Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasca Ramadan, "Recover Stronger, Recover Together"

10 Mei 2022   07:25 Diperbarui: 10 Mei 2022   17:50 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GRSTOCK via kompas.com

Selain pemulihan fisik, Ramadan juga menjadi pemulihan mental. Sejatinya, ini yang lebih penting dan utama. Pemulihan mental akan lebih sulit dan menyulitkan. Pemulihan mental juga akan lebih memakan waktu dibandingkan pemulihan fisik.

Pemulihan mental ini berhubungan dengan kejiwaan. Ada beberapa hal penting di bulan Ramadan yang bisa membantu pemulihan mental. 

Pertama, bulan Ramadan adalah bulan mengontrol nafsu. Nafsu yang selama ini menjadi biang keladi keburukan dan kehilafan. Nafsu benar-benar ditempa di bulan ini. Kita menahan diri dari nafsu untuk makan, minum, dan godaan syahwat selama menjalani puasa. Hal ini dilakukan sebagai usaha kita untuk mendidik nafsu. Harapannya, nafsu akan bisa kita kontrol, bukan kita yang dikontrol oleh nafsu.

Kedua, di bulan Ramadan juga kita dituntut untuk menjadi pribadi yang disiplin. Di bulan ini kehidupan kita seolah diatur oleh tangan yang tak terlihat wujudnya. Ketika berbuka, kita bak prajurit yang hanya akan bergerak ketika mendengar seruan komandannya. Kita mengikuti perintahnya dengan seksama. Kita akan serempak berbuka puasa ketika sudah ada perintah yang diserukan. Semua itu dilakukan dengan penuh kedisiplinan.

Ketiga, bulan Ramadan juga mengajarkan kita untuk bersabar. Selama berpuasa, sesuatu yang halal baru bisa dilakukan setelah waktunya tiba. Di bulan yang lain, kita bisa makan makanan yang baik dan halal, apapun dan kapanpun kita mau. Di bulan Ramadan, bahkan seteguk air putih pun tidak bisa kita nikmati, sampai waktu saatnya diizinkan. Dalam kondisi ini, kesabaran kita benar-benar dalam pengujian.

Selain pemulihan fisik dan mental, bulan Ramadan juga membawa pemulihan sosial. Diizinkannya kembali shalat berjamaah, membuat masyarakat berduyun-duyun meramaikan masjid. Tua dan muda, anak-anak, remaja, dan orang dewasa, semua bergegas memadati masjid. Semua saling bercengkrama, bertutur sapa, dan bersenda gurau sambil menikmati suasana teduh maknawi bulan Ramadan.

Masyarakat juga mulai berani membuka diri dengan melakukan kegiatan buka bersama. Kebersamaan yang terjalin seolah mengobati kerinduan. Kebersamaan yang memang sudah ditunggu-tunggu untuk bisa dilakukan. Kebersamaan yang pada dua Ramadan sebelumnya harus terlewati dengan sunyi atau hanya bisa dinikmati di depan tatapan layar.

Kegiatan bakti sosial juga mulai ramai lagi dilakukan. Di pinggir-pinggir jalan, berbagai kalangan masyarakat mengharap berkah Ramadan dengan membagikan paket berbuka puasa. Di majelis-majelis taklim masyarakat berlomba-lomba mendistribusikan paket lebaran kepada yatim dan dhuafa. Badan amil zakat dan sedekah juga mulai kembali bergeliat. Mereka secara langsung mengumpulkan dan membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya.

Ya, semua ini menandakan berkah kedatangan bulan suci Ramadan. Ramadan seolah menjadikan kita "Recover Together, Recover Stronger" slogan yang ketika diartikan menjadi "Pulih Bersama, Bangkit Perkasa". Slogan ini sebenarnya adalah tema Presidensi Indonesia di G20. Slogan ini dikenalkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi, dalam Keterangan Pers Bersama mengenai Presidensi Indonesia di G20 Tahun 2022 yang berlangsung secara virtual di Jakarta tahun lalu.

Spirit yang sama kita dapatkan di bulan Ramadan ini. Spirit Ramadan yang mengedepankan kebersamaan dan kekuatan (keperkasaan) baik secara fisik, mental, dan sosial. Ramadan, yang telah berakhir seminggu lalu, seharusnya bisa menjadi momentum kebangkitan dan pemulihan. Semoga pasca Ramadan akan dibarengi dengan pasca pandemi. Kita berharap berakhirnya Ramadan menjadi titik awal berakhirnya pandemi yang rasanya sudah terlalu lama membersamai kehidupan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun