan Turki masuk ke kamp militer di Bashra dekat Mosul, ibukota provinsi dari Kegubernuran Nineveh(Ninawa). Kementerian Luar Negeri Irak dan Kementerian Pertahanan Irak mengatakan, tindakan Turki belum diizinkan oleh otoritas Irak, dan dengan demikian menganggap ini “perilaku permusuhan.”

Pemerintah Irak memberi ultimatum kepada Turki untuk menarik pasukannya dalam waktu 48 jam.

Menlu Iran, Ibrahim al-Jaafari memperingatkan Turki, untuk menarik pasukannya dalam waktu yang telah dialokasikan, atau Irak akan mengambil tindakan jika tidak ditanggapi, seperti mencari bantuan dari masyarakat internasional dan organisasi internasional.

Tapi meskipun protes pemerintah Irak terus berlanjut, pada 10 Desember, Erdogan masih menolak menarik pasukannya.

Erdogan mengatakan: “Kita akan menarik pasukan kita keluar. Kita sudah berkomitmen untuk melanjutkan memberi pelatihan kepada mereka, tapi kita membutuhkan saling pengertian. Kita tidak mengutus pasukan tempur ke daerah ini, tapi kita mengirim bala bantuan untuk melindungi tentara Irak dengan memberi pelatihan disana.”

Alasan Erdogan untuk mengirim pasukan ke Irak untuk melatih milisi Kurdi setempat untuk melawan “ISIS”, dan membantu mereka merebut kembali Mosul. Erdogan juga mengatakan, dia telah mengirim pasukan ke Irak Utara atas permintaan pemimpin Pemerintah Daerah Kurdistan, Masoud Barzani.

Namun, pihak otoritas Irak tidak hanya membantah “niat baik” Turki, dengan tegas menuntut Turki manarik pasukannya.

Analis dan pengamat Timteng percaya bahwa Erdogan masuk ke Irak dengan mengatas namakan memerangi “ISIS” dan melatih pasukan lokal untuk melawan “ISIS,” namun kenyataannya, analis percaya tujuan sebenarnya, mencoba menekan pasukan Kurdi, karena masalah Kurdistan merupakan ancaman didepan mata Turki.

Etnis utama di Timteng adalah Kurdi, Arab, Persia, Turki dan Yahudi. Saat ini polulasi Kurdi sekitar 30 juta, dan terutama tersebar  di daerah sempit yang memujur panjang mencakup perbatasan Turki, Iran, Irak dan Syria.

Dari ke empat negara : Turki, Syria, Irak dan Iran. Turki memliki penduduk Kurdi terbesar sekitar 15 juta. Dari populasi ini, adalah sebuah kekuatan bersenjata yang disebut PKK (Partai Pekerja Kurdistan), yang selalu menjadi ancaman internal Turki. Mereka sering melakukan serangan, dan mengganggu keamanan sosial, dalam beberapa tahun terakhir ini. Turki telah secara terus menerus melakukan serangan terhadap organisasi ini, dan kadang-kala memasuki perbatasan Irak, sehingga menimbulkan banyak perselisihan dengan pemerintah Irak.

Warga Kurdi menuntut indentitas, bahasa dan kebudayaan Kurdi diakui di Turki. Mereka menyatakan sebagai Kurdi di Turki, dan menguntuk pemboman berdarah pemerintah Turki terhadap suku Kurdi. 

Dalam hal ini, Turki tampaknya memiliki pertimbangan yang lebih mendalam. Mereka khawatir orang Kurdi yang tersebar di seluruh wilayah Turki mencoba untuk membentuk aliansi sehingga menjadi lebih besar dan kuat. Salah satu pertimbangan utama intervensi Erdogan dalam situasi di Syria dan Irak untuk mencegah Kurdi untuk mendapatkan kekuasaan di dua negara tersebut.

Jadi Turki mencoba untuk memiliki sekutu dengan Kurdi dan berusaha bermitra untuk bisa hidup disampingnya, khususnya di daerah otonomi Kurdistan di Irak dan “berbaikan” dengan pemimpin Partai Demokratik Kurdistan --- Masoud Barzani.

Banyak minyak di daerah otonom Kurdistan, dan bersedia mengatur memberi bagian produksi minyak di wilayahnya kepada pemerintah pusat Bagdad, tapi karena mereka mengembangkan secara rahasia, dan jika menjual kepada luar negeri juga secara rahasia.

Manfaat dari ini, kepada siapa mereka menjual? Sebagian besar dijual ke pada Turki, sehingga memberi kesempatan baru bagi Turki untuk memainkan peran disruptor di wilayah Kurdistan di Irak Utara.

Dan itu sangat diperlukan bagi mereka untuk mengganggu situasi, karena jika tidak, maka seluruh wilayah akan jatuh ke tangan kelompok Kurdi yang kuat dan bersatu di kemudian hari.

Analisis BBC menunjukkan, hubungan antara Turki dan dearah otonom Kurdistan di Irak merupakan salah satu yang baik, tapi terhadap orang Kurdi di Syria dan negaranya sendiri bermusuhan, Erdogan selalu mendorong untuk suatu rencana yang lebih besar: Jika “ISIS” dapat didorong keluar, itu akan mengubah kawasan yang dikendalikan Syria dan Kurdi di Irak ke zona keamanan yang dikendalikan oleh Turki.

Tapi jika di analisis lebih cermat situasi regional, kita akan melihat Turki sedang menghadapi tekanan yang terlalu banyak, sehingga tidak boleh muncul menjadi lemah. Jika menunjukkan kelemahan maka Kurdi terutama Kurdi di Syria akan berhasil dengan rencana mereka.

Jika rencana mereka berhasil, mereka akan lebih mengganggu internal pemerintah Turki. Jika pemerintah Turki bergejolak lagi, dan Kurdi di negara itu bergabung dengan Kurdi lain, maka perang tersebut akan sangat berdarah

Jadi jika dilihat dari kepentingan nasional Turki, tindakan pencegahan Erdogan tampaknya bisa dimengerti.

Tapi, kini kenapa Turki harus berhadapan (bermusuhan) dengan begitu banyak negara seperti Rusia, Iran, Irak dan Syria?

Turki Memanfaatkan NATO

Pada kenyataannya, Erdogan tidaklah arogan dengan membabi buta yang dikira, kepercayaan dirinya dilatar belakangi karena termasuk dalam kelompok militer NATO yang kuat berada dibelakangnya. Sebagai salah satu anggota NATO, keamanan Turki tampaknya terjamin.

Pada 24 Nopember, setelah menembak jatuh jet tempur Rusia, cepat-cepat menemui NATO, dan NATO segera mengadakan rapat darurat di kantor pusat di Brussel, untuk mendengarkan laporan Turki tentang bagaimana mereka menembak jatuh jet tempur Rusia. Pada akhirnya Turki memperoleh jaminan keamanan dari NATO seperti apa yang diharapkan.

Jens Stoltenberg, Sekjen NATO menegaskan, “seperti apa yang telah kita berulang kali menegaskan, kita berdiri dalam solidaritas dengan Turki dan mendukung integritas teritorial sekutu NATO kita. Turki.”

Pada awal 10 Nopember, NATO mengeluarkan peringatan bahwa pesawat militer Rusia memasuki wilayah udara Turki adalah berbahaya. Setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia, NATO berdiri dengan Turki adalah tidak mengherankan. Karena menurut Pasal 5 Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Jika ada anggota NATO diserang, anggota lainnya secara otomatis akan bergabung dalam pertempuran tanpa memerlukan izin pemerintah.

Pasal ini menjadi inti dari seluruh sistem NATO dan tidak ada ruang untuk negosiasi.

Pada 30 Nopember, PM Turki Ahmet Davutoglu melakukan kunjungan khusus ke markas NATO, untuk minta jaminan solidaritas NATO. Dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, dia menekankan sekali lagi penolakan Turki untuk meminta maaf, dengan menunjukkan bahwa Turki menembak jatuh jet tempur Rusia hanya sebagai “langkah pertahanan” dan PM Turki tidak akan meminta maaf untuk hal ini.

Kepercayaan diri Turki yang kuat ini harus dikaitkan dengan kekuatan deterent (efek gentar) dari NATO. Sedang Turki adalah salah satu anggota NATO, setidaknya memiliki jaminan keamanan. Bahkan jika hal semacam ini terjadi, apa yang bisa dilakukan Rusia terhadap Turki?

Rusia tidak akan berani melakukan perang terbuka terhadap Turki, mengingat sebagai anggota NATO, bagaimanapun kan dilindungi NATO, tidak perduli sebagaimana kuatnya militer Rusia, pasti tidkak akan bersedia untuk melakukan konflik langsung dengan NATO. Itu sangat jelas. Sehingga begitu insiden terjadi Turki langsung berkomunikasi dengan NATO.

Hal ini yang membuat presiden Rusia, Vladimir Putin marah, dengan mengatakan: “Turki tidak segera menghubungi saya, tapi malah pergi untuk membahas insiden tersebut dengan mitranya NATO, seolah-olah itu adalah Rusia yang menembak jatuh pesawat mereka, bukannya Turki yang menembak jatuh pesawat kita.”   Sehingga menghendaki permusuhan Rusia ditujukan ke NATO.

Pada 1 Desember, ketika Wakil Tetap Rusia untuk NATO Alexander Grushko bertemu dengan Wakil Sekretaris Jenderal NATO Alexander Vershow, ia mengatakan bahwa NATO tidak mengungkapkan sikap yang jelas atas ketidak pantasan dari perilaku Turki, karena menjadi politik pelindungan NATO, NATO juga harus bertanggung jawab atas ditembak jatuhnya jet tempur Rusia.

 

Rusia dan Turki hubungan bisa menjadi langsung, refleksi lateral hubungan Rusia dan NATO, pada awalnya tidak siap ketika Turki menembak jatuh jet tempur Rusia, tapi setelah insiden telah terjadi masing-masing pihak pasti akan menggunakan insiden ini untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Demikian sebagian analis memberi pendapatnya.

Pada 2 Desember, Sekjen NATO dalam pertemuan Menlu di Brussel bahwa NATO akan meningkatkan pertahanan udara Turki, dan langkah-langkah khusus akan diputuskan dalam beberapa minggu mendatang.

Pada tahub 2012, NATO mulai menyebarkan sistem pertahanan udara di Turki. Apa yang penting adalah bahwa pada awal tahun ini, AS telah mulai menarik sistem pertahan rudal Patriot keluar dari Turki, dan Jerman juga menyatakan bahwa awal tahun depan akan menarik dua sistem pertahanan rudal Patriotnya dari Turki.

Pada saat ini, NATO tiba-tiba mengumumkan akan memperkuat pertahanan udara Turki, jelas ini ditujukan untuk sesuatu yang lain, karena “ISIS” tidak memiliki angkatan udara.

Pada kenyataannya, sistem pertahanan rudal dikerahkan ke  Eropa telah menjadi masalah tersembunyi selama bertahun-tahun antara Rusia dan NATO. Selama ini, sebelum serangan teroris Paris, kedua belah pihak mungkin menyambut baik resolusi untuk masalah ini.

Tapi kali ini dengan tindakan Turki, Rusia dan NATO hubungannya sekali lagi menjadi tidak pasti.

( Bersambung ...... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri.

http://news.yahoo.com/turkeys-erdogan-meets-hamas-leader-meshaal-istanbul-sources-010022511.html

http://www.theguardian.com/world/recep-tayyip-erdogan

http://www.ibtimes.com/turkish-troops-iraq-arab-league-accuses-ankara-threatening-iraqs-sovereignty-2239862

http://foxtrotalpha.jalopnik.com/turkey-sends-troops-and-armor-into-iraq-without-approva-1746595750

http://www.newyorker.com/news/news-desk/what-are-turkish-troops-doing-in-northern-iraq

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun