Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pentigraf Ibu

1 Juli 2022   11:31 Diperbarui: 1 Juli 2022   11:36 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hadi menuruni tangga bus antarkota sore itu, kakinya menginjak aspal terminal Kampung Rambutan. Dengan tas ransel di pundak dan kardus kecil ditangannya menyusuri jalan menuju angkot. Cuaca yang mendung tak mengurangi aktifitas awak bus  yang sibuk menaiki dan menurunkan penumpang. Angkot yang di tuju hadi sangat jarang, hingga mesti menunggu cukup lama. Diraih sebotol air mineral di tas ranselnya sambil minum matanya terus menyusuri suasana terminal. Tak lama angkot yang dinanti memasuki terminal, Hadi dan beberapa penumpang yang setujuan segera mendekati. Ia mengambil tempat duduk di depan samping supir.


'Seperti udara kasih yang engkau berikan...tak mampu ku membalas..ibu' suara pengamen cilik menyanyikan lagu Iwan Fals, Ibu. Dengan lincah jari mungil memainkan gitar kecil sambil terus bernyanyi. Hadi tertegun sejenak, pikirannya melayang teringat ibunya. Ibu yang seorang diri membanting tulang untuk kebutuhan ia dan adik-adiknya. Berjualan keliling dengan sepeda mendiang Ayahnya. Selesai berjualan masih mencari tambahan dengan menawarkan jasa cuci dan gosok. Kehidupan yang pas-pasan membuat Hadi tak lepas tangan, Ia turut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan di kantin sekolah.

Baca juga: Pentigraf Putus Asa


 Senja mulai tampak di langit,angkot terus melaju. Jalan gang rumah Hadi terlewati angkot, Ia hanya memandangi seiring laju kendaraan. Ibu..aku kangen, lirihnya. Gelap mulai datang,di bawah pohon kamboja di sudut pemakaman. Bait-bait doa keluar dari mulut Hadi seraya memegang nisan dihadapannya.

Baca juga: Akhir Cerita Kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun