Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Orang Cina Terlibat Bisnis Sejak Kecil

17 Februari 2014   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya masih ingat ketika saya duduk di kelas 4 SD, saya selalu diajak ibu saya untuk kulakan batik. Berdagang batik merupakan salah satu dagangan ibu saya waktu itu. Padahal ibu saya juga kerja kantoran, tetapi di sela-sela waktunya dia juga berdagang. Berdagang sudah jadi hobinya sejak muda dulu. Hobi berdagang itu kemudian dijalaninya terus sampai masa tuanya. Saat itu, yang saya pahami adalah saya diajak ibu saya untuk membantunya membawa barang dagangan, itu saja. Tetapi setelah saya beranjak besar, saya sadar ada pembelajaran dari sana.

Dengan membantu ibu, saya jadi tahu cara dapat untung. Otomatis, karena saya dengar berapa harga pokok dan berapa harga jualnya. Ada berapa macam jenis barangnya, barang apa saja yang sering laku dan tidak laku. Bagaimana proses pembayarannya. Bagaimana menjual kepada pembeli langsung atau pengecer, dan sebagainya.

Secara tidak langsung saya juga belajar filosofi dagang dengan terlibat membantu ibu saya. Semua itu tidak ada di pelajaran sekolah, tetapi bisa dipelajari meskipun usia saya masih kecil. Ternyata sampai sekarang, para keluarga keturunan Cina masih melibatkan anak-anaknya dalam bisnis mereka. Terutama saat liburan dan disela-sela waktu mereka, saya masih melihat anak-anak mereka yang sudah usia remaja dapat tugas jaga toko. Juga pada bisnis yang lain, mereka juga akan dilibatkan sesuai kemampuan. Terutama di bidang IT, sehingga bisa membantu orang tuanya. Membantu orang tua adalah bentuk bakti anak kepada orang tua dan disisi lain mereka mengenalkan konsep bekerja kepada anak-anaknya. Bukan hanya skill berdagang, tetapi yang lebih penting adalah filosofi dagang ingin diturunkan.

Orang Cina terkenal suka bekerja keras dan tidak ada batasan waktu. Selagi ada peluang, mereka kuat untuk terus bekerja. Tak jarang mereka juga mau direpoti pelanggannya diluar jam kerja. Untung sedikit sudah dihargainya, karena kelanjutan hubungan bisnis dan pembelian kembali jauh lebih penting dan menguntungkan. Bukan hanya sekedar kerja keras, tetapi mereka juga punya strategi agar efisien dan efektif mendapatkan keuntungan dari hasil kerjanya. Orang Cina juga dididik untuk tidak pilih-pilih pekerjaan, sehingga dia sanggup melakukan pekerjaan dari level bawah sampai atas. Apa yang menjadi tanggung jawabnya akan dikerjakan, tidak merasa gengsi. Ibu saya pernah bilang, kenapa malu wong tidak mencuri. Oleh sebab itu pegawai yang bekerja pada orang Cina harus siap kerja serabutan, karena bosnya juga tak segan untuk turun tangan sendiri.

Dalam pergaulan, orang Cina juga mudah menyesuaikan diri. Terutama masyarakat Cina yang bekerja di perdagangan. Membangun relasi dengan siapapun sangat penting, sehingga mereka punya sikap yang fleksibel. Sikap ini memudahkannya mendapatkan barang, sehingga kalaupun dia tidak punya barang yang dibutuhkan pelanggan, ia tahu tempat barang yang dibutuhkan. Menjadi penyambung/makelar akan dilakoninya untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggannya selain juga dapat untung. Dan tak jarang cara ini menjadi peluang baru bisnisnya. Keluwesan orang Cina dengan pelanggannya juga sangat piawai. Mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi yang hebat dengan siapapun. Tak jarang orang Cina memakai bahasa daerah setempat untuk lebih dekat dengan pelanggannya.

Orang Cina juga terkenal dengan kepiawaiannya memutar uang, sehingga mereka selalu punya akal untuk mengatur keuangan agar perputarannya lancar dan menambah keuntungan. Oleh sebab itu  bisnisnya lancar, tak perlu waktu lama untuk menuai sukses.Kepiawaian memutar uang tentunya harus didukung oleh kemampuan menghitung yang cepat dan akurat. Hal ini sangat menentukan dalam pengambilan keputusan dalam berbisnis.

Bagi orang Cina, kejujuran adalah harga mati. Kejujuran menjamin hubungan baik dengan pihak lain dan menjaga nama baik yang harus dijaganya dalam berbisnis. Anak-anak Cina dididik untuk jujur sejak kecil. Memang kejujuran memegang peranan penting dalan membangun kepercayaan kepada relasi. Bermodal kejujuran bisnis akan berlanjut jangka panjang dan nama baik akan dikenal di mana-mana dan mendatangkan pelanggan baru.

Hal-hal di atas diajarkan oleh orang tua Cina kepada anaknya dengan melibatkannya dalam bisnis dan mengikutsertakan anaknya dalam pekerjaan yang saat ini ditekuninya. Bukan dalam bentuk teori, tetapi terlibat langsung, melihat, mengalami. Melalui cara itu anak-anak Cina belajar filosofi dagang atau bisnis dari orang tuanya. Biasanya pada saatnya kelak mereka dewasa, pada anak-anak yang memang mampu mengelola bisnis orang tuanya, akan diberi kesempatan untuk mengembangkan bisnis tersebut dengan masih dalam pengawasan orang tuanya. Diberikan penambahan modal dan dibukakan usaha sebagai anak perusahaan atau cabang. Sampai pada tahap perusahaan itu berjalan dengan baik, secara bertahap orang tua akan mundur dan menyerahkan sepenuhnya bisnis itu dikelola oleh anaknya. Sementara bagi anak-anak yang dianggap oleh orang tuanya kurang mampu mengelola bisnis, mereka cenderung hanya dibatasi sebagai pelaksana. Kebijakan dan pengambilan keputusan tetap ditangan orang tua, tak jarang justru menantu yang diberi wewenang kalau memang dianggap mampu mengelola. Bisnis keluarga masih mendominasi pada keluarga Cina.

Selain filosofi bisnis, orang tua Cina juga mewariskan filosofi kehidupan secara turun-temurun kepada anak-anaknya. Filosofi ini sangat penting dan berguna dalam manjalani hidup dan ada pengaruhnya bagi kelangsungan bisnis mereka.  Saya pun masih mengalaminya. Orang tua Cina menanamkan kepada anak-anaknya untuk tidak membelanjakan uang melebihi pendapatan. Sebagian dari pendapatan harus ditambahkan ke modal usaha, sehingga dari waktu ke waktu bisnis mereka akan makin mengembang. Orang tua Cina juga menerapkan hidup sederhana dan berhemat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak membuang-buang makanan dan barang-barang secara percuma. Segalanya diperhitungkan, karena merasakan kerasnya kerja untuk mendapatkan uang. Inilah yang mungkin dinilai oleh sebagian orang bahwa orang Cina itu pelit. Dari penjelasan orang tua saya, mereka bersikap begitu karena mereka adalah orang perantauan. Dengan pekerjaan mereka berdagang, resiko merugi dan bangkrut bisa saja terjadi. Mempunyai persediaan uang adalah mutlak untuk bisa bangkit dari kegagalan secara mandiri. Di perantauan mereka tidak bisa mengandalkan bantuan orang lain.

Anak-anak Cina juga diajari menabung sejak kecil, karena itu juga sudah menjadi kebiasaan dari orang tuanya. Dari penjelasan orang saya juga, mereka mengatakan bahwa tabungan diperlukan bukan hanya untuk kebutuhan mendadak tetapi juga sebagai cadangan keuangan dalam berspekulasi bisnis. Di kala ada kesempatan, tabungan bisa digunakan untuk membeli barang-barang atau berbisnis. Peluang bisnis tidak tentu datangnya. sehingga adanya tabungan sangatlah penting. Tabungan orang Cina bisa tidak selalu berbentuk uang, mereka lebih suka menginvestasikan dalam bentuk tanah, emas, rumah. Sampai zaman sekarang saya perhatikan meskipun mereka juga banyak yang berinvestasi di pasar modal, tetapi tabungan dalam bentuk emas, tanah dan rumah masih menjadi tabungan yang lebih menguntungkan. Meskipun kekayaannya banyak, sebagian besar orang Cina lebih suka tidak memperlihatkan itu semua dan mengumbar sikap komsumtifnya, mereka lebih suka mewariskan kepada keturunannya.

Orang Cina memang lebih banyak berkecimpung dalam bisnis, baik skala kecil sampai besar. Mereka mempunyai pengalaman berbisnis secara turun-temurun, oleh sebab itu anak-anak Cina juga diarahkan untuk tidak jadi pegawai. Kalaupun jadi pegawai jangan lama-lama. Memang harus diakui bahwa bisnis lebih memberi peluang orang untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar dan kesempatan mengelola perputaran uang dalam jumlah besar pula. Memang setelah lulus kuliah anak-anak Cina masih diberi kesempatan oleh orang tuanya untuk bekerja sesuai minatnya, tetapi sebagian besar akhirnya diarahkan untuk membisniskan bidang yang ditekuninya menjadi bisnis pribadi. Di kalangan orang Cina bekerja secara mandiri masih dipandang lebih sukses daripada menjadi pegawai. Terkecuali pada orang tua yang memang sudah bekerja kantoran dan menjadi pegawai, anak-anaknya cenderung juga begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun