Mohon tunggu...
Conan Edogawa
Conan Edogawa Mohon Tunggu... -

* Pemerhati Poleksosbud\r\n* Artis rumahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Tahun Baru, QZ8501!

31 Desember 2014   19:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:05 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pantaskah judul tulisan ini? Saya sendiri juga ikut bingung. Standard etika mana yang kita pakai sekarang ini. Saudara-saudari kita setanah air saat ini ada di dasar laut karena korban kecelakaan pesawat, dan keluarga, orang-orang terdekat mereka saat ini dalam keadaan berduka. Apakah kita pantas untuk tetap larut dalam gegap gempita pesta tahun baru? Apakah worth it?

Saya pikir, tidak ada yang salah untuk tetap berpesta tahun baru. Orang-orangpun saya pikir juga sebaiknya tidak men-judge mereka yang tetap berpesta. Apapun yang sudah terjadi, sudah lewat. Lagipula, mereka yang tetap berpesta mungkin tidak punya hubungan keluarga, atau hubungan dekat apapun dengan para korban atau keluarga dari mereka yang ditinggalkan.

Hanya saja, mungkin inilah milestone, satu titik di mana kita perlu meninjau seberapa jauh rasa persaudaraan kita terhadap mereka yang satu tanah air dengan kita. Mudahnya begini, anggap saudara kita, atau minimal, teman kita, ada di pesawat QZ8501, akankah kita malam ini tetap berpesta?

Kita bisa saja berargumen, ah, saya gak ada yang kenal dengan korban. Ya tidak masalah. Hanya saja, ya itu, kita sudah di satu titik di mana rasa persatuan kita sudah sedemikian renggangnya sehingga kita bisa memisahkan yang berduka, silahkan berduka, yang bersuka, silahkan bersuka.

Seakan-akan, kita sudah cukup update status di media sosial, turut berduka atas kecelakaan QZ8501, tapi malam ini tetap berpesta. Cukup dengan tagar #prayForQZ8501 sudah menunjukkan cukup perduli. Yang penting seimbang. Entahlah. Apa yang saya pegang sebagai standard etika nampaknya sudah tidak compatible dengan keadaan sekarang ini.

Semuanya memang kembali ke masing-masing individu sih. Tapi, apabila sampai pada tahap pemerintahan daerah, macam di DKI, di mana malam ini tetap diadakan Jakarta Night Festival [baca: Penutupan Jalan Saat Jakarta Night Festival Sampai Pukul 02.00], maka saya pikir itu sudah menunjukkan zero sympathy. Apalagi, tidak ada indikasi bahwa pemda DKI, minimal, memberikan sumbangan/ dukungan moral atas keluarga korban QZ8501. Minimal, paling minimal menurut saya, tema Jakarta Night Festival dibuat dengan tema, misalkan, Jakarta Night Sympathy for QZ8501. Entahlah, itu hanya pikiran saya saja.

Yang membuat saya jadi tambah yakin bahwa memang sebaiknya tidak perlu diadakan pesta tahun baru adalah beberapa pemda lain di Indonesia membatalkan pesta tahun baru. Di Bandung, Ridwan Kamil batalkan pesta kembang api. Walau, memang tidak dibatalkan secara keseluruhan, tetap ada pesta, paling tidak ada gesture untuk menunjukkan simpati. Di Bali malah lebih strict lagi, tidak ada pesta, tidak ada minum-minum, terompet, apalagi mercon, demikian disampaikan oleh Gubernur di sana.

Lantas, bagaimana dengan kita? Ya, kembalilah ke masing-masing. Tidak ada yang men-judge. Tidak ada yang salah. Tidak ada yang benar. Hanya ingin mengajak kita untuk meninjau kembali, sudah seberapa renggangkah rasa persatuan kita di negeri ini? Indonesia, tempat kita lahir dan besar ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun