Mohon tunggu...
Maik Zambeck
Maik Zambeck Mohon Tunggu... Ahli Gizi - corat coret

semoga menjadi orang yang sadar sesadar-sadarnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memoar di Hotel Globus

27 Oktober 2020   11:56 Diperbarui: 27 Oktober 2020   15:17 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

#3  I. Jual Pijak (Jas dan celananya) 

"Jadi 1300 rubel ya ?", kata orang Tajik ini. "Iya." jawabku singkat. Untung orang ini jadi untuk membelinya gumam ku dalam hati. " Kamu punya aplikasi Sberbank?", tanyanya. "Ya, liat saja di nomer telepon saya. Kamu bisa mengirimkannya lewat situ." ujar ku. "Baik." dia segera mengeluarkan handphonnya. Sedang temannya mendiktekan nomor handphone milikku padanya. 

Aku  pun mengeluarkan handphone. Mengecek apakah uang yang dikirimnya telah sampai di aplikasi ku. "Ini nama mu?", tanyanya memastikan. "Iya". Langsung dia mengirimnya, beberapa menit kemudian, masuk  sejumlah nominal di handphonku. "Baik,  sudah masuk, terimakasih.". " Baik, terimakasih kembali." jawabnya sambil menjinjing Pijak itu lalu sejurus menghilang dikerumunan orang-orang yang memasuki Metro.

Aku masih terdiam disana, menimbang-nimbang apa-apa yang baru saja berlalu. Semua terjadi begitu cepat. Tapi ini cukup mewakili perjalanan hidupku di Moscow sepuluh tahun terakhir sejak aku  pertama menginjakkan kaki di kota ini sebagai calon mahasiswa yang culun di sebuah kampus di piggiran kota Moscow. Sebegitu parah kah hidupku sekarang di sini sampai rela berlama-lama menunggu pembeli pijak, yang harganya bukan seberapa bila dibandingkan dengan jumlah uang ku di saku dan di kartu ATM ku, lima tahun dulu. Tambah lagi, dengan gaya pembeli yang menurutku tidak begitu sopan, aku sanggup menahannya. Jika aku yang dulu, aku akan segera menimpalinya, apalagi dia dan aku sama-sama pendatang di sini.

Sambil bejalan-jalan pelan memasuki lorong perekhod (penyebrangan jalan bawah tanah), aku merelay masa-masa ku disini. Bertanya-tanya dalam hati, apakah sudah benar dengan keputusan yang ku ambil. Menimbang baik buruknya, kalau aku bertahan bagaimana? Kalau aku kembali bagaimana?. Tapi, hasilnya tetap sama seperti waktu-waktu sebelumnya. Tidak ada celah lagi. Orang kalau mau cerai saja, sudah cukup dengan satu alasan . Tapi, dari pertimbanganku untuk meninggalkan kota ini, negara ini kalau ku kumpul-kumpulkan ada lebih dari lima alasan. Dari  yang sangat penting, sedikit penting sampai yang tidak penting mungkin sudah sepuluh alasan jadinya.

Perlahan langkahku memasuki area parkiran mobil hotel Kosmos yang terletak diseberang jalan stasiun Metro VDNKH. Disana berjejer mobil limusin berwarna putih dari jenis sedan sampai SUV. Dari yang bermerek HAMMER, Cadillac sampai Chrysler. Masih teringat enam tahun yang lalu saat mengantarkan Bos-Bos mabel yang ikut pameran di area pameran VDNKH, kami jalan-jalan dengan salah satu dari limusin-limusin ini. Jalan-jalan keliling Moscow, lalu makan malam di restoran China yang dipilih karena menurut mereka hidangannya paling dekat dengan lidah orang Indonesia. 

Di hotel yang berbentuk setengah lingkaran menghadap ke taman VDNKH, dengan 30 lantai dan 1000  kamar lebih ini juga waktu itu mereka menginap. Kadang-kadang jika kami menjemput mereka untuk ke pameran terlalu pagi, sedang mereka masih pada sarapan kami pun di ajak bersama sarapan ala tamu hotel di restorannya. Seingat ku ada satu tamu lagi yang hadir  waktu itu, orangnya agak berumur, ku jemput ke bandara belakangan, telat dari yang lainnya, menginap di hotel Metropol, dekat Kremlin. 

Sepertinya dia bukan orang sembarangan. Tempat menginapnya saja dekat Kremlin. Seorang pembantunya, wanita muda berkaca mata yang cantik, sebelumnya menginap di Hotel Kosmos bersama yang lain, tapi sejak kedatangan orang ini, pindah ke hotel Metropol. Dia hadir di Moscow hanya untuk beberapa hari saja, sesudah itu kembali ke Indonesia. Sedang yang lainnya, setelah 4 hari di Moscow untuk pameran dan jalan-jalan, akan disambung dengan jalan-jalan ke Saint Pitersburg untuk menggenapkannya satu minggu, baru kemudian  mereka bertolak ke Indonesia.

Bos dari rombongan itu pernah menantang kami, "Kamu, dan kamu adalah mahasiswa, percuma kamu berlama-lama disini tidak meninggalkan bekas  apapun. Jangan cuma belajar, pikirkan sesuatu apa yang bisa kamu kembangkan disini untuk mengangkat  nama baik Indonesia.". Kami para pengantar saling berpandangan satu sama lain, mengartikan apa maksud dari perkataannya. "Maksud saya, kamu buka bisnis apa yang bisa kamu kembangkan disini. Ajukan proposalnya ke saya biar nanti saya pelajari.". Aku yang waktu masih belum paham dengan apa yang baru saja ku dengar asik saja mengambil potongan bebek peking di meja hidangan saat kami makan malam terakhir bersama mereka di Restoran Cina dalam Hotel Kosmos. 

Tamu-tamu yang lain tersenyum simpul memandangi kami. Mereka tahu apa arti dari kata-kata yang barusan keluar dari ketua rombogan itu. Sebab mereka tahu benar siapa dia. " Baik, Pak." teman laki-laki ku menyahutinya sambil tertawa tawa. Aku tak tahu apa dia paham juga apa  arti dari kata-kata itu atau tidak. "Coba bayangkan banyak yang bisa kamu jual di sini, apalagi tidak banyak produk-produk Indonesia yang sampai ke sini." lanjut Bos itu. Aku hanya manggut manggut sambil perlahan menunduk berusaha mengeluarkan sisa daging bebek yang menyangkut di gigiku.

Beberapa bulan kemudian, aku baru sadar arti dari kata-kata Bos rombongan mabel itu. Aku pun meminta kontaknya dari teman yang menyambut perkataanya dulu. Terpikir oleh ku untuk membuat proposal untuk rumah makan Padang. Tidak muluk-muluk, aku hanya membayangkan rumah makan itu di pojokan jalan di Bylyaeva atau Yugozapadnaya, cukup kedai kecil saja sebagai permulaan. Ku hitung semua biaya dan kemungkinan rugi labanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun