Mohon tunggu...
Ronny Mailindra
Ronny Mailindra Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis

Penulis thriller, fantasi, dan silat. Bekerja sebagai programmer Blog: http://mailindra.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Macet Menulis Cerpen? Lancarkan dengan Resep Ini

24 September 2013   08:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:28 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pening tak bina menulis karena macet

Macet? Pening? Duh, gua kena writerblock nih!

(Gambar pinjam dari sini} Writer's Block atau kebuntuan menjadi salah satu penyakit yang ditakuti penulis. Dikatakan menakutkan karena ia bisa menurunkan bahkan mematikan kemampuan dan minat untuk menulis, seperti kanker yang mematikan tubuh dan keinginan hidup manusia. Gejalanya begini: kau duduk, buka komputer atau membuka selembar kertas kosong, menunggu, update status, menunggu, minum kopi, dan setelah setengah jam kertasmu masih kosong melompong. Atau mungkin karena sudah lama tidak menulis, kau paksakan. Kau baca, kok menjijikkan begini, lalu kau tutup komputer, dan pergi tidur atau bermain game. Kalau kau pernah merasakan hal tersebut maka kau tidak sendirian. Aku juga sering dihajar penyakit ini. Seperti melawan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri, kunci untuk bisa melawannya adalah dengan tidak meyerah dan terus berusaha. Kalau kau cari di internet, ada banyak saran untuk mengatasi writer's block ini, mulai dari istirahat, tidur, mandi, sampai mengerjakan aktivitas lain. Masalahnya, mereka bukanlah obat. Kalau kau terlalu lama tidak menulis maka kau akan berkarat. Seperti halnya mesin, jika sudah berkarat maka bisa macet dan rusak. Menulis bukanlah tindakan alamiah manusia. Tindakan alamiah manusia adalah bersantai, bermalas-malasan, dan bermain. Menulis tidak beda dengan berlatih karate atau olahraga lainnya. Kau harus berlatih agar mudah melakukan gerakan dan tidak ngos-ngosan. Kalau kau pikir menulis itu sulit, mungkin kau perli lihat tulisan ini. Mungkin kau akan menyanggah. Hei, aku bukan malas menulis, aku mau menulis, tapi apa yang mau kutulis? Nah, berikut ini ada beberapa tips yang bisa kau coba: 1. Pancingan Tiga Kata Tiga kata buat apa? Kau akan terkejut bahwa sebuah cerpen bahkan novel bisa berawal dari tiga kata. Tapi itu akan kita diskusikan lain kali saja. Kali ini kita konsentrasi untuk mengobati penyakit writer's block. Jika kau seperti aku, kau akan benci dengan nasehat yang isinya melulu motivasi. Bagaimana cara melakukannya? Agar tips ini praktis dan tampak seperti resep masakan, aku tuliskan cara kerjanya. Ambil tiga telur kata secara acak. Kata apa pun. Bisa yang kamu ingat, atau kebetulan lihat.  Kemudian buat cerita yang MENGANDUNG ketiga kata itu. Tips ini pernah aku coba saat mengikuti Bengkel Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta. Hasilnya cukup bikin aku terncengang. Saat itu kami disodorkan tiga kata: Dewi, Cinta, Merah Jambu dan diberikan waktu lima menit untuk membuat cerita yang mengandung tiga kata itu. Ya, kau tidak salah dengar. Waktu yang diberikan cuma lima menit. Memang dalam waktu lima menit itu tak banyak yang bisa aku tulis, tetapi aku sudah bisa membuat adegan awal dan membayangkan ceritanya hingga akhir. Nah, waktu itu, sebagai PR, aku harus menuliskan lengkap ceritanya. Di rumah, sebagai murid yang baik, aku mengerjakan PR tersebut. Dalam waktu kurang dari satu jam, aku bisa menuliskan cerita di bawah:

Dewi Cinta Dewi cinta membuat langkah­-langkah panjang menyusuri lorong Istana Langit. Ia menunduk. Lantai istana berwarna biru. Dingin sedingin hatinya. Langkah sang peri begitu cepat. Ia tak sempat tersenyum kepada bebarapa orang penjaga yang takjim memberinya hormat. Saat mencapai gerbang singgasana, ia berhenti sesaat lalu menarik nafas. Kepala penjaga menghampirinya. “Hadapkan aku kepada Kaisar,” kata Aphrodite, sang Dewi. Kepala penjaga menyipitkan mata dan mengerutkan kening. Saat kepala penjanga hendak membuka mulut, sang peri cinta mengangkat tangan kanannya. “ Lakukan saja, segera!” Kepala penjaga menutup kembali mulutnya. Aphrodite tahu kepala penjaga pasti kebingungan. Hari ini ia tak mungkin lagi tersenyum, menebarkan kegembiraan dan kehangatan untuk makhluk-makhluk yang melihatnya. “Tunggu sebentar,” kata kepala penjaga. Ia lalu masuk ke ruang singgasana. Ketika kembali, kepala penjaga mempersilakan sang peri untuk langsung menghadap kaisar. “Ada apa, Aphrodite?” tanya Zeus kala sang peri selesai memberi hormat. Aphrodite menelan ludah.  “Ampun yang mulia. Ada masalah dengan telur cinta,” kata Aphrodite. Ia berhenti sesaat, ragu-ragu menyelesaikan kalimatnya. Jeda itu memang hanya sekejap, namun dalam waktu yang sangat singkat itu kegundahan sang peri menyengat Zeus. Kaisar menatap tajam dan tampak menahan diri dan menunggu Aphrodite menyelesaikan ceritanya. “Telur cinta Paduka,” kata Aphroditei, ”ia telah berubah menjadi hitam.” Deg! Mata kaisar sedikit membesar. Aphrodite tahu Zeus pasti kebingungan. Ini pertanda buruk. Telur cinta seharusnya berwarna merah jambu dan telah berabad-­abad ltelur itu selalu berwarna merah jambu, warna yang menandakan cinta dan kebencian berada dalam keseimbangan. Hitam seperti halnya putih adalah dua kutub ekstrim yang  hampir mustahil untuk tercapai. Saat telur cinta berwarna putih, telur itu memberi tahu bahwa seluruh manusia sedang diliputi cinta dan kasih sayang. Tiada lagi rasa benci di hati mereka. Sebaliknya hitam, memberi tahu para penghuni langit bahwa kebencian sedang merajai manusia. Aphrodite menunduk. Ia tahu kaisar mungkin akan meragukan laporannya. Atau mungkin kini kaisar meragukan  keakuratan telur cinta, karena sebenarnya telur itu hanya memantau satu miliar sampel di dunia. Namun selama berabad­-abad telur itu tidak pernah salah. Hanya kaisar dan peri cinta yang tahu manusia-­manusia yang menjadi sampel, jadi mustahil dalam waktu yang bersamaan seluruh sampel dihinggapi kebencian. Hening. “Apakah telah hitam sempurna,” akhirnya kaisar bersuara. “Belum Paduka. Namun perkiraanku hanya tinggal beberapa ribu manusia saja yang belum tertulari rasa benci.” Kaisar berdiri dan mengambil tongkatnya setelah seberapa saat menatap kejauhan. Aphrodite tahu, kaisar kini resah dan akan segera bertindak. Saat dunia tidak dalam keseimbangan maka kehidupan di langit pun akan demikian. *** Merah jambu, kuning, dan keceriaan menghilang dari dinding-dinding. Dalam murung Aphrodite berjalan menyusuri lorong istananya. Setelah berbelok ke kiri, ia akhirnya sampai di ruang kerjanya. Dewi cinta berhenti dan menatap sosok berjubah gelap yang berdiri lima meter di depannya. Sosok itu berwajah keras dengan jubah hitam terbuat dari logam metrinol. Pedang panjang terselip di pinggang kirinya. Sosok itu memancarkan angkara kebencian dan kebencian tidak seharusnya ada di istana ini. “Ares,” kata Aphrodite. Ares, sang dewa perang melangkah ke arahnya. Langkahnya mantap, berat dan matanya menatap lurus ke bola mata Aphrodite. Ekspresinya sedingin logam-logam di kutub Jupiter. “Apakah dia telah mengetahuinya?” tanya Ares. Matanya tak berkedip. Aphrodite  mengangguk lemah, menunduk, mencoba menghindar dari tatapan Ares. Guratan kesedihan tergambar jelas di wajah peri cantik itu. Bagaimana tidak, selama berabad­-abad dia berhasil menebarkan cinta ke penjuru dunia, hingga pengaruhnya dan pengaruh kebencian selalu berada dalam keseimbangan. Namun kini keadaan telah berubah. Sang dewi tak yakin bagaimana harus bersikap. Ares semakin mendekat. Aphrodite mengangkat wajahnya. Matanya yang bulat dan bercahaya menatap lekat Ares. Ia adalah dewi yang selalu menebarkan cinta dan kebahagian. Di hadapannya berdiri dewa yang menyebarkan kebencian, permusuhan, dan peperangan. Dia adalah sisi lain dari keseimbangan dunia. Mereka berseberangan. Mereka seharusnya tidak berada di sini bersama-sama. Tepat di depan Aphrodite, Ares berhenti. Mata mereka beradu. ... ***Aku potong cerpennya sampai di sini, karena jumlahnya mencapai lebih dari 1000 kata. Mungkin akan aku posting terpisah.***

Lihatlah, dengan modal tiga kata, aku bisa menuliskan cerita seribu kata dalam waktu satu jam. Jika dua jam berarti akan ada dua ribu kata. Jika kulakukan hal tersebut selama duapuluh hari berarti akan ada cerita 40.000 kata. Itu jumlah yang cukup untuk satu novel! 2. Pancingan Tiga Lagu Tips ini aku dapatkan dari internet dan terus terang belum pernah aku coba. Tetapi, sepertinya hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan pancingan tiga kata. Prosedurnya begini: Ambil  secara acak tiga lagu MP3  lalu dengarkan. Setelah itu kau tulis cerita berdasarkan tiga lagu tersebut. 3. Pancingan Gambar Trik ini sering dipakai di sekolah dalam pelajaran mengarang. Guru akan menyodorkan sebuah gambar lalu murid diminta untuk menceritakan kejadian pada gambar. Untuk menghilangkan kebuntuan menulismu, kau mungkin bisa mencoba hal yang sama. Carilah gambar yang menarik perhatianmu, mukin dari media sosial, atau koran dan majalah online. Cari yang berbentuk kejadian, misalnya sebuah perayaan, acara internasional, bencana alam. Tak perlu kau baca beritanya. Berdasarkan gambar tersebut ceritakan saja kejadian IMAGINER. Aku yakin masih banyak tips lain yang bisa memecah kebuntuan menulis. Daripada menunggu dewi inspirasi yang tak kunjung datang, lebih baik mulai menulis. Percaya padaku, kau akan lebih lancar bercerita setelah beberapa paragraf muncul di layar atau kertasmu. Kalau kemudian sebuah ide cerita muncul dan tidak sesuai dengan pancinganmu, tak mengapa. Malah bagus. Tinggalkan saja pancingan itu dan mulai garap ide ceritamu. Tips-tips di atas hanyalah pancingan, kunci kontak agar pikiran serta inspirasimu kembali menyala. Bagaimana, terinspirasi dan ingin mencobanya? Atau masih punya kebuntuan? Atau kau punyai tips lain untuk menyingkirkan writer's block? Atau punya cerita tentang pengalamanmu saat terserang writers block? Silakan tulis di kolom komentar. Terima kasih, Salam menulis. R.Mailindra P.S:   Aku menuliskan tips-tips untuk membuat cerpen dan novel menjadi sebuah cerita yang menarik. Kalau kau tertarik untuk mengetahuinya bisa di lihat di http://mailindra.cerbung.com/seri-cara-membuat-cerita-menarik/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun