Mohon tunggu...
Abdul Susila
Abdul Susila Mohon Tunggu... Editor - Fanatik timnas Indonesia, pengagum Persija, pecinta sepak bola nasional

anak kampung sungai buaya yang tak punya apa-apa di jakarta selain teman dan keinginan untuk .....

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Akhirnya, Biarlah Elite Persija dan Persib Saja Dibikin Apriori

6 November 2018   00:15 Diperbarui: 6 November 2018   00:45 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel Persib dan Persija musim lalu - Detik

Saya akhirnya suka dengan perseteruan Persib dan Persija. Pertarungan kedua klub sudah masuk tataran elite. Kalangan akar rumput keduanya memang masih bergesekan, tetapi gemuruhnya sudah tak separah awal 2010. Sudah saatnya elite klub yang bertarung. Ini untuk mengentaskan persepsi buta.

Beberapa bulan terakhir, media, khususnya media partisan di Bandung, terutama Pandit Football, menyoroti konflik kepentingan petinggi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru, regulator kompetisi Liga 1. Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI, diketahui merupakan bos pemilik saham mayoritas Persija lewat perusahaan terbukanya. Sedang Glen Sugita merupakan bos PT LIB dan Persib, yang beberapa waktu lalu sudah menyatakan mundur.

Keberadaan Joko, di PSSI dan Persija, secara tidak langsung berdampak pada kecurigaan keputusan dan keberpihakan. Bisa dibantah, namun pastinya menimbulkan asumsi juga apatisme. Siapa yang percaya, Joko tak akan bermain? Begitu halnya dengan Glen. Dengan posisinya di Persib dan LIB, sejumlah kebijakan bisa dilakukan. Siapa bisa menjamin Glen murni ingin membangun iklim kompetisi. Siatusi Joko dan Glen relatif sama dalam konflik kepentingan.

Mengapa harus senang jika elite yang berdebat?

Sebab perdebatan dan persepsi-persepsi tanpa dasar, tanpa data dan fakta, sudah selayaknya dihentikan. Bila ada anggapan, sebuah klub sudah "dipesan" akan juara sebelum kompetisi dimulai, elite tentu punya bahannya. Kita, yang di bawah, tentu hanya menduga. Saat elite berseteru, data-data itu akan diungkap.

Selama ini, lebih tepatnya, nalar kita hanya digoyang prasangka-prasangka yang dibangun oleh sejumlah orang, oknum, juga pihak-pihak tanpa nama.

Dalam era media sosial seperti saat ini, tentu kita sudah sama-sama tahu akun-akun anonim yang sering memberikan info-info atau asumsi soal sepak bola nasional. Semuanya seolah akurat. Bisa jadi benar akurat. Namun juga berpeluang besar salah besar. Namun, satu yang pasti, asumsi yang dibangun itu tak bisa dipertanggung jawabkan.

Saya membayangkan, saat Persib misalnya juara, muncul ucapan dari petinggi Persija bahwa Persib diuntungkan beberapa kondisi. Hal-hal tersebut lantas dipertegas dengan bukti-bukti. Kemudian, kubu Persija membeberkan transaksi-transaksi kepada wasit agar "diamankan" dari permainan mafia atau dimenangkan. Sebaliknya pula, saat Persija juara, petinggi Persib bersuara lantang di media, lantas mengajukan bukti-bukti akurat sejumlah "permainan".

Itu bayangan, ilusi, dan fantasi saya saja. Saya yakin hal tersebut tak akan terjadi.

***

Sudah terlalu banyak korban berjatuhan antara Persib dan Persija. Dan, korban terbanyak adalah akar rumput. Suporter. Fan klub yang menjadi korbannya. Tak perlu disebutkan nama-namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun