Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Idul Adha, Silaturahmi dan Doa

10 Juli 2022   12:51 Diperbarui: 10 Juli 2022   12:52 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membagikan daging kurban (sumber: kompas.com)

"Selamat Hari Raya Idul Adha," sebuah pesan whatsapp singkat kuterima pagi ini. Pesan singkat yang kubaca sambil mendengarkan sayup-sayup gema takbir dari masjid dekat rumah. Bukan pesan singkatnya yang penting, tetapi sosok sang pemberi pesan itu.

Dari history chat, terlihat kami hanya saling berpesan di saat hari raya. Pesan klise yang berisi ucapan dan doa di hari raya. Mirisnya, terkadang pesan itupun hanya pesan hasil copy paste dari pesan orang lain yang masuk sebelumnya. Terkadang diri ini terlalu malas untuk sekedar membuat ucapan hari raya buatan sendiri.

Sosok pemberi pesan adalah sahabat lama yang mungkin hampir saja terlupakan. Jika tidak ada hari raya, mungkin kami tidak saling bertegur sapa. Pada hari raya ini baru terasa betapa pentingnya arti seorang sahabat dan menjaga silaturahmi antar sesama.

Hari raya Idul Adha memiliki makna berbeda dalam konteks menjaga silaturahmi. Ibadah kurban, bukan hanya memiliki dimensi habluminallah, tetapi juga habluminannas yang sangat kental. Kurban yang disembelih dan dagingnya yang didistribusikan bisa menjadi wasilah silaturahmi antar sesama. 

Setengah atau sekilo daging yang dibagikan mungkin tak besar jumlahnya. Jika dimasak dijadikan sop daging, dalam satu dua hari sudah habis tak tersisa. Bahkan, ada sebagian yang menjadikannya sate. Dalam hitungan jam, sate daging kurban sudah habis disantap.

Ya, meskipun jumlahnya tak besar secara kuantitas, tetapi secara kualitas daging kurban bisa memiliki dampak yang sangat besar. Silaturahmi antar sesama sebagai bentuk kualitas ibadah kurban memiliki dampak yang terkadang tak terpikirkan dan bisa diperkirakan.

Tak sedikit yang dengan wasilah pembagian daging kurban terbentuk hubungan kedekatan antar sesama. Hubungan kedekatan yang bisa terus terjalin dan bisa menjadi wasilah hal-hal lain yang lebih besar. Kedekatan yang bisa membentuk sesuatu yang lebih bermanfaat dan berdampak besar demi kemaslahatan masyarakat.

Selain itu, daging kurban juga bisa menjadi wasilah silaturahmi bagi mereka yang berkemampuan kepada mereka yang kekurangan. Bagi mereka yang kekurangan, mendapat daging kurban adalah kenikmatan yang terkira nilainya. Bagi mereka, mungkin hanya di hari raya Idul Adha ini bisa merasakan menyantap daging. 

Bagi kita saja yang memiliki kemampuan membeli daging, memakan daging sudah menjadi sesuatu yang istimewa, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan. Coba kita bayangkan, betapa berharganya daging kurban yang dibagikan kepada mereka.

Di sisi lain, silaturahmi juga bisa bermakna doa. Salah seorang sahabat pernah memberikan hadiah sebuah sajadah kepadaku ketika kami harus berpisah. Pesannya kala itu agar aku selalu mengingatnya di dalam doa ketika aku bersimpuh di atas sajadah pemberiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun