Mohon tunggu...
Mahliana De Uci
Mahliana De Uci Mohon Tunggu... Freelancer - dan bagaimana saya harus mengisi kolom ini?

Gemar menonton bola dan main PES. Asli Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Macet

13 Desember 2020   08:25 Diperbarui: 13 Desember 2020   08:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Closed-eyed woman from pixabay

Hei kau!
Maukah duduk sejenak,
dengar ku cerita
tentang kemacetan
dalam kepala.

Ini semua terjadi
bukan karena harapan
tlah patah dan
terserak di beranda,
beterbangan menuju
kuburan dangkal

atau hembus penghujan
yang bikin gigi mengkeret
sebagai bentuk distraksi
atas kuatnya cengkeram
dingin hawa basah di udara.

Inginku sembunyi di antara
belantara rimba perintah,
namun urung kala teringat
sebuah pertemuan dimana
pernah ku terbahak akan itu,
meski kini tak ingat lagi
apa sebenarnya yang
memancing kelucuan.

Ah mungkin, mungkin saja
kata dan makna memulai
persekongkolan picik mereka,
mencoret namaku dari
daftar kunjung berkala
yang disusun hati-hati
dan penuh rasa syukur.
Ya, itu masuk akal!
Mungkin, mungkin kan?


Hei, kau
masihkah di situ?
Tolong katakan sesuatu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun