Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rekonsiliasi (3)

31 Januari 2023   10:46 Diperbarui: 31 Januari 2023   10:52 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baru pulang dinas sore saat kau menelepon dan memintaku menjemputmu. Membuatku sangat terkejut dan senang sekaligus takut. Apakah kau sudah berubah? Aku segera menelepon kepala unitku meminta pergantian shift dinas. Mataku semalaman tidak bisa terpejam memikirkan pertemuan ini. Ada banyak hal yang berkecamuk di benakku. Salah satunya adalah desakan papa dan mama untuk segera menikah. Aku tak berani menyampaikannya padamu.

Sosokmu yang tinggi tegap menarik pandanganku. Setengah berlari aku menghampiri. Kau berhenti dan menatapku, membuatku sedikit ragu. Lalu kau mengembangkan kedua tangan, mengundangku masuk dalam dekapan. Aku memelukmu erat. Kerinduan ini terasa begitu dalam. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Air mata haru meleleh di pipiku.

"Kau merindukanku, Kina?" bisikmu parau. Tanganmu masih melingkari punggungku.

Aku mengangguk, tak sanggup berkata-kata.

Kau mengecup puncak kepalaku. "Ayo, kita pulang," ujarmu lagi.

"Masih hujan, Jeff. Deras," kataku menengadah. Kutatap wajahmu yang kini coklat terbakar matahari.

"Ah, persis seperti ketika kau mengantarku dulu," balasmu sambil menjawil ujung hidungku.
Kau menarik tanganku untuk duduk di kursi yang berderet di ruang tunggu. Kopermu sangat besar, tampak berbeda dengan yang kau bawa dulu. Kali ini ada logo perusahaan di sudut kanan atas.

"Bagaimana kabarmu, Kinara?" tanyamu sambil menatapku dalam. Membuat jantungku berdebar kencang.

"Baik," gumamku. "Kukira kau sudah lupa padaku," ucapku mencoba tertawa. Terdengar  garing di telingaku. "Kau sulit ditelepon belakangan ini."

"Aku tidak bisa melupakanmu, Kina," ujarmu lembut sambil meletakkan tangan di bahuku.

"Maaf, kalau kau salah sangka. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya padamu." Kau menggosok pundakku pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun