Mohon tunggu...
Ismail Mahmud
Ismail Mahmud Mohon Tunggu... Relawan - Ketua Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Periode 2019-2021

MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNM (2016-Sekarang) Facebook: Ismail Mahmud Instagram: ismaill_mahmud

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalananku

10 Juni 2018   23:01 Diperbarui: 10 Juni 2018   23:30 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 5 Juni 2018 menghiasi perjalanan panjang menuju kampung halaman ku Bumi Panrita Kitta' ( Kabupaten Sinjai), sudah hampir 2 tahun aku hidup di kota metropolitan yang sungguh memesona ( Makassar). Terhitung sejak 27 Agustus 2016 lalu tepatnya di menara Phinisi yang megah itu aku duduk dengan ribuan anak rantau yang bermimpi untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Makassar. 

Pikirku saat itu, akankah aku bisa menjadi seperti mereka yang duduk dengan pakaian megahnya saat sambutan para pimpinan Universitas? Dalam benak ini berkata mungkin mereka orang orang cerdas yang siap mentransformasikan pengetahuan kepadaku hingga suatu saat aku bisa berdiri di podium yang mereka tempati berpidato. 

Harapan kurang lebih 6 ribu mahasiswa baru yang memakai jaket orange sebagai penanda kesiapan untuk berproses di Universitas Negeri Makassar. Motivasi dari pimpinan Universitas membuat aku kembali berfikir bahwa ternyata untuk duduk di singgah sana tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras dan semangat yang tinggi agar bisa menapaki anak tangga untuk sampai puncak. 

Menempuh pendidikan tinggi merupakan tangga awal yang harus saya tuntaskan sebelum sampai puncak tertinggi. Tak heran jika tak banyak yang terjatuh dalam perjalanan menuju puncak itu.  Ya, mereka terjatuh karena memang betul betul angkat tangan dan menyerah, yang menjadi persoalan ketika mereka terjatuh bukan karena tidak mampu melainkan karena adanya pihak yang bermain dengan upaya menjatuhkan para pengejar mimpi indah itu.

tak terasa perjalanku sudah sampai di Camba dan singgah di sebuah warung makan untuk menikmati buka puasa bersama dengan Om dan sepupuku yang juga kuliah di Universitas Negeri Makassar.  

Setelah itu, perjalanan kembali dilanjutkan hingga malam menemani perjalanan kami. Kembali kepada renungan ku tadi, semester 1 pun aku lalui dengan berbagai proses yang menemaniku hingga janjiku pada orang tua untuk mendapatkan IPK tinggi berhasil saya dapatkan, proses akademik ini diwarnai dengan keterlibatan ku ikut pengkaderan di Organisasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah dan organisasi kedaerahan Kesatuan Mahasiswa Sinjai UNM Makassar. 

Disini saya banyak belajar dan membuka cakrawala berfikir bahwa selama ini apa yang terlihat indah itu tak selamanya indah dan apa yang indah kadang tak terlihat indah. Berbagai proses dan dunia kampus aku pelajari dan benar apa yang aku dapatkan bahwa dunia kampus ibarat miniatur negara, awalnya aku tak terima namun seiring berjalannya waktu aku percaya akan hal tersebut.

Seiring berjalannya waktu, setelah libur pendek akhirnya proses perkuliahan semester II kembali aktif. Dalam proses ini saya banyak belajar di dalam dan di luar kampus hingga aku sering ikut berbagai kegiatan dan pelatihan seperti mengulang masa Sekolah dulu yang sering mewakili SMAN 5 SINJAI dalam berbagai bidang kegiatan. Pelatihan jurnalistik, kepenulisan dan ajang pemilihan duta Genre Sulawesi Selatan aku ikuti karena masuk finalis. 

Kesibukan ini baik dalam maupun luar kampus tak menurunkan semangat saya untuk menjalankan kewajiban akademik sebagai tujuan dan terget saya untuk menjadi yang terbaik. Semester II juga menghantarkan saya resmi menjadi pengurus HimaPLUS dan KMS UNM. Dinamika yang terjadi dalam organisasi aku ikuti dan menjadi bagian dari proses kerja kerja kelembagaan.

Tak terasa, aku selesaikan semester II dengan IPK yang tidak mengecewakan sebagai bagian dari target aku. Akhirnya libur panjang tiba dan selama itu aktivitas saya lebih banyak di rumah.

Libur aku manfaatkan untuk menjadi pengembala sapi dan setiap hari hanya melihat areal persawahan. Dalam setiap aku memandang kehidupan di kampung ini ternyata hidup di kampung lebih tentram dan damai. Mereka memang tak secerdas dengan orang orang kota tapi mereka menjunjung tinggi nilai siri, mereka bukan orang kaya tapi hatinya yang menjadi kaya, mereka tak banyak konsep tapi jiwa kepekaan sosial tinggi untuk bergotong royong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun