Mohon tunggu...
Muhib Chasbulla
Muhib Chasbulla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, suka menulis

Masih kuliah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Segalanya Demi Gift Tiktok

10 Januari 2023   11:00 Diperbarui: 10 Januari 2023   11:46 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore kemarin saat membuka Youtube untuk mencari hiburan saya malah menemukan video dari Tretan Muslim yang sedang bereaksi terhadap berbagai konten tiktok live. Saya mengekliknya karena penasaran dengan konten tiktok live. Selama ini pengetahuan saya tentang tiktok live hanya sebatas tempat jualan saja. Viralnya Dilan Cepmek dan Bunda Corla beberapa waktu yang lalu juga dalam rangka berjualan.

Konten tiktok live tengah malam yang ditonton Tretan Muslim membuat saya terheran-heran sekaligus miris. Di sana banyak konten diluar nalar yang cenderung menyiksa diri sendiri demi mendapatkan gift tiktok yang nantinya dapat ditukar menjadi uang. Ada yang makan ulat sagu, mandi lumpur, makan batu bata, masuk kulkas, hingga ada yang berani mematikan listrik tetangga. Semuanya dilakukan tengah malam demi mendapat gift.

Sebelum terlalu jauh, ada baiknya untuk mengenali sistem kerja konten kreator tiktok live tengah malam. Jadi, tiktok menyediakan fitur gift pada video siaran langsungnya sehingga pengguna dapat mengapresiasi siaran langsung seseorang dengan memberinya koin tiktok yang dapat ditukar menjadi uang. Fitur ini kemudian dimanfaatkan oleh banyak orang untuk mencari pundi-pundi rupiah dengan membuat challenge menyiksa diri. Penonton harus mengirim gift terlebih dahulu baru kemudian kreator melakukan aksinya.

Saya sendiri tidak begitu paham apakah aksi-aksi berbahaya yang mengancam kesehatan seperti itu sesuai dengan pendapatannya. Apakah koin tiktok yang didapat cukup untuk berobat jika suatu saat terjadi masalah pada kesehatan, misalnya. Atau apakah koin tiktok yang diperoleh sudah sesuai dengan resiko dihajar tetangga yang marah karena listriknya tiba-tiba padam. Bekerja sebagai konten kreator siaran langsung tengah malam dapat dimasukkan dalam kategori pekerjaan berbahaya.

Sialnya, eh atau mungkin beruntungnya---ah entahlah kacau---banyak orang yang menonton dan memberikan gift pada pelaku siaran langsung tengah malam ini. Semakin besar gift yang diberikan, semakin berbahaya aksi yang dilakukan.

Memberikan gift yang menjadi rezeki bagi penonton mungkin sebuah tindakan mulia, tetapi membayar seseorang untuk melihat mereka menyiksa dirinya sendiri masih menjadi hal yang tidak benar bagi saya. Ini mungkin hanya ketakutan berlebihan saya, mengingat sifat manusia yang tidak pernah puas, bukan tidak mungkin akan muncul ide yang lebih diluar nalar demi mendulang koin tiktok.

Di Indonesia sendiri, pernah terungkap konten kreator video penyiksaan satwa yang kemudian dijual secara rahasia melalui internet. Sedangkan di tiktok baru-baru ini ada akun yang sehari-hari mengunggah konten seperti biasa dan menunjukkan pemiliknya masih anak muda namun berubah saat tengah malam. Akun tersebut menampilkan siaran langsung perempuan tua berendam dalam air dan akan mengguyur badannya saat ada penonton mengirimkan gift.

Dilihat dari sisi manapun tidak ada pembenaran untuk konten tersebut. Seorang perempuan sepuh yang seharusnya beristirahat menikmati hari tua dengan anak cucu malah harus mencari uang dengan cara mandi tengah malam dan disaksikan ribuan orang di tiktok.

Bagian terburuknya adalah kemungkinan dia dipaksa orang lain untuk melakukannya. Mungkin pelaku memanfaatkan penampilan sosok perempuan tua yang terlihat lemah untuk memancing penonton bersimpati dan mengirim gift. Sungguh tindakan biadap jika benar begitu adanya.

Kejadian ini juga menjadi bukti bahwa orang akan melakukan segalanya demi gift koin tiktok. Bahkan orang tua yang lahir jauh sebelum tiktok pun harus melakukannya. Perlu regulasi yang lebih ketat dari tiktok dan perlu tindakan tegas dari aparat jika memang konten serupa memenuhi unsur eksploitasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun