Mohon tunggu...
Mahrizal Ayah Anam
Mahrizal Ayah Anam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stop Ajakan Gerakan Meninggalkan Peci Hitam

9 Desember 2016   13:51 Diperbarui: 9 Desember 2016   14:54 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini ramai di fb dan di group wa tentang ajakan untuk meninggalkan peci hitam, dan agar menggunakan peci putih, dengan alasan peci hitam sudah digunakan orang non muslim untuk pura2 menarik simpati

Bahkan ada yang mengatakan memakai peci hitam tasyabuh (menyerupai) dengan mereka

Apa pendapat saya?

Saya tidak setuju

Sebab, peci hitam adalah milik umat islam indonesia dari dulu
bila hanya karena dipakai beberapa gelintir orang non muslim untuk menarik simpati kemudian kita tinggalkan rugilah kita. sebab peci hitam adalah salah satu atribut orang islam indonesia, rugi bila nanti diklaim sebagai atribut orang non muslim.

Nanti lama2 orang yang menggunakan peci hitam disangka orang non muslim yang menyamar, padahal nyata2 sholeh sering tahajud

1 juta orang yang memakai peci hitam , hanya karena 4 orang non muslim ikut2an pakai, kita lantas kita tinggalkan, masa gitu

1 juta orang islam pakai sarung, nanti ada satu dua orang non muslim ikut2 an pakai, kita lantas tinggalkan , gitu ? tentu bukan gitu

7 juta orang islam yang ikut aksi bela islam 212 kemarin pakai baju koko putih, nanti satu dua orang non muslim ikut2 an pakai, kita lantas tinggalkan, begitu kah?

Mana ada pemikiran seperti itu

Apalagi dikaitkan tasyabuh (menyerupai orang non muslim), waduh itu kejauhan…justru mereka yang ikut2 an, tasyabuh itu kalau sudah diidentik dengan mereka, contoh pakai baju sinterklas maka haram, sebab identik pasti mereka, kalau peci hitam identik dengan mereka lucu, peci hitam itu punya kita dari dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun