Mohon tunggu...
Siti mahmudah
Siti mahmudah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tugas

NIM 1903016098 FITK PAI C1 2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pro Kontra Pendidikan Inklusif pada Sekolah Formal

20 Oktober 2019   12:41 Diperbarui: 20 Oktober 2019   12:55 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2.Pihak kontra (menolak adanya pendidikan inklusif di sekolah formal)

Ternyata proses pembelajaran pendidikan inklusif di sekolah formal tidak sejalan dengan teori-teori yang sudah dipatenkan dan dianggap berhasil. Seperti yang kita ketahui dari teori pendidikan inklusif, bahwa anak berkebutuhan khusus mengikuti pembelajaran satu kelas dengan anak normal. Yang diharap teman sebaya yang normal akan membuat ABK semangat menjalani hidup, justru dalam praktik lapangan akan membully si ABK tersebut. Jiwa empati yang dimiliki anak-anak sangatlah kurang. Diumur yang masih belia, mereka cenderung melakukan perbuatan yang dirasa membuat hatinya senang. Jika dengan membully temannya yang ABK akan membuat puas dan bahagia, maka pasti akan dilakukan.

Selain itu, tenaga didik yang kurang terdidik dan terlatih dalam mengayomi dan membimbing ABK. Anak berkebutuhan khusus sangatlah susah dalam berinteraksi dengan sekitar, jika kurangnya kompetensi dari pendidik, dikhawatirkan ABK tidak diperhatikan dan mengalami gangguan mental yang parah karena emosi dari pendidik yang kurang sabar.

Jadi, pendidikan inklusif di sekolah formal kurang menerapkan teori yang sudah ada, dan harapan membuat ABK merasa nyaman justru akan merasa tersiksa.

Titik temu dari pro kontra diatas adalah pendidikan inklusif di sekolah formal harus didukung dari partisipasi pendidik yang baik dalam menyetarakan anak normal dengan ABK dan teman sebaya yang toleransi terhadap ABK.

Keberhasilan psikologi pendidikan dalam inklusif yaitu terciptanya hubungan orang tua dan ABK yang erat, pendidik yang kompeten dalam mengayomi dan membimbing ABK, serta ruang kelas yang khusus di sekolah formal agar meminimalisir adanya pembullyan dan jarak yang dekat dari tempat tinggal ABK sehingga tidak menambah beban ekonomi keluarga.

Kesimpulan

Anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sehingga pemerintah menyediakan pendidikan inklusif di sekolah normal. Namun, dalam praktiknya mengalami kegagalan yaitu membuat hambatan dalam ruang lingkup psikologi pendidikan. Akhirnya mengalami pro dan kontra dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
Khadijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif Konsep & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Paramitha, Mega Silvia Retnaningtya Pramesti Pradna. 2015. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Di TK Anak Ceria. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 4: 10 (April 2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun