Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Saya Amat Sederhana, Apa yang Salah?

16 Mei 2018   22:57 Diperbarui: 16 Mei 2018   23:01 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Kau gila! Teman paling gila yang pernah saya punya!" teman terdekat saya mencaci ketika siang panas menyengat itu kami tidur telentang di lantai kamar pribadinya. Saya hanya memiliki satu teman dekat : Judith, lain tidak. Banyak orang menjauhi saya, mereka bilang saya aneh, juga tak tersentuh. Saya hanya tidak suka keramaian, termasuk basa-basi.

Untuk pertamakalinya saya mencoba bicara tentang cinta pada Judith. Sebagaimana cinta yang dimiliki para remaja pada umumnya, cinta yang membutuhkan kedekatan dan hubungan lebih dari sekedar teman. Mula-mula dia tersenyum lebar mendengar pengakuan saya, lalu bertanya lebih jauh tentang sosok lelaki yang tengah menjadi idaman saya. Dia bersyukur saya adalah perempuan normal dan bukan lesbian yang tengah mengancam kehormatannya. Saya menimpuknya dengan bantal, Judith berpikir terlalu jauh.

Merasa aman, Judith terus mengulik cerita yang tak henti mengalir dari bibir saya. Dia terkikik geli, kadang juga melotot tajam. Tapi setelah semua mencapai selesai, pada akhirnya dia memilih menghujankan sumpah serapah pada saya.

Kami amat dekat -- saya dengan lelaki itu. Bertemu setiap hari, bercengkerama setiap kali. Intensitas pertemuan yang begitu selalu, perlahan menumbukan perasaan lain dalam hati saya. Terlebih saya memahami dengan jelas setiap lekuk pribadinya. Perangai halusnya, sikap melindungi, kekuatannya mendengarkan saya bicara (sesuatu yang tak satupun laki-laki lain lakukan), juga kesabarannya menghadapi tingkah kanak saya. Semua hal itu membuat saya ingin lebih dari sekedar dekat dengannya.

"Dan kau menyimpannya sejak lama secara diam-diam?" yang meski tak henti mengutuk saya sepanjang cerita, Judith tetap mendengar dan menanggapi dengan antusias.

"Ya, bahkan setiap hari ulang tahunnya tiba saya tak pernah terlambat memberi kejutan, ucapan, juga kata-kata cinta."

Lelaki itu memang tak pernah (atau tak ingin?) hirau pada perasaan saya. Setidaknya itu yang saya rasa, meski ia tetap bersikap baik. Saya pikir dengan semua yang saya lakukan untuknya seharusnya ia mengerti. Tapi, ah, dunia lelaki memang selalu pelik, juga rumit. Lagipula saya sudah sering mendengar, makhluk bernama laki-laki sungguh tidak peka, apalagi jika itu tentang perasaan wanita.

"Menurutmu apa sebenarnya dia mengerti isi hati saya?"

Judith menggeleng. Tidak tahu, saya bukan laki-laki itu, jawabnya.

"Suatu hari nanti mungkin saya akan mengungkapkan semuanya." saya berujar sembari mengemasi barang-barang, bersiap pulang.

"Maksudmu kau akan mengatakan bahwa kau mencintainya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun