Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kita Berada di Antara Dua Ekstrem

29 Desember 2020   08:57 Diperbarui: 29 Desember 2020   09:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan(kulkann via kompas.com)

Kemarin (Senin, 28/12/2020), cuaca di daerah kami sangat panas sekali. Sinar matahari terasa menembus kulit, menghangatkan seluruh bagian dalam tubuh. Bukan hanya kemarin, hari sebelumnya juga seperti itu. Entah kenapa dua hari ini cuaca bisa begitu panas di tengah puncak musim penghujan.

Hari-hari ini, cuaca memang bisa dibilang ekstrem dan tak menentu. Cuaca bisa berubah secara drastis dalam hitungan jam. Kadang hujan lebat melanda disertai angin kencang, kadang cuaca panas melanda. Di saat kondisi seperti ini, kita harus pintar-pintar membaca keadaan. Kata orang, harus sedia payung sebelum hujan.

Konsep Ifrath dan Tafrith

Kehidupan memang selalu menempatkan kita pada kondisi dua ekstrem. Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dengan akal, manusia seharusnya bisa berpikir dan menimbang untuk mencari jalan yang tengah. Jalan tengah yang lurus yang berada di tengah dua kondisi ekstrem.

Buya Hamka mengatakan bahwa manusia itu sebenarnya berada pada jalan koridor yang dibatasi kanan dan kirinya untuk menuju Tuhannya.  Jalan yang dimaksud adalah jalan tengah kehidupan.

Buya Hamka menafsirkan jalan tengah ini sebagai jalan yang lurus (sirathal mustaqim). Batasannya adalah syariat agama. Secara tata ruang, jalan yang lurus ini adalah jalan yang paling pendek untuk menuju Tuhan.

Oleh karenanya, manusia tak seharusnya memilih dua ekstrem yang ada di sebelah kanan dan kiri jalan, disaat ada jalan lurus di hadapannya.

Dalam agama, kedua ekstrem tersebut disebut ifrath dan tafrith. Agama mengajarkan kita untuk mengambil jalan tengah (tawasuth), tidak berlebih-lebihan dalam beragama (ifrath) dan juga tidak mengurangi ajaran agama (tafrith). [1]

Konsep ifrath dan tafrith juga berlaku dalam kehidupan. Konsep ini bisa kita gunakan untuk memaknai kondisi cuaca yang ekstrem hari-hari ini. Cuaca ekstrem memang tidak mengenakkan. Terlalu deras hujan atau terlalu panas terik sinar matahari mengganggu kehidupan kita.

Dalam sebuah artikel, Sridewanto Pinuji, seorang pegawai di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menuliskan, "Dengan menyadari bahwa segala musibah sudah menjadi takdir, maka suatu bencana terjadi karena faktor alam dan manusia sebagai sebab atau wasilah."[2]

Hujan yang terlalu deras adalah faktor alam, sedangkan bencana banjir dan longsor setelahnya disebabkan oleh manusia. Terik matahari yang panas adalah faktor alam, terjadinya kebakaran hutan setelahnya disebabkan karena ulah manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun