Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menepis Suasana Angker di Lawang Sewu

6 Mei 2018   07:40 Diperbarui: 6 Mei 2018   10:23 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon mangga yang rindang, akarnya tidak merusak gedung sekitarnya

Tepat pukul 7.30 armada Grab yang saya pesan siap mengantar saya menuju Lawang Sewu. Hari kedua liburan di Semarang memang berencana mengunjungi salah satu ikon sejarah Kota Semarang sebagai kunjungan yang pertama. Alasan utamanya adalah ketika pagi masih sepi pengunjung sehingga saya dapat mengambil foto dengan lebih leluasa dan tanpa banyak gangguan pengunjung lainnya.

Lawang Sewu sebagai ikon sejarah kota Semarang selama ini hanya selalu saya lewati ketika berkunjung ke Semarang. Beberapa kali saya mengikuti grup tour, selalu Lawang Sewu tidak ikut menjadi salah satu tujuan kunjungan wisata. Kepergian kali ini, saya bepergian sendiri. 

Solo traveling memberi kebebasan mengatur rute kunjungan sehingga Lawang Sewu masuk dalam daftar kunjungan saya ke Semarang kali ini. Kemudahan informasi dan transportasi sangat membantu siapa saja untuk bisa ngeluyur sendirian dengan praktis, hemat dan efisien waktu.

Hanya sekitar 15 menit saya sampai di pintu masuk Lawang Sewu, sudah ada beberapa pengunjung yang berada di area itu. Tetapi tidaklah terlalu antre untuk membeli tiket masuk seharga Rp 10 ribu per orang. 

Saat membeli tiket, saya ditawari untuk menggunakan jasa guide. Tentu saja saya mau, untuk apa kita mengunjungi suatu ikon sejarah tanpa tahu sejarahnya. 

Seorang pria berbaju batik seragam para guide Lawang Sewu mendekati saya dan menawarkan diri. Tanpa basa-basi saya langsung menanyakan biayanya. Transaksi jelas diawal adalah penting. Beruntung saya mendapat jawaban langsung, "Lima puluh ribu". Ukuran yang pantas untuk jasa guide di sekitar Jawa Tengah.

dok.pribadi
dok.pribadi
Beliau memperkenalkan diri dengan sopan dan langsung menawarkan mengambilkan foto saya dengan latar belakang bangunan Lawang Sewu dari sisi selatan gedung utama. Beliau sangat ramah dalam mengarahkan posisi foto sehingga tampak bagus hasil bidikannya. Wah... saya bersyukur sekali, guide sekaligus fotografer ini! Bayangkan kalau pakai tongsis, hasilnya pasti tak sebagus difotokan orang lain kan? 

"Kata Lawang Sewu adalah berasal dari budaya Jawa, orang Jawa selalu menggunakan kata sewu untuk jumlah yang banyak, contohnya binatang kaki seribu, Grojogan Sewu. Lawang artinya pintu, sewu mewakili kata banyak. Lawang Sewu artinya bangunan dengan banyak pintu. Namun bila dihitung, jumlah pintu di bangunan Lawang Sewu berjumlah 425 pintu," tutur Bapak Tour Guide tersebut.

Selanjutnya kami berjalan menuju bangunan berbentuk tabung yang ternyata di dalamnya ada sumur yang sudah sangat tua umurnya. Airnya masih sangat jernih yang digunakan untuk kebutuhan air di lingkungan Lawang Sewu. Ketika pintunya dibuka di dalamnya ada pompa besar untuk menyedot air dari dalam sumur. Gedung Lawang Sewu dibangun oleh Belanda pada tahun 1904 sampai dengan tahun 1907 oleh arsitek dari Amsterdam bernama Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. 

Gedung ini dibangun sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau kantor pusat perusahaan kereta api swasta. Dan sampai sekarang Gedung Lawang Sewu dijadikan Cagar Budaya dibawah pengawasan Dinas Perhubungan khususnya PT KAI. Beberapa bagian dari gedung saat ini ada yang masih mengalami pemugaran.

Bangunan Lawang Sewu dibangun dengan cermat dan mempertimbangkan beberapa aspek untuk fungsi jangka panjang. Dimana di bawah bangunan ada ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai resapan air, peredam gempa serta pendingin ruangan.

 Beberapa bahan juga diimpor dari Belanda, oleh sebab itu kekokohan bangunan ini memang didukung oleh bahan-bahan berkualitas tinggi. Saluran air dari genting ke bawah juga ada di bagian samping gedung, sehingga bagian dalam gedung tampak rapi serta upaya perbaikan tak perlu merusak bagian dalam gedung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun