Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Introspeksi, Tahun Baru Islam dan Tahun Ajaran Baru

31 Juli 2022   09:27 Diperbarui: 1 Agustus 2022   13:16 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan tahun baru Islam| Kompas.com/Andrea Lukas Altobeli

Seorang pengkritik seyogianya mampu menyiapkan diri, tenaga, waktu, dan pikiran untuk duduk bersama membahas hal yang dikritiknya dengan orang-orang terkait.

Forum diskusi seharusnya menjadi wadah tertinggi untuk bisa membahas sebuah kritikan. Setiap individu yang terlibat seharusnya fokus mencurahkan segenap pikirannya, memberikan kontribusi positif, dan menggunakan pendekatan yang baik dalam berdiskusi. Jika ini bisa dilakukan, maka kritik yang dilakukan akan menjadi sebuah kritik yang membangun. Bukankah kritik yang membangun ini yang diharapkan?

Dalam kritikan membangun tidak boleh muncul apa yang disebut dengan justifikasi negatif. Jangan sampai terlontar kata-kata, "Saya mengkritiknya, karena dia begini atau begitu...dia tidak akan bisa berubah..." Daripada menjustifikasi, kritikan membangun seharusnya memperbaiki. Membangun, bukan justru meruntuhkan.

Setelah memahami tentang kritik, mari kita kembali ke topik introspeksi. Kita kembali ke definisi awal, "introspeksi artinya mengkritik diri." Dalam artikel tersirat bahwa diri itu bukan hanya sebagai individu, tetapi juga masyarakat. 

Bisa juga kita artikan kelompok, komunitas, perkumpulan, ataupun institusi. Dalam konteks ini, introspeksi seharusnya dilakukan tidak hanya dalam diri sendiri, tetapi juga dalam diri institusi.

Hal ini bisa kita sambungkan benang merahnya dengan konsep ikhlas dan ukhuwah dalam agama. Kedua hal ini bagaikan anak kembar yang saking miripnya terkadang kita tak mampu membedakannya. Mereka seolah melebur, bersatu menjadi satu kesatuan. 

Dengan adanya ikhlas akan terbentuk ukhuwah dan jika ada ukhuwah akan mudah mendapatkan keikhlasan. Jika ada ikhlas pasti ada ukhuwah, begitu juga sebaliknya.

Individu (diri) membutuhkan keikhlasan, dan institusi membutuhkan ukhuwah. Jika individu dalam institusi ikhlas, maka dengan sendirinya akan terbentuk ukhuwah dalam institusi. Jika terlihat ukhuwah dalam institusi, maka akan terbentuk individu-individu yang penuh dengan keikhlasan.

Di awal tahun ajaran dan awal tahun baru ini, sejatinya kita mampu melakukan kontrol dan tinjauan ke kedalaman diri (institusi) agar leburan ikhlas dan ukhuwah bisa kita rasakan. 

Kontrol dan tinjauan yang mendalam membutuhkan pengetahuan yang holistis dan komprehensif akan diri (institusi). Maka, kita tidak boleh berhenti untuk terus belajar dan belajar untuk memahami diri (institusi).

Alhasil, introspeksi akan memberikan asa kepada kita. Harapan akan masa depan yang energinya didapatkan dari masa lalu yang banyak memberikan pelajaran kepada kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun