Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Malangan Mematut Diri dengan Potensi Kearifan Lokal

13 Maret 2017   21:04 Diperbarui: 15 Maret 2017   08:00 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah kepemimpinan Suryadi, moderenisasi alat lebih ditingkatkan. Demikian juga untuk peningkatan kapasitas dan kualitas produksi. Hal ini tak lepas dari para pemesan yang berasal dari merek-merek alat rumah tangga internasional. Tak heran, untuk pekerja inti yang berada di dalam pabrik bisa mencapai hingga 300 orang saat permintaan sedang tinggi.

Uniknya lagi, meski saat ini sedang ngetren penjualan lewat media daring, Suryadi sama sekali tak tertarik dengan itu. Rata-rata konsumennya adalah agen perusahaan besar dari Amerika, Eropa, Asia, maupun Australia. Mereka datang langsung ke pabrik dengan membawa model khusus sesuai pesanan mereka. Hal ini pula yang menjadi alasan, mengapa Suryadi tidak mau membuat katalog produk. Penghargaan terhadap karya cipta pemesan sangat dijaga privasinya. Pun menghindari adanya tuntutan dari konsumen jika produk yang sama (telah dipatenkan) digunakan untuk perusahaan yang lain.

Rata-rata omset yang diperoleh sekitar 300-400 juta/bulan, bagi beliau bukanlah nilai yang besar. Mengingat besar pula jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan. Bagi beliau, mampu merangkul sebanyak mungkin orang untuk terlibat dalam proses produksi akan memberikan kenyamanan tersendiri.

Oh ya, bagi para pengunjung yang ingin membawa pulang peralatan rumah tangga dari anyaman bambu, bisa mengunjungi showroomnya lho. Sebagian barang yang dipajang merupakan hasil produksi yang gagal lolos uji kualitas ekspor. Bila tak jeli, sayapun tak akan mampu mengetahui di mana ‘cacat produknya’. Sebab semua produk yang dipajang memang tetap bagus, kuat, dan nyeni.

Tunggak Semi telah menjadi induk dari para pengrajin anyaman bambu di KWM. Namun banyak pula para pengrajin yang memasarkan secara mandiri. Sebagaimana yang dilakukan oleh mbah Saini ini. Sebab beliau merasa lebih nyaman dan tanpa dikejar target waktu.

Kerajinan Batik Malangan

Meski tak banyak yang menekuni pekerjaan seni membatik ini, tak membuat Wakijan patah arang. Bersama sang isteri, Bu Nila, beliau membuka gerai batik H & S. Nama yang diambil dari nama 2 orang puterinya. Merintis usaha sejak tahun 2004, kini usahanya cukup berkembang dengan konsumen yang sudah menjangkau beberapa kota di DIY dan Jateng.

Selain memproduksi batik tulis, beliau juga memproduksi batik printing dan cap. Hal ini sebagai alternatif bagi para konsumen agar bisa menyesuaikan dengan kantongnya tentu saja. Batik berupa kain maupun pakaian jadi, serta asesoris dipajang di galeri yang buka setiap hari, kecuali hari Ahad. Jam buka mulai pukul 09.00 – 20.00, atau menyesuaikan bila ada permintaan khusus.

Harga yang ditawarkan sangatlah terjangkau. Untuk batik cap maupun printing dibanderol mulai harga 200 ribu hingga 300 ribu rupiah. Sementara untuk batik tulis dibanderol dengan harga 700 ribu hingga 1 juta rupiah. Pemasaran saat ini masih bersifat konvensional, sehingga masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan lagi ke depannya.

Seni Tempa Pamor Ki Empu Sungkowo Harumbrodjo

Proses pemijaran dan penempaan pamor. (dokumentasi pribadi)
Proses pemijaran dan penempaan pamor. (dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun