Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Mindset Siswa tentang Kesalahan

27 Desember 2020   21:26 Diperbarui: 27 Desember 2020   21:46 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar.(SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Suatu hari saya mengajarkan cara mengerjakan soal kimia kepada siswa di kelas. Kala itu saya bertanya kepada salah satu siswa, "Coba kamu selesaikan soal ini!" Siswa tersebut menjawab, "Saya tidak bisa Pak." Dari arah belakang spontan salah satu siswa lain menginterupsi, "Belum bisa, bukan tidak bisa," ujarnya.

Interupsi spontan siswa menanggapi pernyataan temannya ini memang terdengar sederhana dan biasa saja, bahkan mungkin lebih cenderung menyentil. Namun, jika kita perhatikan, pergantian satu suku kata pada kalimat yang ia gunakan, bukan hanya mengubah arti tetapi juga memiliki makna yang mendalam.

Fixed Mindset dan Growth Mindset

Secara psikologis, kata "tidak bisa" yang diganti dengan "belum bisa" dapat mengubah pola pikir (mindset) seseorang. Seperti kita ketahui, ada dua tipe mindset yang sering kita dengar, pola pikir tetap (fixed mindset) dan pola pikir berkembang (growth mindset).

Siswa yang percaya bahwa kecerdasan adalah sifat yang stabil dan tidak dapat diubah digambarkan sebagai siswa yang memiliki "pola pikir tetap" dan cenderung menafsirkan perjuangan atau kegagalan sebagai indikasi bahwa mereka tidak mampu secara intelektual untuk berhasil (Dweck, 1999).[1]

Dengan demikian, siswa dengan pola pikir tetap cenderung menghindari tantangan, berhenti ketika mereka menghadapi tantangan, dan pada akhirnya mencapai kesuksesan akademis yang lebih sedikit (Dweck, 1999; Smiley, Buttitta, Chung, Dubon, & Chang, 2016).[2]

Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kecerdasan adalah sifat yang dapat diubah yang dapat mereka tingkatkan dengan upaya dan bimbingan, digambarkan sebagai siswa yang memiliki "pola pikir berkembang". 

Siswa ini lebih mungkin untuk mengambil tugas yang menantang dan bertahan melalui tantangan dengan mencoba strategi baru atau meningkatkan upaya, yang pada akhirnya mencapai kesuksesan akademis yang lebih besar (Dweck, 1999; Smiley et al., 2016).[2]

Ketika siswa mengatakan "tidak bisa," terkesan siswa tersebut menutup dirinya. Jika pemikiran seperti ini berlanjut, siswa tersebut kemungkinan tidak akan pernah belajar. Dari sini, bisa dipahami siswa ini memiliki pola berpikir tetap.

Sebaliknya, ketika siswa mengatakan "Belum bisa," berarti siswa tersebut tidak lari dari tantangan, tidak lari dari apa yang dia rasakan sukar. Jika pemikiran seperti ini berlanjut, siswa akan mendapatkan pemikiran baru di kepalanya. 

Dengan kata lain, akan terbentuk neuropathway baru yang akan membawa kebiasan baru dalam dirinya. Siswa seperti ini dikatakan memiliki pola pikir yang berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun