Mohon tunggu...
Siti mahmudah
Siti mahmudah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tugas

NIM 1903016098 FITK PAI C1 2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pro Kontra Pendidikan Inklusif pada Sekolah Formal

20 Oktober 2019   12:41 Diperbarui: 20 Oktober 2019   12:55 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang terhadap pengolahan sistem maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu, lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk sistem bekal ilmu pendidikan. Namun, juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat di dalam masyarakat. Keberadaan lembaga pendidikan bukan saja penting untuk anak normal, melainkan pula bermanfaat untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dan kekurangan ketika harus berinteraksi dengan orang lain.

Sistem pembelajaran dan aktivitas sekolah bersama anak berkebutuhan khusus, pendidik akan merasakan betapa sulitnya membimbing dan mengayomi mereka mulai dari mengalami gangguan mental, emosi, sampai pada perilaku setiap harinya. Bagi anak yang mengalami keterbatasan fisik, sekolah inklusi adalah salah satu jawaban untuk memperkenalkan mereka pada interaksi yang lebih luas bersama anak normal pada umumnya.

3.Konsep keberagaman dan diskriminasi

Bila kita bercermin pada Deklarasi Universal HAM dalam Pasal III tentang "Universal Akses dan Mempromosikan Kesetaraan" maka disitu dinyatakan bahwa terdapat kesenjangan pendidikan dan bahwa berbagai kelompok tertentu rentan akan diskriminasi dan ekslusi. Kelompok yang mendapatkan diskriminasi dan ekslusi mencakup anak perempuan, orang miskin, anak jalanan, dan secara khusus disebutkan para penyandang cacat.

Sebagai bentuk tanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, semua pihak seharusnya berpikir keras untuk menghilangkan diskriminasi dan pengucilan yang menyudutkan anak berkebutuhan khusus dari lingkungan mereka tinggal. Semua orang perlu menanamkan argument dan sikap bahwa memandang keragaman harus sebagai sumber daya, bukan sebagai masalah. Apalagi pendidikan inklusif memang dipersiapkan bagi siswa yang dapat menghargai perbedaan-perbedaan.

4.Konsep memajukan inklusif

Menilik banyaknya permasalahan implementasi pendidikan inklusif menunjukkan masih perlunya penataan dan pembenahan yang lebih komprehensif. Prinsip utama pendidikan masih memerlukan pengkajian sebagai dasar pelaksanaan. Ini karena, dasar utama pendidika inklusif adalah "ABK dan ketepatannya mendapatkan layanan pembelajaran" (Sunardi, 1995). Berkaitan dengan ini memang tidak mudah untuk mengubah sistem layanan pendidikan yang sudah melekat terutama dalam tingkatan praksis.

Namun secara tahapan, implementasi pendidikan inklusif perlu mulai dibangun untuk masuk dalam sistem pendidikan nasional. Minimal dapat dimulai beberapa hal sebagai tahapan awal untuk menggiring regulasi saat ini. Tidak kalah pentingnya adalah berupaya meningkatkan partisipasi nyata dari semua pihak, dan kolaborasi dan kemitraan, serta metodologi partisipatori, penelitian tindakan dan kolaboratif inkuiri.

5.Konsep sumber daya manusia

Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan potensi terpendam. Mendistribusikan sumber daya yang tersedia juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan ketrampilan anak berkebutuhan khusus. Terpenting adalah memandang manusia (anak, orang tua, guru, kelompok orang yang termarginalkan) sebagai sumber daya kunci yang menentukan setiap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Berbagai fasilitas yang mendukung juga dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan seperti Braille atau alat-alat bantuan.

Seperti yang kita ketahui, anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang buruk atau tidak stabil dibandingkan dengan anak normal. Tetapi yang akan dibahas berikut bagaimana ABK akan menghambat ruang lingkup psikologi pendidikan apabila dicampur dengan anak normal dalam proses pembelajaran dikarenakan kurang memahami materi yang disampaikan pendidik dan pendidik belum ahli dalam mengayomi dan membimbing ABK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun